BENDERRAnews, 12/9/17 (Manado): Fakta menunjukan, Provinsi Sulawesi Utara berposisi strategis di gerbang Pasifik, pusat percaturan global saat ini. Pandangan visioner Dr Sam Ratulangi dalam bukunya pada 1930-an telah terbukti kini, dimana ‘Pasifik Basin’ menjadi penentu dinamika global.
Itulah sebabnya, menurut kajian Institut Studi Nusantara (ISN), sebuah lembaga strategis yang didukung DPP Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) memiliki urgensi bagi masa depan serta citra Indonesia.
“Sam Ratulangi, dan juga Alex Maramis adalah dua tokoh nasionalis yang ikut menandatangani Akte Pendirian Republik Indonesia ketika masih banyak yang ragu tentang kemerdekaan yang akan diproklamasikan oleh Bung Karno pada tahun 1945. Mereka merupakan sosok-sosok yang lahir dari dinamika kehidupan bangsa Minahasa di Sulut dan telah memberi kontribusi nyata bagi hadirnya negeri ini,” kata Hencky Luntungan, salah satu pakar politik di ISN, dalam sebuah diskusi terbatas di Jakarta, memperingati peristiwa heroik Wolter Mongisidi di Makassar, 5 September.
Karena itu, ISN menyatakan, penting sekali memberdayakan kawasan di ujung utara jazirah pulau Sulawesi tersebut. Bukan untuk kepentingan regional, tetapi bagi dinamika dan citra Republik Indonesia ke depan.
Benteng NKRI
Secara terpisah, Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyatakan, Provinsi Sulut merupakan bagian penting bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi salah satu simbol kebanggaan Indonesia.
Bahkan, menurutnya, Sulut menjadi benteng NKRI karena posisinya yang strategis.
Oleh karena itu, penting membumikan Pancasila dan menghadirkannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sulut.
Harapan itu disampaikan Hasto Kristiyanto saat memberikan pemaparan pada Sarasehan Kebangsaan dengan tema “Empat Pilar Kebangsaan” di Graha Gubernuran Sulawesi Utara, Manado, Selasa (5/9/17).
“Provinsi Sulawesi Utara penting dikaitkan dengan dinamika geopolitik internasional dan Indonesia. Oleh karena itu Sulawesi Utara harus mewujudkan empat pilar dan Trisakti. Kita berharap kebinekaan betul-betul hidup dan Sulut menjadi halaman depan NKRI,” ujar Hasto.
Dia memberi apresiasi kepada Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey atas penyelenggaraan agenda tersebut. Selain Hasto dan Gubernur Sulut Olly Dondokambey, sarasehan juga dihadiri Wakil Gubernur Sulut Steven EO Kandouw, kepala daerah se-Sulut, aparatur sipil negara Pemprov Sulut, dan kader PDI-P.
Puisi Bung Karno
Mengawali pemaparannya, Hasto mengulas peran almarhum Taufiq Kiemas dan sejarah gagasan empat pilar. Empat pilar terdiri atas Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
Saat memberikan pemahanan empat pilar, Hasto tidak hanya berpidato. Dia juga menyajikan beberapa tayangan video untuk memotivasi dan membangkitkan semangat nasionalisme para peserta sarasehan.
Tayangan video yang diputar berjudul “Aku Melihat Indonesia” yang merupakan judul puisi karya Bung Karno, yang beberapa waktu lalu digubah menjadi lagu oleh Band Rodinda.
Sesudah itu, diputar pula video tentang kisruh yang melanda Suriah. Kemudian, juga tentang keindahan alam dan kecintaan kepada tradisi persembahan Pemkab Banyuwangi serta video keanekaragaman dan kekayaan Indonesia.
Pulau-pulau terluar
Saat berpidato, Hasto juga memutar cuplikan pidato Bung Karno tentang kelahiran Pancasila 1 Juni dan ditutup tayangan video “Satu Indonesiaku” dan “Bangga menjadi Indonesia”.
Hasto secara khusus mendukung langkah Pemprov Sulut dalam memperhatikan pulau-pulau terluar di dalam menjaga NKRI. “Kita harus menggerakkan rasa cinta Tanah Air dan meyakini bahwa kita bangsa yang besar. Jangan sampai ideologi Pancasila digoyang oleh ideologi lain,” kata Hasto.
Sementara, Gubernur Olly Dondokambey berharap, peserta sarasehan, baik dari kalangan aparatur Pemprov Sulut dan kader partai, bisa menangkap pesan yang disampaikan Sekjen PDIP.
Olly menyebutkan, banyak masukan yang disampaikan Hasto, yang membuka wawasan peserta sarasehan untuk menjaga NKRI.
“Sarasehan ini hal yang baik. Kerukunan dan kebersamaan serta keanekaragman agama di Sulut baik dan selalu diperkuat, sehingga bisa menjadi contoh bagi daerah lain,” kata Olly.
Seusai sarasehan, Hasto menyempatkan diri meninjau kantor DPD PDI-P Sulawesi Utara di Minahasa Utara. Kantor yang tahun lalu diresmikan Megawati Soekarnoputri itu merupakan aset partai. (B-BS/jr)