Oleh Michael Kambong **
BENDERRAnews, 20/1/19 (Jakarta): Terlahir dengan nama Jehezkiel Robert Wenas di Tomohon, Sulawesi Utara, 14 April 1939. Yessy mengawali kariernya sebagai gitaris di kelompok “Alulas: yang sempat menjadi juara pertama dalam Festival Group Band di Hotel Homan, Bandung (1959). “Saya sudah mengagumi bunyi gitar dan kebetulan ayah saya punya gitar. Bunyi gitar itu enak sekali rasanya,” katanya menceritakan ihwal kecintaannya pada gitar dilansir Kabari News (27/4/14).
Yessy kemudian bergabung dengan kelompok “Aneka Nada” pada 1961. Personelnya terdiri dari Guntur Soekarno Putra (gitaris), Iwan (bassis), Indradi (drummer), serta Samsudin, Atjil, dan Memet Slamet (vokalis).
Selanjutnya, pada tahun yang sama, Yessy mulai menciptakan lagu, di antaranya “Abunawas”, “Si Gareng”, “Kisah Setangkai Daun”, dan “Menuai Padi” untuk kelompok Yanti Bersaudara.
Dekade 1960-an dan 70-an merupakan masa produktif Yessy sebagai pencipta lagu (komposer). Mulai Ernie Djohan, Titiek Puspa, Bob Tutupoli, Elly Kasim, Ineke Kusumawati, Titiek Sandhora, hingga Patty Bersaudara antre menyanyikan lagu ciptaannya.
“Saya mencipta lagu karena ada kebutuhan saja, studio meminta lagu, lalu saya buatkan lagu,” katanya.
Kiprah
Selain sebagai pencipta lagu, Yessy juga pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Pencipta Lagu Populer Indonesia (1970), Wakil Direktur di studio rekaman Metro Studio (1971-1974), Kepala Studio Rekaman Yukawi (1975-1978), wartawan majalah “Sonata” (1979-1981), kolumnis musik dan seni budaya untuk surat kabar harian “Sinar Harapan” dan mingguan “Mutiara” (1981-1984), Pemimpin Redaksi Majalah “Duta Kawanua” (1998-1999), dan Pemimpin Redaksi Tabloid “Palakat” (1999-2000).
Selain itu, Ketua Lembaga Kebudayaan Sulawesi Utara (LKSU) 2010-2015, Dewan Pembina Sanggar “BAPONTAR” hingga saat ini. (Berita Tagar, Maret 2016).
Kini sosok beliau telah mendahului kita semua. Seorang yang dikenal sangat rendah hati dan selalu mau berbagi ini, dalam berapa tahun terakhir masih sering menyempatkan diri untuk hadir dalam kegiatan kebudayaan bersama sanggar “Bapontar”.
Almarhum sempat menerima penghargaan Lifetime Achievement, Anugerah Bakti Musik Indonesia tahun 2016 dari PAPPRI & Bekraf.
“Almarhum orang sangat baik, menjadi inspirasi bagi banyak insan musik Indonesia. Beliau pencipta 313 buah lagu, tidak pernah pelit untuk berbagi dengan kami generasi muda. Bersyukur tahun 2015, kami bersama almarhum dan sanggar “Bapontar” sempat hadir di undang oleh Presiden di Istana Merdeka pada kegiatan 17 Agustus,” tutur Beiby Sumanti, pimpinan sanggar “Bapontar”.
Pencipta salah satu tembang yang cukup terkenal “Mengapa Tiada Maaf Darimu” yang dipopulerkan oleh Bob Tutupoli dan Yuni Sarah, menghabiskan masa terakhirnya bersama Wenny Pakasi, isteri tercinta dan sanggar “Bapontar” dalam beberapa kegiatan terakhir.
“Kami sangat kehilangan sosok kebanggaan masyarakat kawanua (Minahasa, Sulawesi Utara/Sulut) bahkan Indonesia ini. Beliau sejak awal berdirinya sanggar kami (Bapontar) sudah menjadi pembina, dan saya bersyukur di sela masa perawatannya saya sempat mengajaknya bersama dengan isterinya jalan-jalan ke Rumah Apung Sentul sambil mendengarkan beberapa lagu ciptaannya. Dan saya selalu membawakan kukis (kue) kesukaannya. Sangat bangga bisa bersama almarhum di hari-hari terakhirnya”, kenang Beiby yang juga Anggota Dewan Pembina Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 1946 (GPPMP), dimana Oom Yessy duduk di posisi Dewan Penasihat, bersama isterinya Wenny Pakasi.
Almarhum tutup usia setelah rentang 80 tahun berkiprah di dunianya. Dia menghembuskan nafasnya kembali ke Sang Khalik pada Jumat (19/1/19) malam sekitar pukul 23.36 WIB di RS Budi Asih, Cawang, Jakarta Timur.
Saat ini jenasah disemayamkan di Rumah Duka (RD) RS PGI Cikini, Ruang 1 (satu). Rencananya, jenasah almarhum akan dikebumikan di kampung halamannya di Tomohon, Sulut, dan akan diberangkatkan menuju Manado pada hari Minggu tengah malam, setelah melalui sebuah upacara adat Minahasa.
Indonesia kehilanganmu … masyarakat Sulut dan kawanua merasakan duka atas kepergianmu … terima kasih atas karya dan jasamu bagi Sulawesi utara dan Indonesia. Akan selalu dikenang. *** (B-CS/jr)
“) Disadur dari Cahaya Siang, Edisi 19 Januari 2019, dengan judul asli: “Sang Maestro Om Yessy Wenas Tutup Usia”
**) Penulis adalah seniman dan pelaku seni dari “Sanggar Bapontar”
=====================================================================
Otobiografi Yessy Wenas
Agustus 22, 2008
(Dikutip dari Official Site of Jessy Wenas, just another WordPress.com Weblog)
Nama: Yessy Wenas
Nama Lengkap: Jehezkiel Robert Wenas
Tempat Tanggal Lahir: Tomohon (Sulawesi Utara), 14 April 1939
Domisili (Saat Ini): Jl Kirey RT 005/010 Kelurahan Tengah Kramat Jati, Jakarta Timur
Nama Istri: Winny Grace Pakasi, SE
Nama Anak:
- Sarah Sophia Ringkitan Wenas, SE (Ingkit)
- Inameiyan Catootje Wenas, S.Pik (Ina)
- Manoppo Ian Wenas, SE (Nopo)
Contact Person: Ingkit Wenas 0821 2591 9701
Pendidikan
SD: Sekolah Kristen GMIM III Tomohon tahun 1945-1953
SMP: Sekolah Kristen GMIM Tomohon tahun 1954-1957
SMA: SMA C. Biliton Bandung tahun 1957-1961
Perguruan Tinggi: Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa tahun 1961-1967 tidak selesai kena DO karena situasi politik saat itu, Jessy dekat dengan keluarga Presiden Sukarno (pernah bikin band bersama Guntur Soekarno Putra)
Prestasi di Bidang Olahraga
Thn 1956: Juara I Lomba Lari 1500m di Tomohon – Sulawesi Utara
Juara III Lomba Lari 5 km di Manado – Sulawesi Utara
Prestasi di Bidang Musik
Thn 1959: Juara I Festival Group Band di Hotel Homan – Bandung
Nama Grup “Alulas” sebagai Gitar Pengiring
Thn 1961: Vokalis group band “Aneka Nada” di Bandung bersama Guntur Soekarno Putra (Gitar & Fibraphone), Iwan (Bass), Indradi (Drumer), Samsudin, Atjil, Memet Slamet (vocal).
Thn 1961: Mulai menciptakan lagu, antara lain “Abunawas”, “Si Gareng”, “Kisah Setangkai Daun”, “Menuai Padi”.
Rekaman piringan hitam untuk penyanyi “Yanti Bersaudara” di Studio Irama – Jakarta.
Thn 1962: Mencipta lagu “Tiada Salah” yang dinyanyikan bersama Alfons Pangemanan, piringan hitam produksi Lokananta Record. Iringan band “Aneka Nada” yang direkam di studio RRI – Bandung.
Thn 1966: Pimpinan band rekaman “Kwartet Bintang” bersama Guntur Soekarno Putra, Memet Slamet dan Dodo.
Beberapa lagu ciptaan yang direkam:
- Borobudur (ciptaan tanggal 29 Mei 1966)
- Putri Malu (ciptaan tanggal 12 Juli 1966)
- Masa Lalu
- Daku Dewasa
- Pak Tani (PH Volume Aneka 12)
- Wolter Monginsidi (Remaco : RL-043)
- Nyai Roro Kidul (ciptaan tanggal 14 Juli 1966)
- Burung Gereja (ciptaan tanggal 23 Desember 1966)
Thn 1966: Beberapa lagu ciptaan yang dinyanyikan Deddy Damhudi untuk rekaman bersama band “Zaenal Combo” pimpinan Zaenal Arifin, di studio Remaco (30 Juli 1966):
- Di tepi Kolam
- Peluklah Daku dan Lepaskan
- Mega di Kala Senja (ciptaan tanggal 2 Juli 1966)
- Pergi dan Kembali (ciptaan tanggal 1 Juli 1966)
Thn 1967: Lagu ciptaan yang direkam di studio Remaco, bersama band studio Remaco (A Riyanto, Joppy Item, Zaenal Arifin, Enteng Tanamal, dkk):
- Semalam di Kota Bogor, penyanyi Alfian. (PH Aneka 12″.Vol.4)
- Kini Ku Rindu, penyanyi Tatty Saleh
- Yang Terakhir, penyanyi Tatty Saleh
Thn 1967-1968: Lagu ciptaan yang direkam di studio Remaco, penyanyi Ernie Djohan:
- Pemalu (ciptaan tanggal 6 Maret 1967)
- Ingin Kembali (ciptaan tanggal 29 Maret 1967)
- Tidak Kutanya Lagi
- Samudraku
- Setengah dari Hatiku
- Mutiara yang Hilang
- Jangan Biarkan Kusendiri
- Semau Gue
- Kisah di Seberang Samudera
- Senja di Bina Ria
- Stop
- Jembatan Sarinah
- Nompang Parkir
- Pantai di Kala Senja
- Sinar Mata Seorang Kekasih
Thn 1968: Lagu ciptaan yang dinyanyikan Bob Tutupoli:
- Mengapa Tiada Maaf (ciptaan tanggal 2 April 1968), dinyanyikan kembali oleh Yuni Shara
- Wanita
Lagu ciptaan yang dinyanyikan Titiek Sandora:
- Si Jago Mogok
- Si Boncel
- Jangan Tertawa
- Warung Kopi (duet dengan Muchsin Alatas)
- Micoma (Oh Mama)
- Si Bogel
- Lotto Harian
- Sedetik Kau Terlambat
Lagu ciptaan yang dinyanyikan Titik Puspa:
- Antara Sepi dan Kesepian
- Penyesalan
Thn 1968 : Lagu ciptaan yang dinyanyikan Patty Bersaudara:
- Cintaku Abadi Untukmu (ciptaan tanggal 6 Juli 1968)
- Kisah Seribu Satu Malam
Lagu ciptaan yang dinyanyikan Tetty Kadi:
- Pramugari Udara
- Bungaku
- Bisikan Angin
- Kuda Terbang
- Tiada Maaf Bagimu
Lagu ciptaan yang dinyanyikan Anna Mathovani:
- Antara Pria dan Wanita
- Menyambut Malam Tiba
- Tukar Tambah
Lalu “Penyelam Mutiara”, penyanyi Lilies Suryani
Thn 1969: Lagu ciptaan yang dinyanyikan Elly Kasim:
- Jangan Kau Paksakan
- Tak Usah Ya
Thn 1970: Lagu ciptaan yang direkam di Metro Studio – Jakarta
Penyanyi Ineke Kusumawati:
- Melati di Musim Kemarau
- Bila Teringat Padamu
- Pertama Berkenalan (duet dengan Oma Irama)
- Rindu Tiada Obatnya
Penyanyi Oma Irama:
- Diam-diam Jatuh Hati
- Hari Ini Tiada Cinta
- Mohon Diri
“Mak Tjomblang”, penyanyi Bing Slamet:
“Bila Sedang Sendiri”, penyanyi Oslan Husein
“Aku Sedang Rindu”, penyanyi Onny Soerjono.
Penyanyi Vivie Sumanti:
- Di Tepi Danau Tondano
- Hilang Tiada Berita
- Bunga-Bunga Berguguran
- Dendang Sayang
Thn 1971: Lagu ciptaan yang direkam di studi Lokananta – Solo
“Ingin Belaian Tanganmu”, penyanyi Nunning Suwiryo
Penyanyi Nenny Triana:
- Bayangan Wajahmu (ciptaan Maret 1971)
- Lagu Kesayangan
Thn 1971: Pertama kalinya musik daerah Minahasa direkam dalam bentuk piringan hitam, di Metro Studio sekarang bernama “Musika Studio”.
Grup musik Kolintang “Kadoodan” pimpinan Alfred Sundah, penyanyi Vivie Sumanti dan Frans Daromes.
Thn 1975: Kolaborasi pimpinan orkes Zakaria di studio Golden Hand – Surabaya, menciptakan sejumlah lagu melayu:
- Menagih Janji (penyanyi Fadiah El Bash)
- Air Mata (penyanyi Yusniah)
- Walau Aku Jauh
- Tiada Yang Murni
- Derita dan Bahagia
- Topeng Monyet
Thn 1976: Menciptakan lagu anak-anak di studio Yukawi – Cimanggis Bogor:
- Ayam Jantan (penyanyi Dina Mariana)
- Cicak dan Kucing
- Kuda Sado
- Kancil dan Buaya
- Coba Terka
- Krik Krik Bunyi Jangkrik
- Roda Tiga
Sampai kelahiran anak pertamanya di tahun 1978, Jessy Wenas telah menghasilkan lagu ciptaannya hampir 300 buah dalam bentuk piringan hitam dan kaset.
Termasuk karyanya dalam iringan musik Kolintang dan Tarling.
Prestasi di Bidang Seni Budaya
Thn 1975: Mengembangkan tarian Kabasaran / Cakalele di Jakarta.
Jika sebelumnya tarian ini ditolak karena dianggap dipengaruhi ilmu hitam, akhirnya diterima sebagai bagian dari seni tari untuk pertunjukkan.
Thn 1985: Tim Penulis Makalah Gelar Adat Minahasa untuk Majelis Kebudayaan Minahasa (MKM) pimpinan Drs KL Senduk. Judul “Gelar Adat Minahasa di Masa Lampau” forum diskusi bertempat di Hotel Indonesia.
Menjadi cikal bakal penentuan pemberian gelar adat Minahasa.
Thn 1993: Mengangkat kerajinan dengan alih teknologi untuk pembuatan kain tenun di daerah Tonsea, dan pembuatan keramik di daerah Toraget, Sulawesi Utara.
Thn 1995: Merancang desain busana adat pria Minahasa dan kelengkapannya, yang kemudian disah kan melalui keputusan Kepala Daerah Tk II Minahasa Nomor 254/KDH/VIII/1995. Sebelumnya hanya ada busana adat Sulawesi Utara, dan busana adat masing-masing sub-etnik.
Thn 2005: Ketua Juri Festival Tari Maengket tingkat Nasional di Jakarta. Mengangkat kembali kain tenun Bentenan yang telah punah ke kancah nasional, sebagai juru gambar motif asli kain tersebut.
Motif “Pinatikan” ditenun dan motif “Kaiwu” Patola diprint yang kemudian menjadi bahan seragam untuk seluruh pegawai pemerintahan propinsi Sulawesi Utara.
Thn 2006: Penulis sejarah tari Maengket pada buku “Materi Pelatihan Pelatih Tari Maengket” Minahasa – Sulawesi Utara di tahun 2006.
Juru gambar motif asli kain Bentenan jenis “Tinonton Mata”, “Tinompak”, “Sinoi”. Begitu juga motif asli kain “Koffo” (etnis Sangihe Talaud) dan kain Bantik.
Thn 2007: Penulis makalah dan pembicara pada Seminar Kerajinan Tenun Bentenan di daerah Sonder Sulawesi Utara, untuk memperkenalkan kembali jenis-jenis kain Bentenan Minahasa dan alat tenun tempo dulu. Banyak orang Minahasa khususnya, yang belum pernah melihatnya.
2007-skrg : Mengadakan pelatihan untuk pelatih kesenian Maengket, Kabasaran, Kolintang ke daerah-daerah di Minahasa. Tujuannya antara lain untuk meluruskan kesalahpahaman masyarakat tentang keseniannya, karena kurangnya informasi tentang pengetahuan teori dan sejarahnya. Yakni melalui Festival Seni Budaya Sulawesi Utara, pimpinan Kombes Benny J Mamoto.
Pengalaman Kerja
1971-1974: Jakarta. Wakil Direktur di Studio Rekaman Metro Studio, pemilik Amien Wijaya dan direkturnya Bing Slamet.
1975-1978: Bogor. Kepala Studio Rekaman di studio Yukawi Cimanggis.
1979-1981: Jakarta. Staff Redaksi merangkap Wartawan untuk majalah bulanan “Sonata”.
1981-1984: Jakarta. Kolumnis Musik dan Seni Budaya untuk harian “Sinar Harapan” dan mingguan “Mutiara”.
1998-1999: Jakarta. Pemimpin Redaksi majalah bulanan “Duta Kawanua”.
1999-2000: Pemimpin Redaksi tabloid “Palakat”.
Pengalaman Organisasi
Thn 1970: Ketua Persatuan Pencipta Lagu Populer Indonesia (PERPIN), organisasi pencipta lagu komersil yang pertama mengurus hak cipta lagu dengan pihak produser. Bersama dengan A Riyanto (wakil ketua) dan Mus K Wirya (sekretaris).
Thn 1975: Menjadi Pelatih saat pertama kali musik kolintang diperkenalkan di daerah DKI Jakarta.
Sekretaris Sanggar Kabasaran “Makasiouw” di Jakarta.
Thn 1986: Sekretaris Yayasan Kebudayaan Minahasa di Jakarta, dengan Ketua Umum Ibu M Tengker – Rombot.
2005-skrg : Organisasi kebudayaan Minahasa “Festival Seni Budaya Sulawesi Utara”, dengan Ketua Umum Bapak Kombes Polisi Benny J Mamoto. Di Jakarta dan Manado. Tahun 2008 berubah nama menjadi “Institut Seni Budaya Sulawesi Utara”.
2006-skrg : Penasehat dan Juru Gambar Motif Yayasan “Karema”, dengan Ketua Umum Ibu On Markadi-Tambuwun. Mengangkat kain Bentenan yang berasal dari Minahasa – Sulawesi Utara, sejak tahun 1800-an menghilang dan kini dimunculkan lagi.
2008: Ketua Departemen Seni Budaya dan Pariwisata Organisasi Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) se-Jabodetabek. Ketua Umum bapak Benny Tengker (pimpinan ASMI).
Piagam Penghargaan
Thn 1975: Ketua Juri Lomba Nyanyi Remaja & Anak-Anak “Pop Singer” se-Jakarta Raya, lokasi Taman Ria Jakarta Pusat.
Anggota Juri Festival Penyanyi Pop (tahap Final) dari pihak penyelenggara, sekaligus Ketua Juri dari Yayasan Musik Indonesia.
Thn 1991: Pemberi ceramah dalam workshop pelatih musik Kolintang, proyek Peningkatan mutu pelatih seni budaya se-DKI Jakarta. Diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta bapak Drs Soeparno.
Thn 1994: Outstanding Service Award dari Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat. Pembawa materi mengenai tarian “Kabasaran” Minahasa.
Thn 1999: Juri Lomba Nyanyi tingkat DKI Jakarta. Diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta bapak Drs HE Sjahrial.
Juri Festival Lagu Populer Keroncong, di Pasar Seni Ancol Jakarta.
Thn 2000: Peserta seminar “International Conference on the History of the Relation Between Indonesia and Portugal“, steering committe Prof DR Ivo Carnerio de Sousa di Jakarta.
Thn 2001: Juri Lomba Nyanyi Karaoke Remaja se-Jakarta Pusat. Diberikan oleh Kepala Gelanggang Remaja Planet Senen, bapak Drs Sophian Azpina.
Thn 2002: Juri Lagu Hymne BKPMK yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI). Diberikan oleh Ketua Propinsi DKI Jakarta, H RB Sayid Priyohutomo.
Thn 2003: Penghargaan atas prestasi dan kontsibusinya dalam menumbuh-kembangkan nama dan budaya Sulawesi Utara. Diberikan oleh Ketua Umum Lembaga Kesenian Sulawesi Utara di Jakarta, Bapak Mayjen TNI (AD) Glenny Kairupan.
Thn 2004: Pembicara dalam acara diskusi “Kain Bentenan” (The Hidden Treasure of Minahasa). Diberikan oleh Kepala Museum Tekstil, ibu Dra Dewi Rudiati.
Pembicara dengan makalah musik Kolintang, acara Simfoni Budaya Nusantara oleh yayasan Bhakti Kawula Nusantara.
Ketua Umum Dra Dien Novita, MBA.
Thn 2005: Peserta dalam sarasehan dan diskusi “International Standard Music Number” di Perpustakaan Nasional. Diberikan Kepala Perpustakaan Nasional, Dady P Rachmananta.
Thn 2006: Pembicara dan nara sumber Program Pelatihan Pelatih Tari Maengket Tingkat Nasioal 2006 di Jakarta. Diberikan Ketua Panitia bapak Kombes Polisi Benny J Mamoto.
Thn 2007: Menjabarkan teori untuk tari Kabasaran kepada para pelatih tari Kabasaran. Sekaligus menyingkap tabir rahasia “Sembilan Jurus Pedang” dan
“Sembilan Jurus Tusukan Tombak”, untuk tarian “Cakalele”, “Kumoyak” dan “Lalaya’an”. Ilmu yang sebelumnya hanya diketahui para “Kabasaran” senior. Bertempat di Taman Budaya Manado.
Aktifitas yang dilakukan saat ini
Menjadi pemerhati dan turut terlibat dalam pelestarian kebudayaan Minahasa, dengan menjadi anggota “Institut Seni Budaya Sulawesi Utara”. Antara lain dengan mengangkat dan memperlihatkan pada masyarakat Indonesia dan kepada sesama “Kawanua”, tentang upacara adat pernikahan, naik rumah baru, pemberian gelar Tonaas dan Walian dan sebagainya dalam bentuk seni pertunjukkan.
Yang juga memperkenalkan sastra bahasa sub-etnis Minahasa yang menyimpan sastra yang tinggi dalam kata, kalimat dan falsafahnya.
Menerapkan teknik gambar motif asli kain Bentenan, sebagai motif hias asli Minahasa pada kertas cetakan (ilustrasi buku), kain tenun, ukiran kayu dan batu atau bahan lainnya. Seperti telah diketahui, masyarakat Minahasa cenderung mencari motif hias bukan asli Minahasa, karena sebelumnya mereka hanya mengenal motif hias “Waruga” (batu kubur khas Minahasa) yang enggan digunakan.
Saat ini meskipun menjadi kontroversi, motif batu Waruga mulai dikembangkan dan diperkenalkan pada masyarakat lewat motif kain.
Visi & Misi
Harus ada orang Minahasa yang mau bergiat mengangkat kembali seni budaya Minahasa yang sudah hilang sejak satu abad yang lalu. Berbuat sesuatu untuk tanah kelahiran, bahkan untuk negara, harus masuk dalam rencana hidup.
Visi untuk jauh ke depan lintas generasi, jika belum dapat diselesaikan sekarang dapat dilanjutkan oleh generasi angkatan berikutnya.
Satu visi yang jelas, lebih baik daripada seratus keinginan yang tidak jelas realisasinya.
Misi yang di emban tergantung visi yang terus dikerjakan sepanjang hidup.
“Uang bukanlah segalanya”. (B-WP/jeffrey rawis)
=====================================================================
DPP Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP) menyampaikan turut berbelasungkawa atas wafatnya Oom Yessy Wenas, yang juga Dewan Penasihat GPPMP. Dan mendoakan keluarga tetap tabah dan diberikan kekuatan serta penghiburan.
Selamat Jalan Oom Yessy. Beristirahatlah dengan tenang di Rumah Bapa di Sorga Kekal bersama TUHAN YESUS KRISTUS.
Atasnama DPP GPPMP (Jeffrey Rawis/Ketua dan Teddy Matheos/Sekjen), Dewan Penasihat (Theo L Sambuaga/Ketua), Dewan Kehormatan (Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh/Ketua), Dewan Pembina (Capt Albert Lapian/Ketua).