BENDERRAnews, 18/2/18 (Jakarta): Pihak Kementerian Pertahanan RI memastikan telah menandatangani kesepakatan senilai satu miliar dolar untuk membeli 11 jet Sukhoi Su-35 dari Rusia.
“Kontrak yang ditandatangani perwakilan kedua negara di Jakarta pada Rabu, senilai total US$ 1,14 miliar (sekitar Rp15 triliun),” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen Totok Sugiarto kepada wartawan, Sabtu (17/2/18).
“Dua unit jet Sukhoi akan dikirim pada Agustus 2018,” katanya kepada AFP. Enam jet lainnya akan dikirimkan 18 bulan setelah kontrak berlaku, dan tiga lainnya dikirim lima bulan kemudian.
Disebutkan, kontrak ditandatangani Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksamana Muda TNI Agus Setiadji dengan Yuri, delegasi dari Rostec.
Kesepakatan tersebut muncul setelah Indonesia mengatakan pada Agustus 2017, bahwa pemerintah berusaha menukar minyak sawit, kopi dan teh dengan jet tempur Rusia.
Ketika itu disebutkan, nilai komoditas yang akan ditukar dengan jet tempur itu adalah US$ 570 juta, sisanya akan dilunasi dengan uang. Adapun harga satu unit Sukhoi, disepakati senilai 90 juta dollar AS per pesawat.
Harga itu sudah termasuk dengan sistem persenjataannya. “Bisa menembak dan mengebom, lengkap,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu kepada wartawan.
Pembelian Sukhoi melalui mekanisme imbal beli ini sesuai dengan Undang-Undang No. UU No. 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Undang-undang mengatur bahwa pada setiap pengadaan alat peralatan pertahanan keamanan dari luar negeri wajib disertakan imbal dagang, kandungan lokal dan ofset minimal 85 persen, di mana Kandungan lokal dan/atau ofset paling rendah 35 persen.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, kerja sama ini menunjukkan bahwa Rusia siap menjadi sekutu militer yang bisa diandalkan Indonesia. “Kami tidak menerapkan syarat-syarat politik tertentu untuk penjualan pesawat tempur ini, tidak seperti negara lain yang tentu Anda sudah tahu siapa,” kata Galuzin waktu itu.
Sukhoi Su-35 (NATO: Flanker E atau Super Flanker) menjadi salah satu andalan ekspor Rusia, dengan dua negara yang hampir pasti menerima pesawat tempur pengembangan Sukhoi Su-27/30 Flanker, yaitu Indonesia dan China.
Di ASEAN, ada tiga negara yang mengoperasikan Sukhoi Su-27/30 Flanker, yaitu Indonesia, Vietnam, dan Malaysia. Pada 2013 silam Indonesia juga membeli enam unit Sukhoi SU-30 MK2 dari Rusia.
Selain Sukhoi, Indonesia juga sudah membeli satu skuadron KAI T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan. Jika sesuai rencana, maka TNI AU akan memiliki delapan skuadron pesawat tempur pada 2024.
Menawarkan komoditas ekspor seperti minyak sawit diharapkan menciptakan keuntungan tambahan buat Indonesia. Menyusul tekanan dari pasar Uni Eropa, pemerintah kini giat mencari pasar baru buat menjual produk sawit.
Rusia yang sedang menghadapi embargo ekonomi Eropa dan AS, menjadi mitra dagang baru buat Indonesia. Demikian ‘AFP’, ‘Aantaranews’, ‘Straitstimes’.
Menelisik kecanggihan Sukhoi
Kendati harus merogoh kocek negara triliunan rupiah untuk membeli pesawat tempur super-modern, tetap saja kita berharap tak ada perang.
Tetapi apa boleh buat, negara yang berdaulat wajib menjaga wibawa, mempertahankan wilayah teritorialnya, dan melindungi rakyatnya. Membentengi diri dengan mesin perang super modern menjadi pilihan agar tak dipandang sebelah mata.
Itulah sebabnya, Pemerintah Indonesia memperbarui alutsita angkatan perangnya. Paling anyar adalah pembelian 11 unit Sukhoi Su-35 dari Rusia senilai sekitar Rp15 triliun.
Keputusan membeli Sukhoi Su-35 ini sebetulnya sudah sejak 2014. Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, menyebutkan Su-35 itu untuk pengganti pesawat F-5 Tiger yang sudah uzur.
Namun kepastiannya baru terwujud sejak 14 Februari lalu, setelah ditekennya kesepakatan pembelian 11 unit Sukhoi Su-35.
Seperti apa kehebatan burung besi ini sehingga harganya selangit itu? Jawabannya ada di laman sukhoi.org. Kendati website ini hanyalah ajang promosi berbagai jenis Sukhoi buatan Rosoboronexport, setidaknya di sini ada penjelasan spesipikasi Sukhoi Su-35.
Disebutkan, Sukhoi Su-35 adalah pengembangan dari Su-27 yang semula bernama Su-27M. Dikembangkan untuk menandingi F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon, pesawat ini dimasukkan dalam dalam generasi 4++.
Su-35 ini memiliki mesin 117S yang lebih bertenaga dengan pipa-pipa vektor pendorong yang selalu berputar, dilengkapi sistem fly-by-wire digital terbaru, dan radar multi-mode baru yang mampu mendeteksi sinyal dari belakang untuk menembakkan peluru kendali SARH. Ditambah lagi detektor inframerah serta tentu senjata yang telah diperbarui.
Apa yang baru di Su-35? Salah satunya adalah badannya lebih lebar dengan masa kerja 6.000 jam, dan masa operasi 30 tahun.
Secara aerodinamis mirip Su-27. Namun, Su-35 tidak akan menampilkan sirip canard. Penggunaan sistem kontrolnya terbaru, mampu melakukan fungsi beberapa sistem sekaligus – kendali jarak jauh, kontrol otomatis, sistem sinyal pembatas, sistem sinyal udara, sistem pengereman roda sasis.
Sistem ini akan meningkatkan kemampuan tempur dan manuver. Pesawat tempur ini ternyata tidak memiliki rem cakram overhead, fungsinya dilakukan kemudi yang aktif.
Sasis Su-35 diperkuat karena kenaikan arus lepas landas dan pendaratan pesawat. Bantalan depan memiliki dua roda. Sumbu radar ditingkatkan untuk mengurangi pantulan Su-35 pada gelombang radio X.
Fitur khas Su-35 adalah penggunaan seperangkat instrumen onboard baru. Intinya adalah sistem manajemen informasi yang mengintegrasikan subsistem fungsional, logis, informasi dan perangkat lunak ke dalam satu kompleks yang memastikan interaksi antara kru dan peralatan.
Inti dari persenjataan Su-35 adalah sistem kontrol radar baru. Sistem kontrol radar Irbis-E ini mendeteksi dan melacak hingga 30 target udara, mempertahankan kontinuitas pengamatan ruang hingga delapan sasaran.
Sistem deteksinya mampu memilih dan melacak hingga empat target dasar dalam beberapa mode pembuatan peta dengan berbagai resolusi pada jarak hingga 400 kilometer.
“Dalam aspek ini, Irbis mengungguli radar buatan AS dan Eropa,” begitu ulasan di sukhoi.org.
Di antara sistem onboard Su-35 baru lainnya adalah peralatan navigasi dan komunikasi radio modern, sistem menjaga operasi dalam formasi dan rangkaian penanggulangan elektronik yang sangat efisien.
Perkara senjata, Su-35 menyandang rudal pelacak udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan tipe baru, termasuk tipe jarak jauh. Beban persenjataan maksimum Su-35 adalah 8.000 kilogram yang ditempatkan pada 12 kantong.
Pesawat tempur Sukhoi Su-35 ini sudah dijajal oleh Rusia dalam misi tempur pertamanya untuk melindungi Pangkalan Udara Hmeimim, Latakia, Suriah. Pada 1 Februari, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Su-35 telah memulai operasi tempur Rusia di Suriah.
Karakteristik
- Kru: 1 Panjang: 21,9 m
- Lebar sayap: 15,3 m
- Tinggi: 5,90 m
- Luas sayap: 62,0 m²
- Berat kosong: 18.400 kg
- Berat terisi: 25.300 kg
- Berat maksimum lepas landas: 34.500 kg
- Mesin: 2× Saturn 117S dengan turbofan TVC
- Dorongan kering: 8.800 kgf masing-masing
- Dorongan dengan afterburner: 14.500 kgf masing-masing
Kinerja
- Kecepatan maksimum: Mach 2,25 (2.390 km/h) pada ketinggian
- Jarak jangkau: 3.600 km ; (1.580 km di atas daratan)
- Jarak jangkau feri: 4.500 km dengan tangki bahan bakar tambahan
- Batas tertinggi terbang: 18.000 m
- Laju panjat: >280 m/s
- Beban sayap: 408 kg/m²
- Dorongan/berat: 1,1
Persenjataan
- 1 × 30 mm kanon internal Gryazev-Shipunov GSh-30-1 dengan 150 peluru
- 2 × rel ujung sayap untuk peluru kendali udara ke udara R-73 (AA-11 “Archer”) atau poda ECM
- 12 × stasiun rangka dan sayap untuk sampai 8.000 kg artileri, termasuk peluru kendali udara ke udara, peluru kendali udara ke darat, roket, dan bom.
- Bom terpandu laser KAB-500
- Bom terpandu laser KAB-1500
- Bom terpandu laser LGB-250
- 250 kg bom tak-terpandu FAB-250
- 500 kg bom tak-terpandu FAB-500
- Roket terpandu laser S-25, roket tak-terpandu S-250
- Poda roket tak-terpandu S-8
- Poda roket tak-terpandu S-13
Avionik
- Irbis-E PESA
Demikian seperti dirangkum dari ‘Sukhoi.org’, dan ‘Wikipedia.org’ oleh ‘BeritaSatu.com’, untuk Anda. (B-BS/jr)