Beritasatu.com, 13/3/20 (Jakarta): Mewabahnya virus corona ternyata berlangsung sangat cepat. Penyebaran virus tersebut di Italia dan Iran bahkan dilaporkan lebih cepat ketimbang Republik Rakyat Tiongkok atau RRT. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan penambahan jumlah kasus pada rentang waktu yang sama.
Berdasarkan data real time situs Covid-19, Worldometers, penambahan kasus di Italia sejak 20 Februari atau temuan pertama kasus positif corona hingga Jumat (13/3/20) mencapai 15.113 kasus. Sedangkan pada kurun waktu yang sama, penambahan kasus di Tiongkok sebagai negara asal virus hanya 5.349 kasus. Artinya selama 22 hari terakhir penambahan kasus di Italia hampir tiga kali lipat dari RRT.
Perbedaan angka ini diperkirakan akan semakin lebar, mengingat jumlah pasien baru yang terjangkit corona di RRT sudah sangat kecil, bahkan sempat dilaporkan sudah satu digit atau di bawah 10 orang dalam sehari. Sebaliknya, penambahan kasus baru di Negeri Pizza sangat besar. Hari ini, Worldometers menyebut, penambahan kasus baru di Italia sebanyak 2.651.
Hal serupa terjadi di Iran. Kasus pertama di negeri Khomeini ini dilaporkan pada 19 Februari 2020 yakni di Kota Suci Qom, sekitar 145 kilometer bagian selatan Teheran. Dari tanggal tersebut sampai Jumat (13/3/2020) sudah terdapat 10.075 kasus. Sedangkan pada rentang waktu yang sama RRT menambah 6.238 kasus.
Sebagai pembanding, Korea Selatan merupakan negara tiga besar jumlah kasus corona di luar RRT. Namun, di Negeri Ginseng ini sejak laporan pada15 Februari 2020 adanya 28 orang terinfeksi sampai Jumat (13/3/20) terdapat 7.979 kasus. Angka ini kalah banyak dibandingkan RRT yang pada rentang waktu tersebut mencatatkan 12.293 kasus.
Tingkat kematian memperihatinkan
Selain menyalip RRT dalam jumlah kasus corona Italia juga tercatat punya tingkat kematian yang cukup memprihatinkan. Di Korsel tingkat kematiannya 0,8 persen, Spanyol 2,7 persen, RRT 3,9 persen, Iran 4,2 persen, sedangkan di negara yang terkenal degan kompetisi Seri A sepakbolanya ini mencapai 6,7 persen.
Tingkat kematian pada Jumat (13/3/20) tersebut lebih tinggi dari persentase dunia. Dari 134.679 jumlah kasus corona di seluruh dunia yang terdata Worldometers, terdapat 4.973 kasus kematian atau sekitar 3,7 persen dari jumlah keseluruhan kasus.
Sejumlah negara sudah mengonfirmasi, dari korban meninggal kebanyakan pasien berusia lanjut dan memiliki riwayat penyakit lainnya. Sementara Italia dikenal sebagai negara yang memiliki populasi dengan umur rata-rata paling tua di Eropa dan tertua kedua di dunia setelah Jepang.
Pemerintah setempat tidak kurang cepat mengantisipasi penyebaran virus. Aljazeera melaporkan, sekitar sebulan sebelum wabah merebak, Kementerian Kesehatan Italia membentuk satuan tugas dan menangguhkan semua penerbangan ke dan dari Tiongkok serta menyatakan keadaan darurat. Namun virus bisa saja tiba di Italia sebelum larangan perjalanan dikeluarkan.
Seminggu sebelum otoritas kesehatan setempat menemukan pasien positif pertama atau disebut “Pasien n.1”, Rumah Sakit Sacco di Milan mempelajari tiga urutan genetik berbeda yang ditemukan di wilayah utara Lombardy yang mengkonfirmasikan keberadaan Covid-19.
“Adalah masuk akal bila Covid-19 masuk ke Italia masih dalam masa inkubasi, dan menginfeksi seseorang hanya dengan tanda gejala ringan atau bahkan tanpa gejala sama sekali,” kata Kepala Departemen Penyakit Menular Italia, Massimo Galli, kepada surat kabar setempat Corriere della Sera.
Dilaporkan pula pada akhir Desember, sejumlah kasus pneumonia yang tidak biasa ada di RS Codogno di bagian utara Italia. Hal itu diungkapkan Kepala Unit Gawat Darurat, Stefano Paglia mengatakan kepada surat kabar La Repubblica. Beberapa pasien di sana bisa saja membawa virus corona tetapi dokter saat itu memperlakukan mereka seperti pasien yang menderita penyakit khas musim dingin.
Selain itu fasilitas kesehatan justru dinilai berkontribusi mempercepat penyebaran virus manakala tenaga medis dan pengunjung lain setiap hari lalu lalang ke dan dari kompleks permukiman. “Rumah sakit bertindak sebagai pengganda,” kata anggota Dewan Eksekutif WHO sekaligus konsultan untuk Kementerian Kesehatan Italia, Walter Ricciardi.
“Dari sudut pandang epidemiologi, tidak masuk akal Italia yang telah menghentikan penerbangan dari Tiongkok namun justru menyumbang lebih banyak kasus daripada Jerman dan Prancis,” katanya.
Untuk mengatasi wabah pemerintah mengambil langkah-langkah drastis antara lain membangun dua zona karantina di wilayah utara Lombardy dan Veneto, tempat epidemi muncul. Sekolah di seluruh negeri libur hingga pertengahan Maret. Acara olahraga diadakan di dalam ruangan. Acara publik yang tidak dapat menjamin jarak satu meter antarpengunjung dilarang. Referendum pemotongan jumlah Anggota Parlemen pun ditunda karena wabah ini.
Spanish Steps on Piazza di Spagna, Roma, Italia sebelum dan sesudah lockdown. Foto: Istimewa
Untuk menopang sistem kesehatan negara itu serta memperkuat perekonomian dalam negeri, pemerintah telah mengumumkan rencana darurat senilai 7,5 miliar Euro atau sekitar US$8,5 miliar. “Reaksi Italia ini oleh WHO maupun Komisi Eropa dipakai sebagai referensi,” kata Ricciardi, yang percaya langkah-langkah penahanan itu perlu dan direncanakan dengan baik.
Meski demikian, penanganan wabah ini menurut Ricciardi punya kelemahan yang terletak pada campur aduknya kendali pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas sistem Layanan Kesehatan Nasional. Kondisi itu menyebabkan beberapa kebingungan selama hari-hari awal wabah, misalnya, ketika gubernur lokal melakukan pendekatan yang berbeda dengan pusat atau malah berbenturan dengan kebijakan Perdana Menteri Giuseppe Conte.
“Dalam kondisi sekarang ini yang dibutuhkan adalah satu baris komando baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam komunikasi,” kata Ricciardi.
Sistem terpadu
Italia membangun Layanan Kesehatan Nasional pada tahun 1978 sebagai sistem terpadu dan terpusat dengan akses universal ke semua pasien. Berdasarkan Direktur Sektor Kesehatan di Observatory di Bocconi University (OASI), Francesco Longo, dalam kasus epidemi sistem layanan kesehatan tersebut adalah model terbaik karena bisa mencegah dan menangani semua kasus.
Namun, demikian kekhawatiran muncul tentang ketahanan sistem tersebut. “Pemerintah memastikan bahwa wilayah yang berbeda diberikan alat pelindung baru, seperti masker, tetapi kami masih menerima laporan tentang kekurangan,” kata Presiden Federasi Nasional Tatanan Dokter, Filippo Anelli kepada Al Jazeera. Sementara itu Asosiasi Direktur Medis (ANAAO) memberikan peringatan tentang kurangnya tempat tidur dalam penanganan intensif pasien di Lombardy, di mana 95 persen di antaranya penuh.
Isteri PM Kanada terpapar
Sementara itu, dari Ottawa, BeritaSatu.com melansir, Sophie Gregoire-Trudeau, istri dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau telah dites positif virus corona. Meski demikian, Justin Trudeau berada dalam kondisi yang baik.
Justin dan istri saat ini mengasingkan diri setelah hasil tes keluar.
“Sophie Gregoire-Trudeau diuji corona hari ini. Tes itu kembali positif. Perdana Menteri dalam kesehatan yang baik tanpa gejala,” ujar kantor Perdana Menteri Kanada dalam pernyataannya, Kamis (12/3/20).
Gregoire sebelumnya mengalami beberapa gejala ringan setelah kepulangannya dari Inggris. Dalam pesannya dia mengatakan mengalami gejala virus yang tidak nyaman.
“Berada di karantina di rumah tidak ada bandingannya dengan keluarga Kanada lainnya yang mungkin melalui ini dan bagi mereka yang menghadapi masalah kesehatan yang lebih serius,” kata Gregoire.
Di Kanada sampai hari Kamis (12/3/2020) ada tambahan 16 kasus baru sehingga total ada 158 penderita corona dan baru satu penderita meninggal dunia. Demikian diberitakan AFP.
Sedangkan dari Kuala Lumpur, dilaporkan, Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis (Maips) Negara Bagian Perlis Malaysia memutuskan salat Jumat di seluruh Perlis hari ini digantikan dengan salat zuhur di rumah masing-masing.
Berdasarkan pernyataan Maips, Jumat (13/3/20), keputusan itu dibuat bagi menjunjung titah perintah dan perkenan Raja Perlis Tuanku Syed Sirajuddin Ibni Almarhum Tuanku Syed Putra Jamalullail menyusul penularan kasus virus corona (Covid-19) di negara ini.
“Hal ini adalah rentetan daripada perkembangan terbaru seperti yang telah disampaikan oleh Kementerian Kesihatan Malaysia,” menurut Maips.
Pihak kementerian telah meminta agar semua pertemuan berskala besar, termasuk aktivitas agama agar dihindari. Untuk itu pengurusan masjid-masjid di seluruh negeri Perlis hendaklah menghindari dari melaksanakan aktivitas pertemuan berskala besar saat ini.
Mereka juga mengingatkan kaum Muslim agar senantiasa mengambil langkah-langkah pencegahan bagi menghindari penularan wabah tersebut.
Sebelumnya Kantor Perdana Menteri Malaysia menyarankan khutbah sholat Jumat diperpendek saat negara menghadapi pandemi wabah corona.
Menteri Di Kantor Perdana Menteri Hal Ehwal Agama, Datuk Seri DrZulkifli Mohamad Al-Bakri mengemukakan hal itu usai menghadiri Majelis Tausiyah AM badan agama di Masjid Tuanku Mizan Sultan Zainal Abidin di Putrajaya, Kamis.
Dia mengatakan khutbah hendaknya langsung ke inti pesan yang hendak disampaikan.
Mufti Wilayah Persekutuan tersebut mengatakan saran tersebut di antara lima kertas kerja yang akan dikemukakan kepada Majlis Fatwa untuk mendapatkan solusi berhubung situasi yang terjadi sekarang ini. Demikian ANTARA memberitakan. (B-ANT/AFP/BS/jr)