BENDERRAnews, 2/4/19 (Lippo Village): Aksi kreatif berujud gelaran Earth Week di Universitas Pelita Harapan menuai kekaguman serta apresiasi pemerintah melalui pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Dari kampus UPH Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Tim Media UPH merilis, gelaran ini diprakarsai Service Learning Community (SLC) Universitas Pelita Harapan (UPH).
Sementara apresiasi dikemukakan langsung pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia, Ruandha Agung Sugardiman, yang hadir dalam “Movie Discussion: ‘Before The Flood’”, pada 28 Maret 2019 di MYY MPR UPH Kampus Lippo Village.
Tim Pelaksana menyebutkan, “Before the Flood” merupakan film dokumenter yang menunjukkan perubahan iklim dan cuaca ekstrem di berbagai negara sebagai akibat dari aktivitas manusia yang cenderung merusak bumi.
“Dari banyak acara mengenai peduli lingkungan yang sudah ditemui, kegiatan ini merupakan acara yang sangat dekat dengan mahasiswa. Sehingga dengan kesempatan ini, isu lingkungan dapat lebih dimengerti dan mudah dipahami. Terlebih penting generasi muda jadi lebih bisa memahami mengapa menjaga lingkungan begitu penting,” ungkap Ruandha.
Rentan bencana alam
Selain memberi apresiasi, usai melihat cuplikan-cuplikan ‘Before the Flood’, Ruandha juga membahas mengenai keadaan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia serta upaya Mitigasi juga Adaptasi yang bisa dilakukan.
Disebutkan, upaya tersebut telah tertera dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, yakni, dokumen yang berisi komitmen Negara Indonesia di internasional untuk berkontribusi melakukan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26 persen.
“Indonesia adalah kepulauan terbesar dengan hutan hujan tropis yang kaya akan sumber daya energi dan mineral, tapi hal ini justru yang malah membuatnya rentan bencana alam yang akan diperparah dengan terjadinya perubahan iklim,” beber Dirjen Ruandha, yang memiliki latar akademik lingkungan hidup dengan gelar doktor, insinyur dan master of science.
Karena itu, menurutnya, NDC Indonesia menguraikan transisi Indonesia menuju masa depan yang rendah emisi dan berketahanan iklim.
Mengurangi deforestasi
Lebih rinci, Ruandha menjelaskan, kegiatan utama NDC Kehutanan idalah, mengurangi deforestasi <450.000 – 325.000 Ha per tahun pada tahun 2030).
Selain itu, peningkatan prinsip pengelolaan hutan lestari pada hutan produksi Alam (mengurangi degradasi hutan) dan Hutan Tanaman Industri (HTI); Rehabilitasi Lahan Terdegradasi seluas 12 juta ha atau 800.000 ha per tahun pada tahun 2030 dengan tingkat keberhasilan hidup 90 persen; dan Restorasi Lahan Gambut seluas dua juta ha pada tahun 2030 dengan tingkat keberhasilan 90 persen.
Ruandha juga mengungkapkan, sudah terdapat serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Salah satunya ialah pengelolaan limbah rumah tangga, mengganti energi transportasi umum menjadi berbahan bakar gas atau listrik, dan sebagainya.
Ajak partisipasi masyarakat
Namun, ia mengatakan, upaya tersebut tidak lepas dari masalah saat pelaksanaamnya.
Diakui Ruandha, masalah yang sering timbul, yaitu bagaimana regulasi sudah ada, siap dan bisa diterapkan pada setiap arus kegiatan di seluruh sektor kementrian.
Tentu, KLHK juga menekankan, fokus ini harus diterapkan juga dalam tingkat provinsi, kota, dan kabupaten.
Dalam kaitan itu, Pemerintah harus mampu membuat program yang bisa mengajak partisipasi aktif masyarakan dalam penurunan emisi.
Ubah gaya hidup
Selain mengundang KLHK, hadir juga Academia and Researcher dari Center for International Forestry Research (CIFOR), Prof Dr Herry Purnomo, M.Comp, yang mengajak mahasiswa untuk berperan dalam pelestarian lingkungan.
“Hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa sebagai generasi muda saat ini yaitu dengan mengubah gaya hidup. Sederharna, jika berpergian jarak dekat, jangan gunakan motor atau mobil. Coba bersepeda atau jalan kaki. Perubahan simpel ini justru mampu memberi efek luar biasa jika diterapkan bersama,” katanya.
Ia juga mengajak, agar mulai kurangi penggunaan plastik, misalnya membawa tumbler (botol minuman), atau kantong belanja sendiri dari rumah.
Melalui kegiatan ini, harapannya, kurang lebih 60 peserta yang hadir baik mahasiswa ataupun dosen, dapat lebih berperan aktif.
Peluang bagi UPH
Secara khusus Dirjen Ruandha juga memberikan saran seperti apa peran aktif yang dibutuhkan dari sisi KLHK.
Disebutnya, setiap tahun KLHK mengirimkan negosiator untuk topik climate change di internasional.
Mungkin bisa nantinya pihaknya mengundang mahasiswa UPH atau mereka yang kesini.
“Yakni, untuk mencari mahasiswa yang mampu menjadi negosiator untuk memposisikan Indonesia secara lebih elegan terutama dari sisi hukum dalam skala internasional. Jadi peluangnya bisa dimulai Fakultas Hukum UPH,” demikian Ruanda Agung Sugardiman. (CS-r/pl/mt/jr)