Grup tari tradisional kabasaran Minahasa unjuk kebolehan dalam acara Pergelaran Budaya Nusantara di Padepokan Parukuyan, Ciburial, Bandung, Minggu 18/6/2023. (Foto: LAMI Jabar)
BENDERRAnews.com, 19/6/23 (Bandung): Salah satu tarian tradisional kebanggaan suku Minahasa, kabasaran, tampil menggetarkan acara Pergelaran Budaya Nusantara di Bandung, Jawa Barat, Minggu (18/6) kemarin. Dalam pergelaran yang diinisiasi Padepokan Parukuyan Ciburial, Bandung, yang menyuguhkan empat tampilan adat dari tanah Sunda, Lampung, Papua dan Minahasa, Sulawesi Utara, itu penampilan tari kabasaran mengundang decak kagum.
Tampil di Tanah Pasundan, tari kabasaran yang dibawakan penuh semangat oleh organisasi masyarakat Laskar Adat Manguni (LAMI) Jawa Barat, tersebut disambut antusias penonton, termasuk tokoh-tokoh adat dari empat suku yang berpartisipasi dalam acara tersebut. “Bahkan, Presiden Federasi Pencak Silat Asia, Pak Sheik, memberi kesempatan tari kabasaran tampil dalam acara pembukaan kegiatan pencak silat internasional nanti, dan ada rencana juga untuk melakukan kolaborasi gelar budaya di bulan September 2023,” ujar Sony Karundeng, Tonaas (Tokoh Adat Minahasa) yang juga Sekretaris Wilayah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LAMI Jawa Barat.
Respon yang sangat optimis juga disampaikan Plt Ketua DPW LAMI Jawa Barat, Tonaas Vecky Mamanua. “Kami yakin Laskar Adat Manguni di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, akan terus secara konsisten memperkenalkan budaya Minahasa, bahkan Sulawesi Utara, lebih luas lagi. Itu komitmen bersama kami,” katanya.
“I Yayat U Santi”
Penonton yang memadati area pergelaran di Padepokan Parukuyan Ciburial itu terkesima menyaksikan tarian kabasaran yang kental dengan nuansa tarung atau perang itu. Dibantu dengan narasi yang dibacakan Tonaas Merry Moray selaku pengurus inti LAMI Jawa Barat, ditambah ritual mengawali tampilan tarian kabasaran, membuat penampilan tari kabasaran itu memang mengundang rasa penasaran.
Diawali dengan Mengale atau doa yang dituntun Tonaas Josi Mewengkang, para tokoh adat Minahasa yang hadir menyambutnya dengan mengumandangkan lagu Opo Wana Natas atau Allah di Tempat Maha Tinggi. Suasana terasa semakin syahdu ketika suara seruling dari Tonaas Nobitho Wowor dari Sanggar Bapontar Jakarta, terdengar merdu di antara nyanyian Opo Wana Natas yang tak kalah syahdu. Penonton seolah diajak untuk bersama-sama bersyukur pada Sang Maha Kuasa yang empunya langit dan bumi.
Suasana kemudian berubah ketika pimpinan tari memekikkan kata Tuama yang artinya laki-laki jantan, disambung dengan teriakan I Yayat U Santi (Angkatlah Pedang). Sontak para penari mengangkat pedang dan menunjukkan gerakan-gerakan agresif sambil berteriak penuh semangat Uhuy yang bermakna siap maju ke medan perang dengan kemampuan supranatural. (wl)