BENDERRAnews.com, 11/3/21 (Jakarta): Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memastikan Vaksin Nusantara yang berbasis sel dendritik sangat aman untuk digunakan sebagai suntikan antibodi Covid-19.
Karena itu, Terawan meminta pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar terus memberikan dukungan terhadap pengembangan Vaksin Nusantara.
“Saya selaku Menkes (saat itu) ikut berperan serta dalam kegiatan anak bangsa yang ingin mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis dendritic cell, yang tentunya karena sifatnya autologous, individual, tentunya adalah sangat, sangat aman,” kata Terawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX DPR, Rabu (10/3/21) kemarin.
RDP tersebut juga dihadiri antara lain oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wmenkes), Dante Saksono Harbuwono dan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, Direktur LBM Eijkman Amin Soebandrio, dan tim peneliti Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang.
Terawan menjelaskan, penelitiannya tentang vaksin berbasis sel dendritik sudah berjalan sejak 2015 di Secure Center RSPAD Gatot Subroto. Ide tersebut terus berkembang. Dan seperti gayung bersambut saat ada munculnya ide sel dendritik untuk vaksin Covid-19. Terawan mengaku semakin mantap meneruskan riset tersebut karena sudah mendapatkan uji binatang melalui pihak ketiga di Amerika untuk sel dendritik vaksin Covid-19.
“Meskipun PPUK (Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis) belum keluar, saya tetap mengucapkan terima kasih kepada Badan POM dan Kementerian Kesehatan. Mudah-mudahan ini bisa dilanjutkan menjadi fondasi yang baik,” kata Terawan.
Terawan, yang mengaku menyukai riset, berhasil mendorong Universitas Diponegoro (Undip) untuk terlibat dalam pengembangan Vaksin Nusantara. Dia menambahkan, vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik setidaknya bisa menjadi solusi atau alternatif vaksin untuk penerima vaksin Covid-19 dengan autoimun atau komorbid berat.
“Saya bersyukur waktu itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bisa men-‘support’-nya, mudah-mudahan ini terus berlanjut support dari Kementerian Kesehatan dan Badan POM,” katanya.
Terawan juga mengucapkan terima kasih kepada Kemenkes karena sudah menunjukkan surat-surat lengkap mulai dari perizinan sampai dukungan dana Uji Klinis Fase I. BPOM, ujarnya, juga ikut mengawal dalam uji klinis tersebut yang memang bersifat terbuka.
“Dendritic cell sudah kita kenal dan publish di jurnal internasional untuk dendritic cell vaksin tapi waktu itu saya publish dendritik sel vaksin untuk cancer,” lanjutnya.
Terawan mengaku bersyukur atas nasihat dari Kemristek/BRIN lewat Lembaga Eijkman yang terus mendorong dan memberi masukan, termasuk Prof Nidom dari Universitas Airlangga Surabaya.
“Selama ini saya bersyukur telah mendorong kami tetap semangat bahwa hal yang kami kerjakan mudah-mudahan diridhoi Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi berkat dan barokah kita semua,” kata Terawan.
DPR mempertanyakan
Sementara itu, Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memang sèngaja menggelar rapat kerja dan rapat dengar pendapat (RDP) untuk mendengarkan penjelasan terkait dukungan pemerintah terhadap pengembangan Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara, Rabu (10/3/21). Forum itu dihadiri antara lain oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, Direktur LBM Eijkman Amin Soebandrio, tim peneliti Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP), dan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto selaku penemu Vaksin Nusantara.
Ketua Komisi IX DPR, Felly Estelita Runtuwene meminta Wamenkes untuk menjelaskan hilangnya materi Vaksin Nusantara dalam paparan resmi Kementerian Kesehatan. Felly juga menegaskan, permintaan serupa dari anggota DPR lainnya yang mempertanyakan hal sama. “Di materi yang sempat dikirim soft copy (kepada Komisi IX) ada di sana, tapi ketika diganti, hilang. Ini kami butuh penjelasan, karena sebenarnya masih sama-sama berproses vaksin apa pun,” kata Felly merujuk Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara yang saat ini masih dalam tahap pengembangan.
Felly mengatakan, Komisi IX mempunyai semangat untuk mendukung hasil karya anak bangsa mulai obat, vaksin, atau produksi lainnya. “Tapi ketika kami menerima materi dari Kementerian Kesehatan dan bisa diganti seperti itu, ini menjadi pertanyaan, ada apa sebetulnya?” kata Felly yang merupakan anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem untuk Dapil Sulawesi Utara.
Terkait hal itu, Wamenkes Dante beralasan pihaknya memakai draf paparan yang berbeda dengan draf sebelumnya. Dalam draf pertama yang diserahkan kepada anggota Komisi IX DPR diakui memang memuat penjelasan tentang Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih. “Mungkin, mungkin ya. Nanti karena kita dijelaskan para peneliti lainnya. Di sini ada dr Terawan, Ibu Penny dari BPOM untuk menjelaskan perkembangan lebih detil Vaksin Nusantara itu,” kata Dante berdalih.
Wamenkes mengatakan, jika anggota dewan menginginkan tetap menggunakan draf paparan pertama, dia akan memakai paparan tersebut secara resmi. Dante juga sempat menyebut, Vaksin Nusantara saat ini masih tahap pengembangan dan dalam evaluasi BPOM.
“Kalau dijawab secara teknis, semua juga sama Pak. Kalau kami lihat progress-nya bahkan mungkin lebih maju Vaksin Nusantara (dibandingkan Vaksin Merah Putih), tapi kenapa tidak dijelaskan,” ujar Felly menanggapi pernyataan wamenkes tentang tahapan pengembangan Vaksin Nusantara.
Wakil Ketua Komisi IX dari Fraksi Partai Golongan, Emanuel Melkiades Lakalena, juga mendesak paparan Wamenkes terkait Vaksin Nusantara. “Undangan kami clear, dijelaskan juga Vaksin Nusantara. Mengapa sudah direvisi, terus tiba-tiba diperbaiki, mengapa ini? Semua masih on process, Vaksin Merah Putih on process, Vaksin Nusantara on process. Ini agak bingung kami tiba-tiba Kemenkes mengganti,” kata Emanuel.
Senada dengan itu, anggota Komisi IX dari Fraksi Partai Gerindra, Meliyana, mengatakan, DPR sudah menyebutkan dari undangan awal kepada pemerintah selaku mitra, pertemuan tersebut untuk membahas perkembangan Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara. Disebutnya, Komisi IX DPR sudah menunggu sikap pemerintah terhadap kedua vaksin buatan Indonesia yang sedang berproses saat ini.
“Jadi kami harapkan hari ini kita di komisi mendengar sikap pemerintah untuk kedua macam vaksin yang sebenarnya sangat kami banggakan, sama-sama kita harapkan dan sama-sama menjadi kebanggaan kita,” kata Meliyana. (B-BS/jr)