BENDERRAnews, 27/9/18 (Jakarta): Data menunjukkan, jumlah orang Indonesia yang menderita penyakit jantung makin banyak.
Ini pun terlihat dari jumlah kasus yang ditangani Siloam Heart Institute (SHI) yang berlokasi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ), Jakarta.
Sebagaimana dikemukakan Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular sekaligus Ketua SHI, Maizul Anwar, sejak dibuka tahun 2013, hingga saat ini SHI sudah menangani 1.456 kasus jantung.
Terbanyak ialah kasus jantung koroner. Yaitu penyakit jantung yang disebabkan oleh penumpukan kolesterol atau lemak pada dinding pembuluh darah. Ini banyak menyerang usia produktif karena gaya hidup.
Berawal dari radang tenggorokan
Kasus lainnya yang juga banyak adalah penyakit jantung rematik (PJR). Sekitar 15 persen dari kasus jantung yang ditangani SHI ialah PJR.
PJR berawal dari infeksi radang tenggorokan biasa yang kemudian menjalar hingga menyebabkan kerusakan di daerah jantung. Kemudian, terjadilah kondisi di mana jantung mengalami penyempitan dan kebocoran. Penyakit ini banyak diderita anak-anak.
“Kasus yang kami tangani banyak, karena memang pasien dengan penyakit jantung makin banyak. Selain itu, kami punya fasilitas dan tenaga medis yang bagus, dan juga karena terima pembiayaan BPJS Kesehatan,” kata Anwar pada acara patient gathering dalam rangka menyambut Hari Jantung Sedunia 2018 dengan tema “Jantungku, Jantungmu” di SHKJ, Selasa (25/9/18) lalu, seperti dilansir BeritaSatu.com.
Memasuki tahun ke-5, lanjut Anwar, SHI berusaha menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia dengan memberikan penanganan jantung yang terbaik.
Tekni baru bedah jantung
Ia memaparkan, salah satunya dengan menerapkan minimal invasive cardiac surgery (MICS), yaitu teknik bedah jantung terbaru dengan membuat irisan atau sayatan kecil melalui penggunaan instrumen bedah khusus.
Beberapa kasus penyakit jantung yang bisa ditangani dengan metode MICS di antaranya ialah kasus katup, by pass jantung, kelainan katup bawaan yang sederhana, dan endoscopic veinharvesting atau pengambilan pembuluh darah endoskopi.
Disebut Anwar, MICS terbukti banyak memberikan keuntungan bagi pasien. Metode ini hanya meninggalkan luka sayat kecil sekitar 2-3 sentimeter, sehingga pasien dapat cepat pulih.
“Hanya dalam waktu 3-5 hari pasien sudah bisa pulang dan kembali beraktivitas seperti semula,” kata Anwar.
“Sebagai alternatif dari operasi jantung dengan sayatan di dada, tim dokter SHI akan tetap melakukan penyesuaian berdasarkan kondisi pasien. Terutama apabila pasien memiliki sejarah penyakit lanjutan lainnya, seperti diabetes dan gagal ginjal”.
Anwar menambahkan, dalam beberapa dekade terakhir, kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit jantung kian meningkat, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia.
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) telah menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia bahkan di dunia. Hampir 17,5 juta jiwa meninggal setiap tahunnya akibat penyakit tersebut, termasuk jantung koroner dan strok.
SHI beri solusi
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan fasilitas dan sarana yang lengkap untuk solusi kesehatan jantung merupakan dasar didirikannya SHI pada 2013.
SHI merupakan pusat pelayanan jantung yang komprehensif sekaligus sebagai wadah pelatihan bagi para dokter, perawat, dan tenaga medis dari seluruh Indonesia.
Di SHI, tindakan terhadap pasien melibatkan tim dokter multidisiplin dari berbagai subspesialis jantung, didukung dengan fasilitas alat serta metode pembedahan jantung mulai dari konvensional hingga minimal invasif.
Setiap kasus bedah akan dibahas dalam konferensi dokter SHI di mana kondisi pasien dianalisis dari berbagai subspesialisasi. Dengan begitu pasien akan menerima perawatan yang maksimal pada setiap tahapan bedah dan tujuan bedah dapat tercapai dengan baik.
Hari Jantung Sedunia
Menyambut Hari Jantung Sedunia yang diperingati tiap tanggal 29 September tiap tahunnya, SHI mengadakan serangkaian kegiatan, seperti patient gathering, demo memasak, dan Zumba dance.
Kegiatan-kegiatan ini dimaksudkan untuk mengedukasi pasien agar lebih berkomitmen untuk melakukan perubahan dalam hidupnya.
Antara lain mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, berhenti merokok, dan lain-lain.
Melalui perubahan tersebut, diharapkan anggota komunitas pasien jantung bisa bersama-sama mengurangi risiko penyakit jantung, meningkatkan kualitas hidup, dan menerapkan contoh yang baik bagi orang-orang terdekat dan generasi berikutnya. (B-BS/jr)