BENDERRAnews, 26/5/18 (Jakarta): Seorang jurnalis kawakan milik dunia pers Indonesia, Derek Manangka, telah tiada. Ya, Dunia Pers Indonesia benar-benar merasa kehilangan atas kepergian wartawan yang pernah melahirkan ratusan kader jurnalistik hebat, juga sosok jurnalis penuh semangat dan akrab dengan investigasi ini.
“Dia telah mengakhiri pertandingan yang hebat dan dimenangkannya…Karena dia mampu memberi banyak kepada kita semua,” demikian sebuah renungan yang lahir dari percakapan beberapa anak didiknya dari berbagai latar, Sabtu (26/5/18)
Salah satu eks rekan sekerjanya, dan mengaku menjadi ‘anak buah’-nya, ialah Bambang Soesatyo alias Bamsoet.
Ketua DPR RI ini benar-benar kaget mendengar khabar perginya DM, demikian panggilan akrab Senior Derek Manangka.
Bamsoet pun sontak bergegas, dan menuju Rumah Duka di RS Fatmawati, jakarta Selatan.
Dan kepada keluarga serta para koleganya, ia pastikan akan hadir juga pada pemakaman jurnalis senior Derek Manangka.
Derek meninggal pada Sabtu (26/5/18) pagi, sekitar pukul 09.30 WIB, karena serangan jantung. Dan direncanakan dimakamkan pada hari Senin (28/5/18) di dekan makam ayahnya di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.
“Ya Insha Allah hadir,” kata Bambang ditemui saat melawat di Rumah Duka RS Fatmawati.
Bambang mengungkapkan akan menghadiri pemakaman yang rencananya digelar sore hari. Sehingga pada siang hari ia masih akan hadir dalam beberapa agenda DPR.
“Kalau tidak salah ada agenda di Istana pada jam satu siang. Sorenya saya bisa hadir,” ungkapnya.
Kedekatan Bamsoet dengan DM dimulai pada tahun 1986, saat ia diterima menjadi wartawan Harian Prioritas yang dibentuk oleh Surya Paloh. Sementara Derek menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Operasional.
“Dia tegas, galak. Soal waktu apalagi, jangan main-main soal waktu sama dia. Ketika rapat mulai pukul 20.00 maka lewat satu menit saja kami yang terlambat bakal dimaki-maki habis dan disuruh keluar,” ujarnya, seperti dilansir ‘MediaIndonesia.com’.
Selain Bamsoet, beberapa eks rekan sekerja dan eks ‘anak buah’ DM, antara lain Laurens Tato, Marcy Donny, Elman Saragih, hingga Jeffrey Rawis.
Jadi ‘viral’
Kabar duka yang datang bagi dunia pers Indonesia, karena jurnalis senior, juga mantan wartawan Harian Umum Media Indonesia Derek Manangka meninggal dunia, Sabtu, 26 Mei 2018 pukul 09.30 WIB, benar-benar langsung jadi ‘viral’ di media sosial (Medsos), maupun pusat pemberitaan sejumlah media ‘mainstream’, juga ‘buah bibir’ pada berbagai acara komunitas.
Ya, kabar duka yang membuat beberapa kawan menganggapnya sebagai ‘hoax’, tersebut, disampaikan putra almarhum. Saat itu (pagi hari), jenazah almarhumn masih berada di Rumah Sakit Umum Zahirah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Jenazah almarhum jurnalis senior Derek Manangka kemudian pada pukul 13.00 WIB dipindahkan dari Rumah Sakit Umum (RS) Zahirah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, ke Rumah Duka RS Fatmawati, demikian ‘medcom.id’.
Biografi Bamsoet
Sebelum meninggal, ia tengah aktif menulis buku. Buku terakhir yang tengah diselesaikannya ialah Buku Biografi Ketua DPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet, yang juga mantan jurnalis dan pernah bersama-sama Derek di Harian Prioritas dan Majalah Vista. (Gambar di judul berita menunjukkan ketika DM dan Bamsoet tengah membincangkan perampungan buku biografi tersebut)
Derek aktif sebagai jurnalis sejak masih duduk di bangku kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik (STP) Jakarta atau kini Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta.
Semasa mahasiswa, ia aktif juga dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, termasuk bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Ia kemudian antara lain pernah bekerja di Harian Sinar Harapan, setelah sebelumnya di Majalah Selecta, dan Tabloid Mutiara.
Ketika Harian Prioritas diterbitkan oleh Surya Paloh dari kantornya di Jalan Gondangdia Lama No 46, ia pun bergabung. Derek kemudian pindah ke Majalan Vista yang juga milik Surya Paloh, pascapemberedelan Harian Prioritas. Sesudah itu barulah ia bergabung dengan Media Indonesia.
Mewawancarai PM Israel
Kesenioran dan keprofesionalannya,membawa dirinya pernah mewawancarai (bahkan lebih tepat disebut menjadi teman bicara) sejumlah diplomat internasional dan tokoh penting dunia, dari Henry Kissinger, Mahathir Mohammad hingga Perdana Menteri Israel, Simon Peres.
Khusus dengan PM Israel, dirinya kemudian sempat mendapat ‘ancaman’ dari sejumlah tokoh garis keras di Jakarta. Tapi seperti biasanya, DM tak pernah gentar menghadapi tekanan apa pun (beberapa peristiwa spesial dalam investigasinya pernah bikin dia diancam bahkan dianiaya, dst, Red). Karena itu, ketika ada teror pasca-interviu dengan Simon Peres, dihadapinya dengan tenang. Apalagi kemudian dirinya mendapat jaminan keamanan sebuah organisasi intelijen dunia (…), dimana CIA pun segan terhadap mereka.
Di era baru dunia pers Indonesia, DM mendirikan situs berita (media ‘online’) politik pertama di Indonesia, yakni Koridor.com bersama tokoh hebat Racmat Witoelar, dengan tim redaksi antara lain Despen Oppussunggu, Alosius Rebong dan Jeffey Rawis.
Tapi sebelum itu, DM bersama Surya Paloh yang memiliki semangat kerja spartan, sangat serius membangun media-media daerah, di antaranya Cahaya Siang di Manado, Serambi Mekah kemudian Aceh Post di Banda Aceh, Sumatera Express di Palembang, Lampung Post di Lampung, juga di Bandung, Yogya serta masih banyak lagi hingga Harian Nusrat (edisi Bahasa Inggris) di Denpasar, Bali. (Pola ini kemudian diikuti oleh Dahlan Iskan dengan Jawa Pos Network-nya).
Beberapa waktu kemudian, DM direkrut HT jadi Pemred RCTI, yang kemudian membidani kelahiran Harian Sindo.
Selanjutnya, di dekade terkini, DM lebih eksis dalam kepiawaiannya secara personal, tak terikat pada sebuah institusi media tertentu, lalu kemudian muncul dengan ‘Catatan Tengah’ yang terus saja menghebohkan hingga akhir hayatnya (termasuk ketika pada saah satu edisi terakhir, beberapa pekan silam, digugat sebuah partai, Red).
DM yang jarang mau berorganisasi ketika terjun di dunia pers, (kecuali di PWI dan segelintir yang lain, Red), di dua tahun terkini bersedia menjadi anggota Dewan Penasihat. Yakni, di sebuah Ormas Pro Merah Putih berlatar sejarah kebangsaan Sulawesi Utara, yakni Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP 14.02.46), dimana Ketua Dewan Penasihatnya, Theo L Sambuaga (rekan sesama eks aktivis GMNI), dan Ketua Umum DPP-nya, Jeffrey Rawis, mantan anak didiknya di dunia jurnalistik.
“Jangan pernah merasa penting, Jef,” itulah salah satu wejangan DM yang sangat terkenal kepada siapa saja di sekitarnya, terutama kepada rekan jurnalis. “Selamat jalan senior, engkau telah mengakhir pertandingan dengan berjaya. RIP di Rumah Bapa di Sorga Kekal!!!” (B-jr/dari berbagai sumber — foto ilustrasi istimewa)