BENDERRAnews, 4/1/18 (Cikarang): Faktanya memang, tak ada jalan yang tak macet. Begitulah situasi yang mesti dihadapi warga Jakarta setiap hari.
Sebab, hampir semua orang mengalami kemacetan di jalan yang timbul saking banyaknya kendaraan mobil dan motor. Belum lagi angkutan umum atau mobil atau ojek motor online yang kerap berhenti di sembarangan tempat atau jalan.
Semuanya itu makin menambah keruwetan kondisi jalanan di Jakarta. Stres dan emosi membuat pikiran terganggu dan menambah masalah dalam kehidupan sehari-hari di Jakarta. Tak heran, muncul istilah banyak orang Jakarta yang “tua di jalan.”
Tantangan hidup di Jakarta ialah meredam stres dan lelah akibat kemacetan pada jam berangkat kerja dan anak-anak sekolah (office hours) di pagi hari atau jam pulang kerja (after office hours) menjelang senja.
Kepada Kompas.com, istilah itu bahkan pernah diungkapkan secara gamblang oleh Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Soelaeman Soemawinata atau akrab disapa Eman saat berkunjung ke redaksi di Palmerah Selatan, Jumat (25/8/17).
Disebutnya, jauhnya sebuah tempat kini tak lagi diukur berdasarkan jarak hitungan kilometer (km), tetapi lamanya waktu yang dihabiskan dalam perjalanan.
Situasi itu kerap dirasakan pekerja atau anak-anak sekolah yang tinggal di Jakarta. Siapa sangka, meskipun perjalanan masih di ibu kota ternyata terasa “lebih jauh” dibandingkan perjalanan antar-kota.
“Patokan jauh-dekatnya rumah (dari kantor) bukan lagi dari kilometer, tapi waktu tempuh,” ujar Eman.
Eksperimen kecil
Pernyataan itu dibuktikan lewat eksperimen kecil-kecilan oleh Kompas.com dengan cara melakukan perjalanan menempuh rute dari kantor Kompas di Palmerah, Jakarta Pusat, menuju Cililitan, Jakarta Timur, dengan menggunakan bus Transjakarta koridor IX (Pinangranti-Pluit)—yang digadang-gadang sebagai solusi mengatasi kemacetan di Jakarta.
Perjalanan itu memakan waktu sekitar dua jam pada Jumat (25/8/27) sore. Padahal, kedua wilayah masih berada di Jakarta dan hanya terpaut 16 kilometer.
Kondisi itu bahkan sudah didukung dengan jalur Transjakarta yang sudah steril dari kendaraan lainnya. Sayangnya, ada beberapa hal yang tak bisa dihindari sehingga bus tak terhindarkan dari macet.
Misalnya, jalur harus bersinggungan dengan ruas jalan biasa menuju gerbang tol dalam kota. Di jalur tersebut, ada Gerbang Tol Semanggi dan Gerbang Tol Kuningan yang harus dilewati bersama dengan kendaraan lain.
Belum lagi ketika melewati perempatan Kuningan yang sedang dibangun underpass Kuningan mengarah ke Jalan Tendean serta melewati pembangunan flyover Pancoran. Macet benar-benar tak bisa dihindari.
Orang mungkin lupa, bahwa ruang hidup yang bernama perkotaan serba ada itu tak hanya Jakarta.
Meikarta siapkan pilihan
Saat ini, di balik megaproyek pembangunan Meikarta di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, ada rencana besar yang akan membuat orang perlu berpikir ulang soal pilihan hidup selain di Jakarta.
Lippo Group merancang Meikarta sebagai kota baru berupaya untuk menjawab masalah Jakarta.
Beruntung kota baru Meikarta dibangun di Cikarang. Cikarang terletak di timur Ibu Kota, Jakarta, yang kini telah menjadi salah satu pusat industri nasional yang nilai ekspornya mampu bersaing dengan Batam.
Kawasan industri Cikarang amat potensial mengingat ada sekitar 3.000 pabrik yang berasal dari 30 negara berlokasi di kawasan tersebut.
Kawasan tersebut mampu menyumbang sebesar 34,46 persen penanaman modal asing (PMA) nasional, serta 22-45 persen volume ekspor nasional pada tahun 2008 dengan omzet mencapai 35 miliar dollar AS dan 70 persen di antaranya untuk pasar ekspor.
Enam infrastruktur penting
Ujung-ujungnya, Cikarang menjadi kawasan potensial hunian bagi para pekerja sekaligus kawasan yang bernilai ekonomis. Untuk mewujudkan lebih cepat hal itu, saat ini, pemerintah membangun enam infrastruktur penting.
Berturut-turut ialah Patimban Deep Seaport yang nantinya akan membantu aktivitas ekspor dan impor di daerah tersebut. Lantaran merupakan pelabuhan dalam, kapal besar dapat langsung merapat dan tak lagi perlu melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Kedua, Kertajati International Airport. Keberadaan Kertajati ini tentu akan memudahkan lantaran pilihan bandara di kawasan tersebut menjadi lebih banyak. Yang ketiga adalah kereta api cepat Jakarta-Bekasi-Cikarang-Bandung. Moda transportasi ini akan membuat waktu tempuh Jakarta-Bandung hanya 39 menit.
Selanjutnya, Light Rail Transport (LRT) Cawang-Bekasi Timur-Cikarang dan Automated People Mover (monorel). Infrastruktur keenam yakni Jakarta-Cikampek Elevated Highway. Keenam infrastruktur tersebut diperkirakan akan selesai dibangun dua hingga tiga tahun mendatang.
Yang menarik, keenam infrastruktur itu akan menjadi pendukung utama bagi kota baru Meikarta yang tengah dibangun Lippo Group itu. Yakni, pendukung utama untuk menjawab bahwa pentingnya infrastruktur transportasi yang dengan sendirinya akan mengurai kemacetan.
Rencananya, monorel akan dibangun di tengah Meikarta. Moda transportasi itu akan menjadi penyambung kawasan tersebut dengan daerah-daerah industri di Cikarang. Dengan demikian mega proyek tersebut dapat menjadi harapan baru bagi Cikarang dan bahkan kawasan di sekitarnya. (B-Adv KP/KC/jr)