BENDERRAnews, 8/1/18 (Purbalingga): Ketahungghan sektor pertanian Indonesia, khususnya pangan semakin teruji di era Presiden Joko Widodo, kendati baru memimpin tiga tahun.
Buktinya, produksi beras nasional tahun 2017 surplus berkat upaya khusus. Selain itu, Pemerintah terus menghadirkan beras kualitas unggul dalam rangka inovasi.
“Di tataran nasional, berkat upaya khusus (Upsus) ini luas tambah tanam (pada bulan Desember 2017) meningkat menjadi 1,1 juta hektare,” kata Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian, Surachman Suwardi, usai panen padi di Desa Gembong, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu (7/1/18) kemarin.
Kenaikan luas tanam, menurutnya, berimplikasi pada enam juta gabah kering giling (yang diproduksi). “Artinya tiga juta ton beras, sedangkan kebutuhannya 2,6 juta ton sehingga produksinya surplus,” bebernya.
Sinergitas pusat-daerah
katanyaSelain di tingkat nasional, menurutnya, surplus beras juga dialami Kabupaten Purbalingga berkat sinergitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah termasuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai sumber inovasi.
Ia mengatakan, pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian mendukung terus kegiatan swasembada khususnya padi yang berkelanjutan.
Kegiatan menuju swasembada itu juga didukung asuransi, alat dan mesin pertanian, embung, serta pendampingan.
“Hari ini, kami sangat bahagia, sangat senang, ini membuktikan bahwa impor (beras) tidak perlu, impor ‘no’. Jadi, ini menandakan bahwa kita betul-betul swasembada, yang ingin impor itu segelintir orang yang ingin memperkaya kepentingan pribadi saja, tidak mempedulikan petani,” katanya.
Sementara Kepala BPTP Jawa Tengah Harwanto mengatakan pihaknya tetap komitmen untuk menyukseskan ketahanan pangan di Purbalingga.
“Salah satunya, kami mengintroduksi varietas-varietas baru yang mempunyai potensi lebih tinggi dibanding yang ada di sini. Oleh karena itu, dalam rangka menyukseskan ketahanan pangan menuju lumbung pangan dunia, kami terus berinovasi menerapkan teknologi di tingkat lapangan dengan harapan petani bisa mengambil manfaat dari inovasi itu,” ujarnya.
Percontohan lahan
Ia mengakui jika varietas padi yang dipanen di Desa Gembong tergolong agak lama, yakni Pak Tiwi.
Menurut dia, berdasarkan hasil penghitungan secara ubinan, produktivitasnya mencapai 6,8 ton per hektare. Jika menggunakan varietas baru, menurutnya, produktivitasnya diperkirakan bisa mencapai 8-9 ton per hektare.
Terkait itu, dia mengatakan pihaknya telah membuat beberapa percontohan lahan dengan varietas unggulan seperti Inpari 30, Inpari 33, dan Inpari 243 di sejumlah wilayah Purbalingga dengan harapan petani bisa memilih.
“Pada era seperti sekarang ini, panen, tanam, panen, tanam, itu rentan dengan serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Dengan adanya pergiliran varietas, kami ingin meminimalkan serangan OPT,” demikian Surachman Suwardi, seperti dilansir ‘Antara’. (B-AN/BS/jr)