BENDERRAnews, 25/1/19 (Davos): Atasnama Pemerintah Indonesia, dalwm kunjungan hari ketiga di Davos, Kamis (24/1/19) waktu setempat, Menko Maritim Luhut Pandjaitan mengawalinya dengan memberikan sambutan di sebuah workshop internasional dengan tema “Accelerating Partnerships and Actions for Forest”.
“Kami sangat terbuka, tapi jangan mendikte kami,” katanya dalam pernyataan tegas di hadapan puluhan peserta forum internasional ini, di antaranya ada Albert Arnold Gore Jr, Wakil Presiden ke-45 Amerika Serikat pada pemerintahan Presiden Bill Clinton, Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez, dan Satya Tripathi selaku asisten Sekjen PBB untuk program lingkungan.
Pemerintah Indonesia, menurut Menko Luhut, terbuka terhadap peluang kerja sama, termasuk terhadap saran dan masukan. Tapi tidak akan menerima niat dari pihak manapun yang mau mendikte Indonesia.
“Pemerintah Indonesia mau duduk bersama UNEP, World Bank, dan komunitas World Economic Forum untuk mencari tahu apa yang bisa dilakukan bersama,” ungkap Menko Luhut, dalam rilis dari Biro Informasi dan Hukum, Kemenko Bidang Kemaritiman RI.
Disebutnya, pemerintah telah memahami permasalahan terkait kehutanan. “Dan kami bertindak dengan cepat. Presiden Jokowi sudah mengumumkan moratorium lahan sawit,” tegasnya sembari memberikan contoh adanya kebijakan Pemerintah Indonesia yang sudah melarang pembukaan lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit.
Temukan titik keseimbangan
Melanjutkan sambutannya, Menko Luhut menyatakan, masalah deforestasi harus diselesaikan dengan menemukan titik keseimbangan antara tercapainya kelestarian lingkungan, kesejahteraan rakyat, ketahanan pangan nasional dan konsistensi penerapan peraturan perundang-undangan.
“Harus dilihat ekuilibriumnya, bagaimana kami menangani masalah lingkungan, bagaimana kami juga harus menjamin nafkah masyarakat, dan bagaimana kami harus menghormati regulasi yang diterbitkan oleh rezim pemerintahan sebelumnya, serta ketahan pangan, di mana kami harus perhatikan kebutuhan nutrisi rakyat kami,” tandasnya dalam iven yang berlangsung di Davos-Klosters itu.
Sikap Indonesia itu disampaikan dengan tegas dan lugas oleh Menko Luhut yang juga menekankan, Indonesia memiliki kepentingan untuk menjaga lingkungan demi generasi selanjutnya.
Tidak hanya menyinggung soal permasalahan kehutanan. Menko Luhut pun menyampaikan tentang upaya-upaya pemerintah RI untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Salah satunya ialah penanganan sampah plastik. “Kami tidak mau melihat generasi Indonesia selanjutnya menjadi generasi kuntet hanya karena pemerintah salah membuat kebijakan hari ini,” jelasnya mencontohkan keseriusan pemerintah yang sedang bekerja mengatasi masalah pencemaran sampah plastik di perairan Indonesia.
Sebab, jika hal ini tidak ditangani, masyarakat yang mengkonsumsinya akan tumbuh dengan stunting (kerdil).
“Pemerintah akan bekerja dengan kredibel. Kami juga tidak ingin ada ‘permainan’ dalam mengerjakan hal ini,” demikiann Menko Luhut meyakinkan para peserta dari berbagai unsur swasta dan aktivis internasional, dimana Indonesia sangat serius menangani isu deforestasi atau penggundulan hutan. (B-r/jr)