BENDERRAnews, 6/9/17 (Bogor): Dapat dipastikan, ke depan bukan politik dan hukum yang menjadi panglima, tapi pangan yang akan menjadi panglimanya.
“Siapa yang punya pangan, dia yang mengendalikan,” kata Presiden Joko Widodo, saat orasi pada sidang terbuka dalam rangka “dies natalis” Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kampus Dramaga Kabupaten Bogor, Rabu (6/9/17).
Disebut Presiden Jokowi, ke depan seluruh negara akan berebut pangan, energi, air sehingga perlu disiapkan logistik yang memadai agar negara tidak mudah ditundukan.
“Tanpa ketersedian logistik yang mencucukupi, negara ini mudah dikalahkan, mudah ditundukan karena ke depan bukan politik lagi yang jadi panglima, mungkin bukan hukum lagi yang jadi panglima tapi pangan yang menjadi panglima,” katanya lagi.
Oleh sebab itu, lanjut Presiden, paradigma-paradigma baru dan inovasi baru tentang pangan harus dikeluarkan dan diciptakan.
“Tanpa itu sulit rasanya kita kompetisi, sulit bersaing dengan Negara lain,” kata Presiden Jokowi.
Presiden dalam kesempatan ini kembali mengingatkan perubahan global yang sangat cepat tidak bisa dihindarkan dan Indonesia mau tidak mau harus mengikutinya jika tidak ingin kalah bersaing.
Bahkan Presiden Jokowi mengaku sering menegur para menterinya, terkait urusan pangan. Dia mencontohkan masalah nelayan karena menterinya berpuluh-puluh tahun tidak bisa menyelesaikan masalah cantrang.
“Sudah berpuluh-puluh tahun ngurusin cantrang tidak selesai. Padahal dunia sudah berubah ke offshore aquaculture, kenapa kita tidak bisa mengikuti era perubahan yang sangat cepat ini,” ujarnya lagi.
Presiden meminta mendidik para nelayan agar bisa membangun sebuah offshore aquaculture sehingga masalah cantrang bisa selesai.
“Tapi berikan edukasi yang baik mengenai ‘offshore aquaculture’,” katanya.
Sedangkan di bidang pertanian, Presiden berharap adanya peningkatan nilai tambah petani dengan cara mengkorporasikan agar bisa mendapat keuntungan sebesar-besarnya dari dia melakukan penanaman pertanian.
Presiden mengakui bahwa kondisi petani di Indonesia sebagian besar hanya memiliki lahan-lahan kecil, yang hanya berkisar 0,25-0,3 hektar saja.
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani tersebut, kata Presiden, perlu adanya langkah untuk mewujudkan korporasi petani, nelayan dan peternak.
“Tidak bisa kita biarkan mereka bekerja satu per satu seperempat hektar, 0,3 hektar, tidak mungkin, percaya kepada saya, harus mulai pemikiran-pemikiran besar ke arah itu,” katanya, sebagaimana dilansir ‘Antara’.
Presiden berharap ada langkah total untuk mengubah paradikma, sehingga petani harus memiliki dari hulu sampai hilir.
“Proses itu harus kita siapkan. Korporasi itu harus kita siapkan. Saya memiliki keyakinan IPB memiliki kemampuan untuk menyiapkan petani-petani kita ke arah itu,” harapnya lagi.
Dalam hal korporasi petani ini, Jokowi mengungkapkan di Sukabumi, Jawa Barat, sudah menerapkannya dan bisa diterapkan di daerah lainnya.
“Minggu lalu saya ke Sukabumi, untuk cari contoh korporasi petani. Ternyata ada di sukabumi. Yang namanya PT BUMR Pangan, koperasinya Arohmah, ini adalah korporasi petani,” ungkapnya.
“Yang dikorporasikan atau yang digabungkan bukan tanah yang ada, tetapi para petani-petaninya yang ada”.
“Saya lihat di sana aplikasi untuk berproduksi sudah diatur, sirkulasi tiap hari ada panen terus, dengan penggunaan bibit berbeda-beda, karena tiap musin benihnya berbeda,” ungkapnya.
Presiden juga menyebut sudah digunakan proses penggilingan padi secara modern, dimana ada proses pengeringan dan keluar sudah dalam bentuk “packaging” yang bagus.
Korporasi petani di sukabumi ini, kata Jokowi, juga memiliki pemasaran secara “online” sehingga hasilnya dengan mudah dipasarkan.
“Cara-cara seperti ini yang harus kita intervensi, kalau tidak petani kita sampai kapan pun tidak akan “start” dan meloncat keuntungannya,” kata Presiden.
Presiden berharap ini tidak hanya urusan padi saja, tetapi juga untuk tanaman holtikultura juga bisa diterapkan agar nilai tukar petani bisa bertambah,
Peran Alumni IPB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh harapan besar kepada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Jokowi berharap alumni IPB nantinya dapat berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani.
Dikatakannya, lulusan IPB seharusnya dapat memberikan manfaat langsung bagi dunia pertanian di Indonesia. Untuk itu, harapan secara langsung dialamatkan bagi alumnus IPB dan kampus pada sektor pertanian lainnya dalam mengembangkan industri pertanian di Indonesia.
“Sejak awal, bagaimana industri benih disiapkan, yang kedua, aplikasi-aplikasi modern itu harus disiapkan, bagaimana memberikan drone, memberikan google earth. Pakai semuanya. Bagaimana penggilingan rice mill modern menjadi padi yang modern. Disiapkan. Bagaimana industri pengolahan disiapkan,” ujar Presiden Jokowi di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB, Bogor, Rabu (6/9/17) sebagaimana dicuplik ‘BeritaSatu.com’.
“Siapa yang bisa melakukan ini? Yang hadir di sini yang berada di atas ini semua (yang bisa melakukan),” kata Jokowi sambil menunjuk mahasiswa IPB yang duduk di atas tribun aula Grha Widya Wisuda, Kampus IPB.
Pernyataan presiden tersebut disambut tepuk tangan hadirin yang memenuhi aula Grha Widya Wisuda.
Mahasiswa dan alumni IPB diharapkan dapat kembali turun ke lapangan sesuai praktik ilmu masing-masing. Mahasiswa pertanian pun diharapkan dapat berfikir maju sesuai perkembangan teknologi saat ini.
“(Dibutuhkan) mahasiswa-mahasiswa yang berpikiran modern yang mau terjun ke lapangan untuk kerja di sawah, di pertanian,” ungkapnya.
Banyak di Bank
Presiden Joko Widodo menyindir lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tidak bekerja di sektor pertanian saat berpidato dalam acara dies natalis institut di Kampus Dramaga, Bogor, Rabu.
“Maaf Pak Rektor, tapi mahasiswa IPB banyak bekerja di bank… Saya cek direksi-direksi perbankan BUMN yang banyak dari IPB, manajer tengah banyak berasal dari IPB, terus yang mau jadi petani siapa,” katanya.
Presiden yakin IPB dan lulusannya mampu menyiapkan para petani untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
“Dalam rangka dies natalis IPB ini, saya akan ajak terus kerja sama dengan pemerintah, jangan berhenti berinovasi. Jangan jadi menara gading, turun ke lapangan membantu mewujudkan kemandirian pangan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.
Presiden berharap IPB memunculkan fakultas atau jurusan sesuai perkembangan kebutuhan sumber daya pendukung.
Ia mencontohkan bahwa saat ini belum ada jurusan yang khusus mempelajari ritel pangan, dan manajemen logistik.
“Saya selalu melihat kalau masuk ke universitas saya lihat, ke institut saya lihat pasti ada fakultas ekonomi. Jurusannya saya pasti hafal pasti jurusan akuntansi. Itu sudah berpuluh-puluh tahun, pasti manajemen, ekonomi pembangunan,” katanya.
“Manajemen logistik nasional bisa ditata dengan baik kalau SDM-nya itu siap,” ia menambahkan.
Dalam acara itu, Presiden juga memuji IPB karena menghasilkan bibit padi IPB3S yang dikenal irit air dan tahan hama.
“Saya sudah menyaksikan, waktu panen sudah berhasil satu hektare bisa mencapai 11 ton. Ini sebuah penemuan yang mestinya petani kita mendapatkannya,” kata Presiden Jokowi. (B-AN/BS/jr)