BENDERRAnews, 25/4/19 (Lippo Village): Berangkat dari kesadaran tentang masih banyaknya tindak pidana yang terjadi di lingkup kelautan dan kehutanan Indonesia, telah memotivasi 18 mahasiswa dari empat angkatan di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan mengikuti kompetisi berskala nasional memperebutkan Piala Konservasi 2019.
Dilaporkan, perhelatan itu berlangsung pada 22 hingga 25 Maret 2019 lalu di Universitas Negeri Semarang.
Di arena kompetisi ini, para mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Pelita Harapan (UPH) berhasil membawa pulang sejumlah penghargaan, termasuk menyabet gelar Juara Ke-3 dari 11 Universitas yang ikut serta.
Mereka sukses dalam kompetisi “Moot Court Competition”, dengan mengambil topik “Tindak Pidana Kelautan dan Kehutanan”.
Minim aturan hukum
Marchell Mico Pakel, FH UPH Angkatan 2015 sebagai salah satu anggota tim menyebutkan, terkait pengaturan hukumnya tentang pencemaran lingkungan di Indonesia, dinilainya masih minim.
“Terutama pada ruang lingkup tindak pidana, karena sebagian besar kasus pencemaran lingkungan di indonesia hanya sampai ruang lingkup perdata saja, yaitu masalah ganti kerugian. Sehingga sangat diperlukan pengaturan tambahan yang mengatur mengenai pencemaran limbah tersebut,” ujarnya baru-baru ini di Kampus UPH Lippo Village, Karawaci, Tangerang.
“Inilah yang kami sadari dan harapan keikutsertaan kami dalam kompetisi menjadi salah satu bentuk nyata kepeduliaan kami terhadap kekayaan alam Indonesia”.
Marchell selanjutnya menjelaskan, kompetisi ini merupakan ajang dua tahunan yang secara garis besar membahas seputar pencemaran lingkungan, seperti pencemaran air laut, pencemaran akibat limbah pabrik, dan sebagainya.
Tahun ini, menurutnya, Piala Konservasi diikuti berbagai universitas, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Hang Tuah Surabaya, Universitas Trisakti, dan Universitas Islam Nusantara.
Kompetisi terdiri dimulai dari babak penyisihan, dimana setiap delegasi mengumpulkan berkas dan menampilkan simulasi persidangan bertemakan Kelautan. Sesudah berhasil melalui babak ini, selanjutnya masuk babak final yang fokus pada topik Kehutanan.
Di setiap babak, melibatkan beragam juri dari kalangan profesi Hakim, Jaksa, Advokat, Akademis, bahkan Polisi.
Beri pengalaman positif
Bagi ke-18 mahasiswa FH UPH, menurutnya, menjadi peserta dalam kompetisi memberikan banyak pengalaman positif dalam mengasah analisa kasus-kasus, memberikan pengetahuan hukum yang belum pernah diajarkan dalam kelas dan meningkatkan rasa kerja sama dalam tim.
“Mengikuti kompetisi khususnya dalam fakultas hukum sangat penting karena kita dapat mengasah cara berpikir dan analisa kita sebagai calon praktisi hukum. Kita pun dapat menerapkan apa yang kita pelajari di kelas dan menerapkannya dalam pembahasan kasus. Karena sebagai mahasiswa hukum, kita dituntut untuk menganalisis bukan hanya menghafal saja.” ujar Marcel Joshua.
Marcel dan tim bersyukur dapat membanggakan FH UPH.
Dikatakan, semua ini karena ada dukungan fakultas, peran para dosen, juga mahasiswa senior yang mau berkontribusi dalam mendukung saat persiapan. Apalagi para dosen mau membagikan pendapat hukum terkait kasus, lalu pihak fakultas menyediakan sarana, prasarana, dan sumber referensi sebagai penunjang pengetahuan, serta mahasiswa senior menyemangati tim untuk terus memberikan yang terbaik, apapun hasilnya. Demikian rilis dari Tim Media UPH. (B-r/pl/jr)