BENDERRAnews.com, 9/6/21 (Jakarta): Kini banyak orang sudah terbawa arus pengkhianatan mendukung ideologi khilafah, liberalisme, kapitalisme, komunisme, atau ideologi asing apapun.
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), Jenderal TNI (P) Dr AM Hendropriyono menegaskan, ada juga oknum aparat militer dan polisi, apalagi aparat sipil negara (ASN), juga politikus ikut terbawa arus.
“Untuk nasib bangsa kita, saya mohon KEKAL Akmil 1967 tidak diam saja, tapi mikir, ngomong dan berbuat sebisanya. Negara kita sedang diserang oleh pemikiran ideologi khilafah,” kata Hendropriyono, terkait dengan maraknya pro-kontra dukung-mendukung perang Israel-Palestina.
Ia menyampaikan keprihatinannya yang disampaikan kepada teman-temannya sesama anggota Kerukunan Keluarga (KEKAL) Akmil 1967, Selasa (18/5/21) lalu.
“Kalau ada yang melecehkan saya karena saya membela filsafat dasar bangsa kita, Pancasila, tolong merapatkan barisan dengan saya untuk membela diri, bangsa kita sendiri. Ironis sekali orang yang mengritik saya membela Pancasila, demi membela negeri sendiri, tapi dia menggebu-gebu membela Palestina,” ujar Hendropriyono.
Tidak senang gigih bela Pancasila
Pernyataan Hendropriyono ini sekaligus menanggapi informasi tentang adanya mantan politikus yang tidak senang terhadap sepak terjangnya yang gigih membela Pancasila, melawan ideologi asing.
“Palestina dan Israel bukan urusan kita (Indonesia), melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi. Urusan Indonesia adalah nasib kita dan hari depan anak cucu kita. Lihatlah negara mereka kini sangat di bawah standar keamanan dan ekonomi. Mengerikan. Nah, penyesalan bukan datang di depan,” kata Hendropriyono mengingatkan.
Hendropriyono mempertanyakan: “Apakah Indonesia mau mendaftar seperti negeri lain yang hancur akibat propaganda oleh kaum yang ingin menghancurkan NKRI ini dengan mengatasnamakan agama yang kita lihat di NKRI ini.”
“Saya mohon para sobatku yang tercinta bergandengan tangan dengan saya melawan pikiran penganut ideologi-ideologi asing yang sesat itu. Mereka orang yang terbawa arus sampai lupa diri, lupa anak, lupa cucu, untuk hari depan mereka,” ujar Hendropriyono.
Tidak ada balas budi dalam politik
Mereka, kata Hendropriyono, malah mengurus orang lain yang belum tentu akan membalas budi jika mereka menang melawan musuhmya. Malah mungkin mereka akan mengebom anak cucu kita sampai mati dan cacat. “Tidak ada dalil balas budi dalam politik. Tidak pernah ada”, tandasnya.
“Jadi para sahabatku yang tercinta, kalau ada yang mengkritik saya atau kita dalam berbicara melawan khilafah atau ideologi apapun, mohon di-counter. Lawan. Jangan takut. Jangan juga diam saja. Karena diam berarti melakukan pembiaran. Dan, itu adalah kejahatan juga. Disebut sebagai crime of omission, yakni kejahatan karena membiarkan orang melawan negara, bangsa kita sendiri,” papar Hendropriyono.
Hendropriyono mengajak dan berharap, sebelum akhir hayat, bangsa dan Negara Indonesia harus tetap berdiri dengan ideologi Pancasila. Juga belajar dari Libya, Suriah, Afghanistan, Yaman, yang hancur.
“Kita harus tetap berdiri di atas Tanah Air bangsa kita sendiri. Bukan di atas tanah Palestina, bukan Israel, bukan Arab,” kata Hendropriyono.
Khadaffi hancur akibat pengkhianat
AM Hendropriyono juga mengingatkan tentang kehancuran Libya – dan Muammar Khadaffi. Pemimpin Libya yang dicintai oleh 90 persen rakyatnya, hancur akibat pengkhianat yang jumlahnya hanya 10 persen dari penduduk.
Akibat provokasi Barat dan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), rakyat Libya membunuh Khadafi yang memberikan kesejahteraan. Khadafi dihajar secara membabi-buta oleh orang yang notabene rakyatnya sendiri.
Yakni, orang-orang yang telah di antarnya sebagai pemilik produk domestik bruto (GDP) tertinggi per kapita di dunia. Libya memiliki angka harapan hidup terpanjang dan angka kemiskinan yang bahkan lebih rendah dibanding Kerajaan Belanda.
Akibat provokasi dan pemberontak propaganda barbar Barat dan NATO, rakyat rela membunuh pemimpin yang mengantarkannya untuk menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan gratis, listrik gratis, pinjaman tanpa bunga, hingga apartemen gratis saat mereka menikah.
Lebih jauh, Hendropriyono mempertanyakan, apakah pengkritiknya tahu tentang siapa Palestina dan Israel itu? “Apakah pengkhianat itu kenal dengan Mahmoud Abbas, atau kenal dengan Ismail Haniyeh, atau kenal sama Reuven Rivlin, atau Benjamin Netanyahu? Saya yakin tidak kenal. Yang dia kenal adalah anak, istri, mantu, dan cucu sendiri. Kenapa yang dibela orang-orang yang tidak dikenal?” tanya Hendropriyono. (B-BS/jr)