BENDERRAnews, 11/3/19 (Bogor): Saat ini, masyarakat awam kerap menyamakan pengertian ‘stunting’ dengan istilah gizi buruk. Namun, sebenarnya stunting dan gizi buruk merupakan dua hal yang berbeda.
Spesialis anak dari Siloam Hospitals Bogor, dokter Melisa A, MBiomed, SpA mengatakan, stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. “Stunting lebih kepada kurangnya tinggi badan dibandingkan pada usia yang sama yang biasa umum terjadi pada anak balita,” jelas dokter Melisa.
Awal terjadinya stunting, menurutnya, disebabkan oleh gizi buruk, karena kurangnya asupan gizi yang sesuai tubuh, mengakibatkan kurang tingginya anak pada usia yang sama sekitar (-2cm) berdasarkan standarisasi WHO dan dikuti dengan berat badan kurang dari standar pada anak umumnya.
“Jadi, stunting ini adalah akibat dari gizi buruk yang berkepanjangan,” tambahnya mengingatkan di sela acara diskusi edukasi tentang gizi buruk yang diadakan Siloam Hospitals Bogor, Sabtu (9/3/19) akhir pekan lalu di Bogor.
Terbuka layani keluhan
Guna turut membantu meningkatkan kualitas hidup dan sinergi layanan masyarakat, khususnya pasien anak yang mengidap stunting, Siloam Hospitals Bogor senantiasa selalu terbuka dalam melayani keluhan ataupun konsultasi bagi keluarga terhadap buah hatinya.
“Kami berharap dapat terus membantu meningkatkan kualitas hidup dan sinergi layanan masyarakat, khususnya pasien anak yang mengidap stunting. Siloam Bogor dapat memberikan pelayanan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan menjadi pilihan terpercaya, khususnya di wilayah bogor, ” sebut Direktur Eksekutif Siloam Hospitals Bogor, Liediawaty Shahaan, kepada sejumlah rekan media dalam diskusi tersebut, sebagaimana dirilis Tim Media Siloam Hospitals Group.
Disebutkan, pihak Siloam Hospitals Bogor turut serta menanggulangi kasus stunting melalui pemeriksaan secara berkala kepada ibu hamil. Juga pemberian nutrisi dan juga pada saat proses persalinan, baik secara normal maupun sesar, dimana selalu menyarankan untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada sang ibu.
“Karena IMD merupakan starting awal untuk penetrasi eksklusif pada bayi,” jelas Liediawaty Shahaan.
Kondisi ‘stunting’ di Bogor
Ditambahkan, di daerah Bogor terdapat sekitar dua dari 10 anak mengalami stunting setiap bulan.
Ditempat yang sama, dokter Melisa, menyatakan, gizi buruk bisa dicegah dengan diberikan ASI eksklusif dan saat usia mulai enam bulan harus diberi asupan makanan pendamping ASI yang sesuai dengan tinggi protein, karbohidrat dan lemak sampai anak mulai mengkonsumsi makanan padat.
Pemerintah saat ini sedang menggalakan program 1000 hari kehidupan yang dimulai dari usia kandungan sembilan bulan sampai usia dua tahun. Karenanya asupan nutrisi merupakan hal penting yang sesuai diberikan dengan kebutuhan sang bayi. Tambahan vitamin dan zat besi selama masa kehamilan termasuk hal utama bagi sang ibu.
“Memang, perkara stunting sedang marak dibicarakan. Kasus stunting di Indonesia berada di urutan kedua setelah Laos untuk wilayah Asia Tenggara,” paparnya.
Indonesia pada tahun 2012, kurang lebih delapan juta anak usia balita mengalami stunting, yang dalam persentasi sekitar 37,2 persen. Atau satu dari tiga anak usia Balita. (B-r/JR/jr)