BENDERRAnews.com, 21/4/23 (Jakarta): Ada tren menunjukkan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Beberapa pengamat politik menilai, ada peran endorse Presiden Joko Widodo (Jokowi) di balik kecemerlangan Prabowo.
Sementara itu, survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada periode 31 Maret hingga 4 April 2023 lalu mencatat Prabowo sebagai calon presiden terfavorit. Elektabilitas Prabowo mengalahkan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan bakal Capres Partai NasDem Anies Baswedan.
Pada survei itu, elektabilitas Prabowo mencapai 30,3 persen. Adapun Ganjar meraih 26,9 persen dan Anies 25,3 persen.
Lalu, survei Media Survei Nasional (Median) pada 22-26 Februari 2023 juga memotret hal serupa. Prabowo duduk di posisi pertama dengan elektabilitas 20,05 persen dalam survei itu.
Urutan kedua ditempati Ganjar dengan 18,9 persen. Posisi ketiga diduduki Anies dengan elektabilitas 17,9 persen.
Dukungan Presiden Jokowi?
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat elektabilitas Prabowo meningkat beberapa bulan terakhir, salah satunya ialah dukungan dari Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi memperkenalkan Prabowo sebagai Capres di beberapa kesempatan dalam beberapa bulan terakhir. Ia juga sering mengajak Prabowo kunjungan kerja untuk menyapa rakyat.
“Endorse Jokowi itu ditangkap sebagai sinyal oleh para pendukung Jokowi bahwa mereka punya alternatif, sehingga para pendukung Jokowi tidak melulu ke Ganjar,” kata Djayadi seperti dilansir CNNIndonesia.com, belum lama ini.
Djayadi berpendapat, selama ini pemilih Jokowi mengidentifikasi Ganjar sebagai sosok penerus Jokowi. Namun, hal itu berubah karena beberapa momen kedekatan Jokowi dengan Prabowo.
Sudah lebih matang
Selain itu, kepastian mengenai pencapresan Ganjar juga membuat sejumlah pendukung Jokowi hijrah. Kantong suara itu bergeser ke Prabowo yang dinilai sudah lebih matang dalam pencapresan.
Terpisah, pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai ada faktor kekecewaan publik di balik naiknya elektabilitas Prabowo.
Dia menyebut sikap Ganjar menolak keikutsertaan Timnas Israel mengubah peta politik menuju Pilpres. Publik, kata Asrinaldi, menilai penolakan Ganjar itu sebagai faktor penyebab kegagalan Piala Dunia U-20.
“Antipati masyarakat dengan Ganjar yang statement-nya membuat masyarakat kecewa betul. Ketika survei dilakukan, sangat berpengaruh,” kata Asrinaldi.
Kemenangan semu Prabowo
Meski demikian Asrinaldi menilai keunggulan Prabowo bisa saja hanya sesaat. Disebutnya, Prabowo tak boleh terbuai dengan pencapaian di berbagai survei akhir-akhir ini.
Dia melihat potensi Ganjar kembali menyalip Prabowo jika mendapat momentum untuk menarik kembali simpati publik. Selain itu, masih ada momentum pemberian tiket dari PDI-P yang mungkin akan mengubah peta politik.
“Peta akan ditentukan oleh calon presiden PDI Perjuangan. Semua akan berubah, mulai akan mengkristal ke mana arah pencalonan,” ujarnya.
Asrinaldi menyarankan Prabowo untuk terus menjaring suara di akar rumput untuk mempertahankan posisi saat ini. Prabowo juga diingatkan agar tak membuat blunder seperti yang dilakukan Ganjar.
“Jangan sampai blunder dengan statement, dengan perilaku. Jika ingin menaikkan elektabilitas, apa isu yang diresahkan masyarakat, tawarkan solusi penyelesaiannya,” ujar Asrinaldi.
Djayadi juga berpendapat senada. Ia mengatakan, Prabowo tak boleh terlena dengan hasil survei bila ingin tetap unggul hingga Pilpres 2024.
“Kebetulan momentumnya ada, lakukan sosialisasi kampanye yang lebih cocok dengan masyarakat. Salah satu caranya ya mengidentikkan diri dengan pelanjut Jokowi,” ujar Djayadi.
Dia juga mewanti-wanti potensi penurunan suara Prabowi karena hilangnya pemilih lama. Djayadi menilai sebagian pemilih Prabowo mulai pindah ke Anies Baswedan.
Prabowo harus menemukan cara untuk mengerem “pembajakan” pemilih tersebut. Salah satu caranya ialah memilih Cawapres yang tepat.
“Cawapres akan menjadi salah satu kuncinya. Misalnya, pendukung Pak Jokowi kemarin dari kalangan NU, maka ya mungkin Cawapres yang berasal dari NU yang bisa jadi pilihan,” tutur Djayadi Hanan. (B-CNNI/jr)