Jakarta, 7/11/18 (SOLUSSInews): Kinerja ekonomi keuangan kita terbukti menunjukkan hasil-hasil positif. Apalagi sejak Presiden Jokowi menginstruksikan untuk melakukan penggenjotan ekspor, juga efisiensi sejumlah proyek besar serta melalui Kementerian Keuangan serta Kadin untuk mengajak para pengusaha ikut memperkuat kurs Rupiah, dengan tidak menyimpan devisa asing berlebihan, apalagi jika itu disimpan di bank-bank luar negeri.
Tegasnya, ada kepercayaan dunia usaha terhadap kebijakan ekonomi Indonesia yang dilakukan Pemerintahan Presiden Jokowi.
Salah satu bukti dukungan para pengusaha besar, terjadi di lingkup anggota Kadin di Jawa Timur, yang ramai-ramai menjual dolarnya, begitu juga langkah hebat dari salah satu orang terkaya Indonesia, Dato’ Sri Tahir menukar jutaan dolarnya dengan mata uang Republik Indonesia.
Namun, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai kisaran Rp14.600 per (dari angka Rp15.200-san, Red) per dolar, menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, merupakan dampak dari kombinasi berbagai faktor.
Kekalahan kubu Republik
Salah satunya, ada faktor eksternal. Yakni, tendensi kekalahan kubu Partai Republik dalam pemilu paruh waktu di AS.
“Sedangkan, dari domestik, karena faktor berbagai kebijakan yang prudent sehingga menciptakan kepercayaan investor,” ungkapnya.
“Rupiah menguat karena gabungan beberapa faktor. Utamanya, adalah hasil US mid term election yang mana Partai Republik alah. Juga peluang besar tercapainya kesepakatan dagang AS-Tiongkok (untuk mengakhiri perang dagang, Red.”
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ekses perang dagang ini telah memicu gejolak ekonomi dan keuangan di banyak negara, terutama negara berkembang. Banyak yang mengalami penurunan nilai tukar mata uangnya di atas 20 hingga 40 persen, seperti di Turki, Argentina, Venezuela dan bahkan Malaysia. Sedangkan Indonesia juga mengalaminya, kendati tidak sampai 10 persen.
Kebijakan ekonomi Indonesia
Sedangkan, sentimen positif lainnya, kata Mirza kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (7/11/18), ialah kepercayaan investor terhadap kebijakan ekonomi Indonesia.
Yakni fiskal dan moneter yang prudent alias hati-hati. “Rupiah juga sudah undervalued,” katanya lagi.
Sebagaimana diberitakan berbagai media berdasarkan data dari sejumlah pihak berkompeten, seperti Bloomberg, pada Rabu siang, dolar AS diperdagangkan di posisi Rp14.656.
Padahal sebelumnya, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan, hingga menembus level psikologis Rp15.000 per dolar AS pada 2 Oktober lalu. (B-ID/BS/jr — foto ilustrasi istimewa)