BENDERRAnews.com, 29/4/20 (Jakarta): Pihak Korlantas Polri mengatakan, jumlah pemudik yang tepergok dan diminta putar balik terus menurun. Total ada 14.000-an kendaraan pelanggar yang harus gigit jari, karena gagal mudik.
Hal ini dikatakan oleh Kabag Ops Korlantas Polri, Kombes Benyamin saaf dihubungi BeritaSatu.com, Selasa (28/4/20). Ribuan pelanggar itu ditindak sejak operasi digelar Jumat (24/4/20) lalu.
“Cenderung menurun hari demi hari. Total sudah ada 9.393 kendaraan di Lampung dan Jawa yang kita tindak. Khusus untuk Polda Metro ada 4.900,” kata Benyamin.
Seperti diberitakan, total ada 58 titik sekat di Pulau Jawa. Rinciannya Banten ada enam titik, di DKI Jakarta 18 titik, di Jawa Barat 17 titik, di Jawa Tengah ada lima titik, Jogjakarta ada tiga titik, dan Jawa Timur ada sembilan titik.
Cara bertindak yang dilakukan pada saat penyekatan larangan mudik itu, pertama, ialah sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak mudik. Kedua, membentuk pos pelayanan terpadu bersinergi dengan TNI dan instansi terkait.
Pada saat di lapangan, petugas menggunakan pendekatan humanis menyampaikan kepada pengendara yang kedapatan akan mudik untuk putar balik.
Sedangkan untuk logistik, bahan pokok, BBM , alat kesehatan, ekspedisi diperbolehkan untuk melewati jalan. Tidak ada penutupan jalan tol dan jalan arteri.
Jangan mudik ‘ngumpet’
Dari Semarang, dilaporkan, larangan mudik oleh pemerintah ternyata tidak diindahkan oleh sebagian orang. Masih banyak masyarakat yang tinggal di kota-kota besar khususnya Jabodetabek, nekat mudik dengan cara ngumpet-ngumpet (sembunyi-sembunyi) untuk menghindari petugas.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengaku sudah mendapat laporan terkait hal itu. Bahkan dari gambar-gambar yang diterimanya, membuatnya sangat prhatin.
“Saya dikirimi beberapa gambarnya, ada yang mobilnya dimasukkan ke dalam truk, ditutupi barang. Ada juga, nggak tahu bener apa tidak, orang naik kontainer. Tolong lah, jangan seperti itu, itu bahaya,” tegas Ganjar, Selasa (28/4/20).
Ganjar menegaskan, mudik dengan cara ngumpet-ngumpet akan berbahaya tidak hanya bagi kesehatan, tapi juga nyawa. Dirinya menginformasikan, tujuh orang yang mudik naik travel ke Cilacap, ketujuhnya dinyatakan positif.
“Saya ingatkan, bahaya sudahlah. Blak-blakan saja kalau mau mudik. Kalau memang harus pulang, uruslah surat minta izin dan sebagainya. Urus saja izinnya, saya kira pemerintah juga akan bijaksana,” tegasnya.
Meski begitu, Ganjar tetap meminta agar warganya yang ada di Jabodetabek dan kota besar lainnya untuk tidak mudik tahun ini. Sebab dengan cara itu, rantai penyebaran Covid-19 dapat diputus.
“Kalau Anda bisa bertahan, tolong tetap bertahan. Nanti kami urus kok. Jangan khawatir, nanti kami urus. Setiap hari saya membalas WA, telpon, sms bahkan DM soal itu. Ada mekanisme yang dapat ditempuh untuk itu, tolong patuhi peraturan pemerintah,” pintanya.
Disebutnya, persoalan mudik memang kompleks. Ia meminta masyarakat menggunakan hati dan perasaan untuk memahami persoalan ini.
Ia juga meminta pemerintah pusat untuk benar-benar memastikan masyarakat yang tidak pulang untuk mendapatkan insentif. Entan bagaimana mengaturnya, mekanisme pembagiannya, yang jelas semua harus terdata dan mendapatkan insetif itu.
“Sekali lagi saya tekankan, tolong jangan pulang. Apalagi ngumpet-ngumpet itu bahaya. Nanti duduk empet-empetan dengan penumpang lain, udara pengap tidak sehat, tidak pakai masker, tangannya tidak dicuci dan sebagainya. Ini kan bahaya,” ujarnya.
Pihaknya akan terus mengantisipasi pemudik yang nekat pulang kampung. Bupati/Wali Kota sampai kepala desa se Jateng lanjut dia sudah mempersiapkan protokol kesehatan masing-masing dan menyediakan tempat karantina.
“Bupati/Wali Kota dan Kades sudah bagus responnya, kalau ada pemudik langsung dikarantina dengan baik. Mudah-mudahan ini bisa menanggulangi,” demikian Ganjar Pranowo. (B-BS/jr)