BENDERRAnews, 2/6/17 (Jakarta): Berkenaan dengan Perinatan Haul Bung Karno (ke-47), MPR RI menyelenggarakan sebuah perhelatan dan peluncuran Buku Bung Karno, Islam, dan Pancasila pada Rabu (21/6/17) lalu.
Acara yang dilaksanakan di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, tersebut dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari organisasi masyarakat (Ormas) hingga pemimpin lembaga negara. Sejak siang hari, Kompleks Parlemen pun telah ramai dihiasi oleh kiriman ucapan selamat berupa karangan bunga.
Peringatan haul Bung Karno juga diselenggarakan bersamaan dengan peluncuran buku karya Ketua Fraksi PDIP MPR RI Ahmad Basarah.
Kegiatan dihadiri oleh Presiden RI kelima Megawati Soekarno Putri, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Ketua MK Arif Hidayat, dan Menko PMK Puan Maharani. Acara pun dibuka dengan pembahasan singkat tentang latar belakang serta isi dari buku Bung Karno, Islam, dan Pancasila yang disampaikan langsung oleh Ahmad.
“Buku ini berisi tentang sejarah perkembangan pemikiran kenegaraan Bung Karno, khususnya pemikiran beliau tentang Islam dan Nasionalisme serta keterkaitannya dengan proses sejarah, eksistensi, dan kedudukan hukum Pancasila dalam sistem hukum nasional,” ujar Ahmad Basarah saat menyampaikan pidatonya yang berjudul Pledoi untuk Bung Karno dan Pemikiran-Pemikirannya.
Dalam pidato berdurasi 30 menit tersebut, Ahmad Basarah memaparkan buah pemikirannya seputar sejarah Pancasila dan Bung Karno. Melalui peringatan haul dan peluncuran buku ini, ia berharap rakyat Indonesia dapat meresapi makna dan sejarah Pancasila dengan lebih mendalam.
Menguatkan kohesi
Ucapan dan harapan Ahmad pun diamini oleh para pembicara lainnya, termasuk Arif. Dalam sambutannya, Arif mengatakan, ini merupakan momen yang tepat untuk menguatkan kembali kohesi masyarakat dengan Pancasila.
“Ini momen yang tepat, selama era reformasi, ikatan-ikatan kita terhadap kohesi sosial lepas. Maka ketika pemerintah menetapkan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila, secara akademik perlu disebarluaskan dan menjadi pengikat bangsa,” kata Arif.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Zulkifli yang berkomitmen untuk terus menumbuhkan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila. Pria yang akrab disapa Zul itu menilai, tindakan semacam itu perlu dilakukan secara berkelanjutan, mengingat jumlah penduduk Indonesia akan terus bertambah. Bahkan, 71 tahun ke depan, jumlahnya diperkirakan akan mencapai lebih dari 500 juta jiwa.
“Pancasila jangan berhenti hanya jadi slogan tapi harus menjadi perilaku sehari-hari. Ini tugas generasi menjaga Pancasila dan nilai-nilai luhur keindonesiaan kita,” demikian Zulkifli Hasan. (B-KC/jr)