BENDERRAnews, 7/11/18 (Washington): Kubu Partai Republik dilaporkan kalah telak dari rivalnya, Partai Demokrat, pada Pemilu paruh waktu Amerika Serikat. Hal ini telah membuat berang Presiden Donald Trump yang didukung Republik.
Dari Amerika Serikat (AS) dilaporkan, para pengamat mengatakan, Pemilu sela tahun 2018, diwarnai sejumlah isu yang menimbulkan perpecahan tajam di antara para pemilih.
Hal itu antara lain dipicu oleh isu Rasis (termasuk agama, Red) yang digaungkan Presiden AS, Donald Trump. Ini telah membuat kalangan kulit putih dan menengah ke atas menjadi warga yang diutamakan.
Seperri dilaporkan CNN yang dilansir ‘Suara Pembaruan’ di Jakarta, sekitar 40 persen pendukung Partai Republik mengatakan suara mereka bertentangan dengan Presiden Trump.
Bahkan dua pertiga pemilih mengatakan, mereka memutuskan bagaimana menentukan pilihan sebulan sebelum pemilihan. Sisanya bahkan memutuskan menentukan pilihan pada minggu terakhir menjelang Pemilu sela.
Kontroversi Presiden Trump
Namun sejumlah pengamat menilai, Presiden Trump dengan konroversi yang dibuatnya, tetap mampu memberi kontribusi bagi Partai Republik karena mengobarkan dukungan pendukung fanatik, melalui isu ekonomi, imigrasi, dan kriminal.
Hubungannya dengan para pendukungnya yang paling setia begitu kuat, sehingga beberapa pakar percaya, dia mampu melakukan kejutan dalam Pemilu sela untuk mempertahankan suara mayoritas Partai Republik demi mengamankan pemerintahannya.
Di luar perkiraan, pemilih muda juga menunjukkan partisipasi yang tinggi dalam Pemilu sela tahun ini. Selama beberapa dekade, pemilih yang lebih tua telah mendominasi Pemilu.
Tapi pemungutan suara awal menunjukkan, pemilih berusia 18 hingga 29 tahun telah meningkat secara dramatis di beberapa negara bagian dengan isu rasis yang tinggi, antara lain Arizona, Florida, Georgia, Illinois, Nevada dan Texas. (B-CNN/SP/BS/jr)