BENDERRAnews, 21/7/18 (Padang): Dr Sru Tahir, anggota Dewan Kehormatan University of California Berkeley dan Guru Besar Singapore Management University mengatakan, filantropi harus menjadi panggilan jiwa. Jika tidak, akan menimbulkan masalah baru bagi masyarakat hendak dibantu. “Itu sebabnya panggilan menolong sesama harus dikerjakan secara profesional,” katanya.
Ia menguraikan itu ketika pihak Universitas Andalas (Unand) Padang memberikan penghargaan kepada pendiri Mayapada Group ini, yakni anugerah gelar doktor honoris causa (HC) atau doktor kehormatan di bidang hukum dan kemanusiaan.
Penganugerahan gelar kehormatan kepada Dato Sri Tahir dilakukan oleh Rektor Unand, Prof Tafdil Husni, dihadiri antara lain Presiden Ke-3 RI, Bacharuddin Jusuf Habibie, Jaksa Agung Prasetyo, serta Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia, Todung Mulya Lubis.
Kegiatan akademik ini berlangsung dalam rapat terbuka Senat Univeritas Andalas di Convention Hall Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Senin (16/7/18) awal pekan ini.
Sesuai jasanya yang luar biasa
Dekan Fakultas Hukum Unand, Prof Zainul Daulay yang menjadi salah satu tim promotor menyatakan, pemberian gelar doktor HC kepada Tahir merupakan usulan fakultas hukum setelah mendapat pertimbangan senat fakultas yang diteruskan kepada rektor dan senat universitas.
Pemberian gelar tersebut telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 65 Tahun 2016 tentang Pemberian Gelar Doktor Kehormatan.
“Bagi Univeritas Andalas, pemberian gelar doktor kehormatan kepada Dato Tahir sesuai dengan jasa-jasanya yang luar biasa dalam bidang hukum dan kemanusiaan. Tahir memiliki kedermawanan atau secara akademik dan praktik lebih dikenal dengan terminologi filantropi. Dato Sri Prof Tahir memberikan kinerja konkret dalam mengalirkan energi kemanusiaan dengan maksud membangun kepedulian antarsesama manusia,” urai Daulay.
Dikatakan, Tahir secara akademis tidak hanya mengajarkan konsep dan ideologi tentang filantropi, tetapi sangat mahir serta memiliki komitmen tinggi yang diwujudkan melalui tindakan nyata.
Menimbulkan getaran indah
Daulay melanjutkan, dalam pandangan Tahir, memberi, giving, merupakan aktivitas untuk membantu dan meringankan beban orang lain yang menimbulkan getaran indah serta dapat dirasakan.
“Konsep kedermawanan ini terasa absurd, tidak realistis, dan tidak logis, karena tidak sejalan dengan rumus-rumus dalam bidang ekonomi,” katanya.
Disebutnya lagi, tindakan Tahir sangat menginspirasi karena menjadi dermawan harus berlandaskan cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia, terutama yang lemah dan papa.
“Tahir dalam hidupnya telah memberi teladan dalam bidang hukum dan kemanusiaan, seperti terjun langsung ke daerah konflik bersenjata di Suriah dan melakukan sejumlah aksi sosial untuk mengupayakan rekonsiliasi dan perdamaian di antara kelompok-kelompok bertikai dan konflik bersenjata,” ujarnya.
“Dia memberi perhatian kepada warga sipil yang menjadi korban pertikaian dan konflik. Dato Tahir menunjukkan ideologi, semangat, dan komitmen yang jelas terhadap pengungsi perang Suriah di Yordania dan pengungsi Palestina di Lebanon yang menjadi korban konflik bersenjata antara Palestina dan Israel”.
Pengakuan sebagai eminent advocate
Prof Firman Hasan yang juga menjadi promotor menyatakan Tahir juga menunjukkan kedermawanan di bidang kesehatan dan pendidikan di Indonesia serta kawasan Asia dan Afrika.
Hal ini dibuktikan melalui pengakuan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) kepada Tahir yang telah dinobatkan sebagai eminent advocate UNHCR pada November 2016.
Tahir juga mendapat pengakuan dari The Bill & Melinda Gates Institute for Population and Reproductive Health at the Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (Gates Institute) berupa “Global Humanitarian Award for Women’s and Children’s Health”.
Selain menjadi filantrop kemanusiaan, Tahir juga dikenal sebagai filantrop pendidikan dengan menunjukkan perhatian besar terhadap bidang hukum. “Tahir menunjukkan perhatian besar terhadap masalah-masalah hukum dan pembangunan bidang hukum dengan menyatakan bahwa hukum menjadi salah satu pilar penting dalam membangun peradaban,” ungkapnya.
“Dalam pandangan Dato Tahir, suatu negara dianggap beradab jika masyarakatnya menjalankan hukum dengan baik,”.
Filantropi salah satu jawaban
Pada kesempatan itu, Dato Sri Tahir menyampaikan ucapan terima kasih atas amanah dan anugerah yang diperlolehnya.
Dalam orasi berjudul “Filantropi dan Upaya Pemenuhan Hak Manusia dalam Konflik Bersenjata”, Tahir mengatakan, filantropi merupakan salah satu jawaban untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan dan menjanjikan harapan karena berdampak besar untuk menyelesaikan masalah dunia.
“Filantropi itu berbeda dengan cara biasa yang umum dikenal ketika manusia menolong sesama. Filantropi merupakan tindakan manusia menolong manusia lainnya dengan lebih terencana dan matang, sehingga tindakan yang dilakukan lebih profesional agar pertolongan tersebut memberikan dampak lebih baik dan lebih luas bagi manusia yang diberikan pertolongan,” ujarnya.
Tahir yang juga Guru Besar Singapore Management University (SMU) ini mengatakan, filantropi harus menjadi panggilan jiwa. Jika tidak, akan menimbulkan masalah baru bagi masyarakat hendak dibantu. “Itu sebabnya panggilan menolong sesama harus dikerjakan secara profesional,” katanya.
Selanjutnya, Tahir yang juga menjadi anggota Dewan Kehormatan University of California Berkeley menuturkan, konsep filantropinya berasal dari pengalaman pribadi di masa lalu. Dia pernah merasakan hidup susah saat menjadi anak seorang penyewa becak. “Hidup ini sangat ajaib. Anak seorang penyewa becak yang pernah sakit dan hampir tidak bisa keluar rumah sakit menjadi seperti sekarang,” tuturnya.
Tanggungjawab kemanusiaan tanpa melihat agama
Pengalaman masa kecil tersebut merupakan refleksi perjalanan hidup yang menjadi pengingat baginya untuk memberikan yang terbaik kepada bangsa dan sesama. Filantropi dijalankannya sebagai tanggung jawab kemanusiaan tanpa melihat agama.
“Filantropi ini amanah dan konsekuensi sebuah logika. Sudah saatnya mengembalikan apa yang saya dapatkan dari negeri ini dan membuat teladan yang baik bagi keturunan saya,” tegas Tahir.
Tahir menuturkan, bangsa Indonesia banyak mengubah hidupnya menjadi jauh lebih baik, sehingga ia konsisten menjalankan filantropi.
Ia berharap filantropi bisa menjadi jalan baru bagi kelompok masyarakat kelas menengah atas untuk menunjukkan perhatiannya kepada sesama manusia.
Habibie akui Tahir
Pada kesempatan itu, BJ Habibie mengatakan Tahir merupakan sosok yang layak diberi penganugerahan dari Universitas Andalas. Pasalnya, hingga saat ini belum ada seorang pun yang menyumbang ratusan juta dolar seperti yang dilakukan Tahir untuk aksi kemanusiaan. Tahir merupakan contoh untuk mendorong konglomerat melakukan aksi serupa.
“Saya mengucapkan selamat atas penganugerahan doktor kehormatan kepada Dato Sri Tahir. Ia memang layak dan merupakan figur yang tepat untuk memperoleh gelar doktor kehormatan di bidang hukum dan kemanusian yang baru pertama kali oleh Universitas Andalas,” katanya.
Habibie melanjtukan, filantropi yang dilakukan Tahir terbentuk dari rasa cinta kasih yang ditanam dalam keluarga tanpa melihat perbedaan. “Meski dia tidak beragama Islam, tetapi cintanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sesama manusia mengantarnya ke daerah perang untuk melakukan aksi kemanusiaan,” ujarnya.
Tahir sebelumnya telah menerima tiga gelar doktor kehormatan dalam bidang yang berbeda. Gelar doktor kehormatan pertama diperoleh pada 2008 dari Universitas 17 Agustus untuk bidang kedokteran. Kedua, pada 2016 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta untuk bidang manajemen, dan ketiga dari Universitas Airlangga (Unair) di bidang politik dan ekonomi.
Sesudah menjadi alumnus Universitas Andalas, demikian ‘BetitaSatu.com’, Dr Sri Dato Tahir memberikan bantuan kepada almamaternya berupa laboratorium hukum yang diberi nama Tahir Foundation Building. Peletakan batu pertama pembangunan gedung tersebut dilakukan oleh BJ Habibie, diikuti Dato Sri Tahir dan Prof Tafdil Husni. (B-BS/jr)