BENDERRAnews.com, 29/5/20 (Jakarta): Awal pekan depan, kita merayakan Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
Jelang perayaan itu, Wakil Ketua MPR dari Fraksi PDI Perjuangan (PDI-P), Ahmad Basarah mengingatkan lagi soal arti penting Pancasila sebagai jalan hidup bangsa Indonesia dibanding paham lain seperti kapitalisme maupun ideologi khilafah yang mendasari ISIS.
“Sejak negara Indonesia didirikan pada 1945, Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar negara. Namun kerap sekali kita tak memahami eksistensi dan kedudukan hukumnya, karena kurang memahami dengan benar sejarah pembahasan dan perumusannya,” kata Ketua Umum DPP Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini, Jumat (29/5/20).
Bapak Bangsa Bung Karno, menurut doktor Pancasila dari Universitas Diponegoro (Undip) ini, merupakan tokoh yang berhasil mensintesiskan berbagai pandangan yang muncul. Sukarno menjadi orang pertama yang mengonseptualisasikan dasar negara itu ke dalam pengertian “dasar falsafah” dan “pandangan komprehensif dunia” secara sistematik, solid dan koheren.
“Jadi tanpa mengikutsertakan Bung Karno dalam menjelaskan sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar negara, sama saja memutus rantai sejarah bangsa Indonesia,” tegas Basarah peran Bung Karno yang dijuluki juga sebagai “Penggali Pancasila”.
Tiga rumusan
Basarah membeberkan proses lahirnya Pancasila dalam tiga rumusan. Yakni rumusan Bung Karno lewat pidatonya pada 1 Juni 1945; rumusan oleh Panitia Sembilan yang diketuai Bung Karno dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945; dan rumusan final pada Pembukaan UUD 1945. Rumusan final disahkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang juga diketuai oleh Bung Karno pada tanggal 18 Agustus 1945.
Basarah mengatakan, dari ketiga dokumen otentik rumusan Pancasila tersebut, terlihat Bung Karno memiliki peran strategis dalam proses pembahasan dan perumusan Pancasila bersama para pemimpin bangsa Indonesia lainnya.
Lalu mengapa rumusan Pancasila itu diterima dengan aklamasi? Basarah mengutip pandangan Presiden Kelima RI yang juga putri Sukarno, Megawati Soekarnoputri.
Disebut Megawati, rumusan Pancasila diterima karena memang dirumuskan dengan berdasar akar sejarah dan budaya kuat yang dihidupi masyarakat Indonesia.
Pidato Bung Karno di PBB
Basarah mengungkapkan, kisah Bung Karno saat berpidato di depan sidang PBB pada 30 September 1960. Proklamator RI itu menyangkal pendapat Bertrand Russel, seorang filsuf Inggris, yang membagi dunia hanya ke dalam dua poros ideologi, yaitu liberalisme/kapitelisme dan komunisme.
Bung Karno menyampaikan di forum itu, Indonesia tidak dipimpin oleh kedua paham itu. Bung Karno membeberkan Pancasila, yang sudah dihidupi oleh rakyat Indonesia selama 2.000 tahun peradaban Nusantara. Bung Karno bahkan menegaskan Pancasila lebih tinggi dibanding ‘Decalaration of Independence’ yang menjadi dasar bagi liberalisme, maupun manifesto komunis.
Dengan demikian, kata Basarah, sejak awal para founding fathers sudah melihat, Pancasila merupakan ideologi yang lebih sesuai dengan falsafah hidup dan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila lebih sesuai dan cocok bagi bangsa Indonesia dari pada komunisme yang menganut falsafah atheisme karena Pancasila punya sila Ketuhanan Yang Maha Esa. “Pancasila lebih sesuai dan cocok bagi bangsa Indonesia dari Liberalisme/Kapitalisme yang ekonominya dikuasai kaum pemilik modal karena Pancasila punya sila Keadilan Sosial,” demikian Achmad Basarah. (B-BS/jr)