BENDERRAnews, 14/11/18 (Jakarta): Ungkapan Presiden Joko Widodo tentang ‘Genderuwo’ tercermin dari pernyataan para politisi yang selalu menakut-nakuti rakyat dengan narasi pesimistis dan ketidakpastian ekonomi.
Pernyataan-pernyataan tersebut sebetulnya tidak sesuai dengan fakta obyektif yang dihadapi masyarakat.
“Pernyataan-pernyataan seperti Indonesia akan bubar di tahun 2030, rakyat Indonesia 99 persen hidup pas-pasan, harga-harga bahan pokok di pasar naik, tempe setipis ATM, chicken rice di Singapura lebih murah dibandingkan di Jakarta, dan lain-lain merupakan contoh-contoh narasi pesimistis,” kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar (PG) bidang Media dan Pengalangan Opini, Ace Hasan Syadzily, di Jakarta, Rabu (14/11).
Ia menjelaskan, dengan pernyataan-pernyataan tersebut, rakyat dibuat takut seakan-akan Indonesia ini ada dalam situasi yang menakutkan.
Padahal faktanya tidak benar.
Presiden Jokowi telah melakukan pengecekan langsung di pasar untuk memastikan harga-harga kebutuhan pokok itu apakah sesuai dengan yang dituduhkan. Ternyata kenyataan tidak. Harga-harga stabil sebagaimana data inflasi yang selalu terkendali selama pemerintahan Jokowi.
“Bagi kami menyampaikan pandangan politik yang berbeda dalam melihat situasi saat ini adalah lumrah dan menjadi bagian dari proses demokrasi. Namun menciptakan ketakutan ekonomi sangat membahayakan bagi rakyat itu sendiri,” kata Ace yang juga juru bicara dari Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin ini.
Narasi cari simpati rakyat
Dia menegaskan, tujuan dari narasi itu ialah bagian dari mencari simpati rakyat.
Namun tidak sepatutnya cara yang tidak jujur untuk mendapat simpati rakyat.
Disebutnya, pernyataan negatif bersifat pesimistis yang disampaikan secara berulang-ulang bisa jadi akan menjadi kenyataan.
“Pernyataan itu akan dimanfaatkan oleh para spekulan pasar untuk meraih keuntungan ekonomi,” ujarnya lagi seperti dilansir Suara Pembaruan.
Akibatnya harga-harga akan naik di pasar tradisional. Pada akhirnya rakyat akan rugi dan pedagang pasar di pasar tradisional akan merasakan dampaknya.
“Jadi sekali lagi janganlah kita menggunakan narasi ketakutan hanya semata-mata untuk kepentingan politik jangka pendek. Terlalu besar pertaruhannya untuk kepentingan rakyat,” tutur Ace yang juga Wakil Ketua Komisi VIII DPR ini. (B-SP/BS/jr)