BENDERRAnews, 22/4/18 (Jakarta): Pihak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bersama Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO atau KNIU, ANRI dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengajukan tiga arsip pidato Presiden Soekarno sebagai bagian dari warisan dokumenter dunia.
Nantinya disebut sebagai Memory of the World (MoW) UNESCO tahun 2018-2019.
Tiga pidato tersebut berjudul “Unity in Diversity Asia Africa” saat Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-24 April tahun 1955 di Bandung; pidato berjudul “To Build The World a New” pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa tahun 1960, dan “New Emerging Forces” pada Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok di Beograd, Serbia, tahun 1961.
Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto mengungkapkan, upaya pengajuan tersebut untuk membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya warisan dokumenter Indonesia serta bagian meningkatkan pembangunan karakter bangsa.
Komitmen melestarikan
Selain itu, lanjut Bambang, pengajuan tiga pidato sebagai bagian Memory of the World UNESCO merupakan komitmen menjaga dan melestarikan kekayaan bangsa-bangsa di dunia dalam bentuk pusaka dokumenter.
“Tujuannya untuk menjaga dan melestarikan kekayaan dalam documentary heritage secara bijak karena dokumen-dokumen tersebut memiliki nilai sejarah dan artistik yang tinggi,” ujar Bambang, dalam sambutannya di Auditorium LIPI, Jakarta, Selasa (17/4/18).
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Mego Pinandito mengungkapkan, Soekarno memiliki peran besar dalam perkembangan peradaban dunia.
Tidak hanya perannya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, namun juga sebagai tokoh yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang mengubah dunia.
“Beliau dinilai memiliki peran besar dalam perkembangan peradaban dunia, tidak hanya perannya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, namun juga sebagai tokoh yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang mengubah dunia,” kata Mego.
Memenuhi syarat
Disebut Mego, ketiga pidato Soekarno tersebut memenuhi syarat untuk diajukan sebagai warisan dunia UNESCO.
Ia menilai, pidato Soekarno unik dan tidak tergantikan. Selain itu, memenuhi unsur waktu atau mewakili zamannya dan bersifat monumental.
Mego berharap, tiga pidato Soekarno tersebut akan diterima sebagai Memory of The World UNESCO pada tahun 2019 mendatang.
“Kami berharap pengusulan bisa sukses di tahun mendatang. Kemungkinan tahun depan karena tahun ini UNESCO memoratorium seluruh usulan,” ujar dia.
Memory of the World merupakan salah satu program UNESCO berupa ingatan kolektif dunia yang didorong dari kesadaran akan keadaan pelestarian dan akses terhadap warisan dokumenter di berbagai belahan dunia.
Hingga saat ini, Indonesia berhasil mendapat pengakuan dunia untuk naskah La Galigo, naskah Nagarakretagama, naskah Babad Diponegoro, arsip Konferensi Asia Afrika, arsip restorasi Borobudur, dokumentasi peristiwa tsunami Samudera Hindia, serta naskah cerita Panji.
Dalam acara terseburt, hadir Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Menlu AM Fachir, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latif, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto, dan rohaniawan Romo Benny Susetyo.
Selain itu, hadir pula politisi PDI-P, Rieke Diah Pitaloka, politisi PDI-P Charles Honoris Politisi PDI-P Masinton Pasaribu dan sejumlah perwakilan negara sahabat. Demikian ‘Kompas.com’. (B-KP/jr)