BENDERRAnews, 17/1/19 (Jakarta): Berdasarkan data resmi dari Bank Indonesia, tercatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2018 meningkat menjadi US$120,7 miliar. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan US$117,2 miliar pada akhir November 2018.
“Peningkatan cadangan devisa pada Desember 2018 terutama dipengaruhi penerimaan devisa Migas, penerbitan global bonds dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Agusman seperti dikutip dalam situs resmi BI, Selasa (8/1/19) laku dan dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Posisi cadangan devisa ini merupakan data ril uang, yang dengan sendirinya mematahkan sejumlah perkiraan pihak tertentu, seolah sudah sangat anjlok, dan dipakai sebagai ‘alat politik’. Demikian pendapat peneliti ekonomi politik senior Institut Studi Nusantara (ISN), Selvijn Ellias, Jumat (18/1/19) usai menghadiri Natalan DPP Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP) dan Yayasan (Pahlawan Nasional) BW Lapian.
Standar kecukupan internasional
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Agusman.
Ke depan, menurutnya, BI memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.
Dengan demikian, dalam tiga bulan terakhir di 2018, cadangan devisa terus naik. Adapun cadangan devisa berbalik naik mulai Oktober 2018, setelah sebelumnya tergerus signifikan dalam kurun delapan bulan, utamanya untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo hingga intervensi nilai tukar Rupiah.
“Kondisi ini menunjukkan ketangguhan makro ekonomi kita semakin teruji, dan pasti berdampak positif pada prospek cspital inflow (aliran dana masuk), juga stabilitas pertumbuhan ekonomi, demi menjamin kontinuitas invrstasi yang membeti efek positif kepada penyerapan tenags kerja, peningkatan daya beli serta kesejahteraan rakyat,” demikian Selvijn Ellias. (B-BS/jr)