BENDERRAnews, 21/7/18 (Lippo Village): Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan melalui peminatan Sinematografi dan Animasi, merupakan salah satu institusi pendidikan yang mempersiapkan insan-insan di industri perfilman tersebut.
Ketua Peminatan Sinematografi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Pelita Harapan (UPH), Anton J Babtista, SSn, MSi, mengemukakan itu dalam kesempatan sosialisasi Film Screening bertajuk “Representation – The Art of Signifier” di Radio Heartline, Lippo Village, Karawaci Tangerang, Banten.
Dikatakanya lagi, film merupakan suatu media komunikasi bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Film juga merupakan salah satu cara untuk menuangkan suatu ide yang dimiliki oleh seorang creator dan menyampaikannya kepada para penonton.
“Saat ini, kondisi perfilman di Indonesia cukup menggembirakan, ditandai dengan meningkatnya jumlah penonton dari tahun ke tahun. Kenaikan jumlah penonton dari tahun 2015 sebanyak 16,2 juta menjadi 34.5 juta di tahun 2016. Hal tersebut didukung dengan produksi film Indonesia yang semakin berkualitas dan minat masyarakat yang tinggi menjadi faktor pendukungnya,” paparnya.
Tantangan kurang sumberdaya
Anton lalu mengungkapkan, tantangan terbesar dalam industri perfilman ialah kurangnya sumberdaya yang memadai. “Jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 265 juta, jiwa sedangkan di seluruh Nusantara kini baru ada 1500 layar lebar yang tersebar. Ini menyebabkan kurangnya efektifitas dalam menyalurkan film yang dibuat ditambah lagi sumberdaya manusia di film juga cuman ada sedikit” tuturnya.
Hal ini menjadi peluang bagi UPH untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di bidang perfilman.
“Kami di UPH tidak hanya sekedar mengajarkan teknis, melaikan lebih menekankan kepada attitude, seperti disiplin dan rasa peduli dengan hal-hal detil dalam pekerjaannya, ditambah dengan penekanan konsep yang kuat kepada mahasiswa. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada kualitas produksi,” kata Anton.
Selain attitude, hal yang diutamakan dalam produksi film ialah kualitas visual. Di Cinematography UPH, para mahasiswa dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni untuk dapat memproduksi film-film yang berkualitas.
“Dalam peminatan Cinematography DKV UPH, pertama mahasiswa belajar form, yaitu bentuk visual yang ditekankan , masalah teknis, framing, lighting dan sebagainya. Pada level ke-2 masuk ke konten, yaitu sebuah cerita. Level ke-3 adalah konteks, yaitu cerita yang dihasilkan dalam bentuk form bagaimana konteks nya dengan kehidupan yang ada, bagaimana konteks nya dengan penonton dan apa tujuan atau sasaran dari cerita yang dibuat, dan seterusnya. Ketiga tahapan ini yang selalu kami ajarkan di perkuliahan,” urainya.
Bioskop Cinemaxx sangat mendukung
Anton berharap, agar Cinematography dan Animasi DKV UPH dapat menghasilkan insan-insan yang mampu meningkatkan industri perfilman Indonesia.
Salah satunya dengan menampilkan karya-karya mahasiswa ke layar lebar melalui program Film Screening yang diadakan setiap tahun. Dimana tahun ini DKV UPH akan mengadakan Film Screening ke-5 dengan tema “Representation – The Art of Signifier”, 23-25 Juli 2018, di Cinemaxx, Maxxbox Lippo Village, Karawaci, Tangerang.
Acara ini juga dilengkapi dengan talk show menghadirkan nara sumber di bidang perfilman Lukman Sardi (Actor & Director) dan di bidang animasi Mutia Terian (Character Artist).
Sasaran dari kegiatan Film Screening ‘Representation’ antara lain para mahasiswa, baik intern maupun dari luar UPH, dunia akademis perfilman, praktisi perfilman serta kalangan industri.
Dikatakan, peran dari venue yaitu Bioskop Cinemaxx sangat mendukung dalam terselenggaranya acara ini, terutama sejak ditandatangani nota kesepahaman antara Cinemaxx dan Scool of Design Universitas Pelita Harapan. (B-DL/MT/jr)