BENDERRAnews, 26/1/19 (Davos): Setiap tahun, Indonesia mengirim delegasi resmi pemerintah, dunia usaha dan profesional, ke pertemuan ekonomi tahunan bergensi, World Economic Forum.
Tahun 2019 ini, World Economic Forum (WEF) kembali digelar. Kali ini diselenggarakan di Davos, Swiss, dengan fokus membahas arsitektur revolusi industri 4.0. Tema pertemuan tahun ini ialah Globalization 4.0: Shaping a Global Architecture in the Age of the Fourth Industrial Revolution.
Seperti diketahui, revolusi industri 4.0 telah mengubah cara individu, pemerintahan dan perusahaan berhubungan satu sama lain.
Di ajang WEF, sejumlah kepala negara dan dan tokoh bisnis seluruh dunia turut hadir. Dari Indonesia, hadir Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan; Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Lembong.
Dalam WEF, para peserta akan berbagi pengalaman, bagaimana mengelola bisnis di era revolusi industri 4.0.
Tampilan John Riady
Salah satu tokoh ekonomi Indonesia yang turut hadir di ajang WEF yakni Direktur Grup Lippo John Riady.
Sosok Riady yunior (cucu Pendiri Lippo Grouo, Mochtar Riady, Red) ini memaparkan, ada dua hal penting yang perlu menjadi pusat perhatian tinggi dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Yakni Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dan maha data (Big Data).
Disebutnya, pendidikan memiliki peran sentral, meningkatkan kapabilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam era revolusi industri 4.0.
AI meski merupakan bagian dari teknologi digital, namun menurutnya, menggunakan teknologi tersebut untuk mengumpulkan semua data yang besar. Data ini menjadi sangat penting, karena dapat dianalisa dan diolah berdasarkan apa yang menjadi karakter atau kebutuhan masyarakat saat ini.
Dalam pemaparannya lebih lanjut yang menarik atensi forum, diungkapkan, Lippo Group juga menyadari, AI kini menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam mengambil keputusan-keputusan krusial, termasuk dalam bisnis.
“Karena itu, kami sudah mulai memasukan AI dan Big Data sebagai bagian untuk mengembangkan service industries (industri layanan/service) dalam Lippo Group,” ujar John, Jumat (25/1/19), seperti dilansir ‘Aktual.com’.
Konstruktif dan kolaboratif
Seperti John Riady, seluruh peserta yang hadir akan memanfaatkan semangat WEF Davos untuk membangun masa depan dengan cara konstruktif dan kolaboratif.
John lanjut menjelaskan, transformasi merupakan kata yang paling tepat untuk menggambarkan prospek geopolitik, ekonomi dan lingkungan secara global.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, potensi industri ekonomi digital terus dikembangkan. Pemerintah telah melakukan langkah menumbuhkan sekitar 1000 teknopreneur pada tahun 2020. Jadi fokus pemerintah saat ini ialah bagaimana melakukan akselerasi.
Sedangkan kehadiran para pebisnis Indonesia di WEF, menurut John, dimaksudkan untuk memberi pesan, kita sudah berhasil dalam menerapkan berbagai keunggulan di era industri 4.0. Pertumbuhan bisnis digital juga luar biasa. Indonesia ingin memberi pesan kepada masyarakat global, pebisnis di Indonesia sangat concern dengan semangat industri 4.0.
John melanjutkan, kawasan ASEAN sebagai blok baru, juga akan menjadi salah satu topik utama dalam Pertemuan Tahunan WEF 2019. Blok ASEAN memiliki catatan pertumbuhan ekonomi, pembangunan, dan kerja sama regional yang patut ditiru. Wilayah ini dinilai sebagai memiliki dinamika dan peluang yang menonjol paling luar biasa di dunia.
Karena itu, ia mengajak, para pengusaha Indonesia menyambut baik kedatangan revolusi industri 4.0 dengan membuka kesempatan segala sektor untuk lebih berinovasi. Revolusi industri 4.0 harus dimaknai sebagai teman yang bisa memajukan bangsa dan negara. Demikian John Riady. (B-AC/jr)