BENDERRAnews, 29/9/18 (Palu): Bangunan Hotel Roa-Roa, Palu, Sulawesi Tengah, tampak hancur karena terjangan guncangan gempa bermagnitudo lebih dari angka tujuh, Jumat (28/9/18) kemarin sore. Di bawah reruntuhan itu diperkirakan masih ada puluhan jiwa manusia butuh pertolongan untuk dievakuasi agar bisa diselamatkan.
Pemiliknya, Ps Agung Susilo menyatakan, di dalam hotel berlantai delapan dengan jumlah kamar 100 lebih unit itu, sekitar 76 kamar ada tamunya. “Kini banyak yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan hotel,” tuturnya seperti dilansir Kepala Biro (Karo) Kantor Berita ANTARA Gorontalo, Hence Paath, Karo ANTARA Manado, Guido Merung, berdasarkan informasi Karo ANTARA Palu, Rolex Malaha, sebagaimana jugadilaporkan jurnalis ‘Manado Post’, Tommy Waworundeng, Sabtu (29/9/18).
Masalahnya, hingga kini pihak Badan SAR Nasional (Basarnas) belum bisa mengirim alat berat yang sesuai ke lokasi, karena faktor kendala traspansportasi dan komunikasi.
Berharap alat-alat dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah Sulteng), maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Palu juga masih sulit, karena faktor transportasi darat yang mengalami banyak kerusakan, beberapa di antara jalan darat rusak berat, termasuk jembatan vital putus.
“Kami mendengar suara-suara dari bawah reruntuhan,” ungkap M Syaugi, Kepala Basarnas via ‘MetroTV’, barusan (Sabtu, 29/9/18, sekitar jam 19.O0 WIB).
Ia mengakui, peralatan seperti eskavator dan lain-lain sangat sedikit bisa ditemukan di Kota Palu. Terpaksa, pihaknya berupaya dengan menggunakan peralatan biasa, dan mengerahkan personel-personel SAR, baik dari Gorontalo, Sulut, Samarinda, Balikpapan, Kendari Makassar dan lain-lain. Tetapi itu pun cukup lama datangnya, karena harus lewat laut. “Mereka akan fokus pada pencarian korban, yang selamat dibawa ke tempat-tempat perawatan, juga yang sudah meninggal diangkut ke rumah sakit,” katanya.
Namun, untuk membantu evakuasi korban-korban di Kota Donggala, menurutnya, terpaksa menunggu Helikopter Basarnas, Minggu (30/9/18) besok. Karena jalan darat serta jembatan putus.
“Masalahnya memang cuma kendala alat berat. Kalau tenaga kami, 24 jam di lapangan,” tambahnya.
Lalu seorang pakar gempa dan tsunami merespons (masih dalam acara breaking news ‘MetroTV’ itu), sesuai prosedur tetap (Protap) teknis, masih ada waktu 3×24 jam untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di dalam reruntuhan bangunan.
Tapi Pimpinan Basarnas ini optimistis, Minggu (30/9/18) besok, diharapkan sudah ada solusi bersama dengan Pemprov Sulteng, Pemkot Palu, juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Tim Zeni TNI yang dikirim Panglima TNI. Apalagi, semua institusi terkait sudah mendapat Instruksi Presiden Jokowi untuk bergerak cepat, termasuk TNI, Polri, beberapa kemenyetian serta lembaga. Bahkan Presiden Jokowi Minggu (30/9/19) besok diharapkan sudah masuk ke Palu, untuk memimpin langsung Operasi Penanggulangan Bencana Donggala-Palu.
Sedangkan Ps Agung yang juga merupakan Gembala Gereja IFGF Palu, mengatakan, pihaknya akan terus berdaya upaya melakukan segalanya untuk menyelamatkan mereka di reruntuhan hotel tersebut. Ia pun mendoakan, bala bantuan bisa secepatnya datang menolong.
Dalam gambar di atas, gedung Gereja IFGF Palu yang ada dalam lingkaran biru masih dalam keadaam utuh, dimana letaknya persis di samping bangunan Hotel Roa-Roa (RR).
Musibah bencana di Indonesia ini, telah mendapat simpati berbagai negara dan lembaga internasional, termasuk PBB, ASEAN, OKI serta banyak lagi, demikian Menlu RI, Retno Marsudi, langsung dari Sidang OBB di New York, yang ditayang ‘MetroTV’.
Donggala-Palu, berada pada ‘Patahan Palu-Koro’ yang rawan gempa dan tsunami sejak tahun 1800-san. Data mencatat, 19 tsunami dari 1800-an termasuk Jumat (28/9/18) kemarin di kawasan itu khususnya, di seluruh Selat Makassar pada umumnya. Malahan pihak BNPB menginformasikan, gempa plus tsunami pada 1930-an yang melanda Donggala lebih dahsyat dari sekarang, karena mayoritas rumah ratah dengan tanah, serta jatuhnya korban jiwa tak sedikit.
Atlet Paralayang Manado belum diketahui
Sementara itu, seorang ofisial Federasi Aero Sport Indonesian (FASI), Tagor Siagiaan, yang sempat diwawancarai Robert, reporter ‘Metro TV’, dalam siaran ‘breaking news’, Sabtu (29/9/18) sekitar pukul 21.00 WIB, mengungkapkan, pihaknya masih belum memperoleh informasi nasib beberapa atlet Paralayang, terutama dari Manado. Karena mereka datang dengan menggunakan mobil sendiri.
“Dan banyak yang menginap di hotel ini (RR). Kami tidak tahu, apakah saat gempa, mereka ada di hotel bertingkat itu, atau masih bersama atlet lain di lokasi upacara (penutupan) Festival Teluk Tomini (khususnya lomba Paralayang) yang baru berakhir pas Jumatan. Puji Tuhan, saya menginap di hotel sederhana berlantai satu, jadi resikonya lebih kecil. Saya sekarang baru mendarat di Jakarta bersama beberapa delegasi atlet dari luar negeri, seperti dari Singapura, Korea Selatan, Belgia dan Perancis,” ujarnya.
Menpora Imam Nahrawi lewat ‘MetroTV’, sekitar jam 22.00 WIB Sabtu 29/9/18) membenarkan, masib ada tujuh atlet yang mengikuti lomba lintas alam Paralayang belum diketahui nasibnya. Di antaranya Frangky Kowaas, Petra Mandagi, dan Glen Mononutu, dari Manado, Sulut. Glen Mononutu merupakan putra dari Sekretarus DPRD Provinsi Sulut.
“Mudah-mudahan keberadaan mereka segera diketahui cepat dalam keadaan selamat. Atlet lainnya, termasuk dari luar negeri, sudah diberangkatkan dari Palu,” katanya.
Para atlet tersebut datang mewakili Persatuan Olahraga Dirgantara Gantole Paralayang Indonesia (PGPI) Sulawesi Utara (Sulut). Induk organisasi ini ialah FASI.
Sedangkan Tagor Siagiaan kemudian melanjutkan, delegasi atlet Paralayang dari daerah lain, termasuk Jawa Timur (Jatim) juga sudah kembali ke daerahnya. “Yang hebat, itu pimpinan delegasi Jatim, bisa dengan hebat mencari cara untuk menyelamatkan diri dari lantai tujuh di hotel itu. Puji Tuhan, beliau selamat,” ungkapnya, sembari menyorot kritis peringatan dini tsunami pasca-gempa tak tertangkap luas, karena cuma via televisi.
Padahal, menurutnya, mereka kebanyakan sedang di lokasi upacara. “Bagaimana jika tsunami itu menyerobot kami di lapangan upacara? Juga kami menyesalkan proses evakuasi korban dari reruntuhan hotel tidak ada hingga tadi sore, padahal bencananya sudah sejak kemarin petang. Lambatlah semuanya. Ini perlu jadi pembelajaran,” tandasnya melalui hubungan telefon dengan reporter ‘MetroTV’ yang disiarkan secara langsung.
Pakar gempa dan tsunami yang sedang diwawancarai di studio pun mengakui, informasi peringatan dini tsunami kemarin kebanyakan cuma via televisi dan radio. Padahal belum tentu banyak yang menonton di saat jam-jam 17.00 hingga 18.00 Waktu Indonesia Tengah (Wita), karena bisa saja lebih banyak sedang beracara di luar rumah serta hotel.
Karenanya, perlu dibuat dan diadaka prosedur penyebaran informasi yang lebih cepat serta jangkauannya luas, tak terbatas hanya didengar atau dilihat lewat radio maupun televisi.
Ini, menurutnya, menjadi domain BMKG serta institusi tertentu yang patut terus mengembangkan model pengumuman cepat ke publik hingga pelosok mana pun.
Juga penting terus menerus diajarkan dan dibudayakan kepada semua warga, dimulai dari usia dini di sekolah, terutama di seluruh wilayah yang berada pada peta gempa dan tsunami, bagaimana tatacara menghadapi gempa sera tsunami.
Hal tak kalah penting, menurut pihak BNPB, agar rakyat diingatkan untuk membuat konstruksi bangunan-bangunan apa pun, termasuk rumah kediaman, yang tahan gempa, terutama bermagnitudo di atas tujuh. “Harus ada edukasi terus menerus,” ujar Kepala BNPB, Willem Rampangiley, via ‘KompasTV’ sebelumnya.
Sementara itu, mengenai petalatan berat untuk mengevakuasi korban di bawah teruntuhan, pihak Basarnas sebelumnya sudah menyatakan, diharapkan Minggu (30/9/18) besok bisa ada solusi bersama BNPB, Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD), Pemprov Sulteng, Pemkot Palu serta Tim Zeni TNI yang telah diterjunkan sore ini di Palu.
Hingga kini pihak BNPB, seperti dikemukakan Sutopo Purwo Nugroho (Kepala Pusat Data dan Informasi) mencatat angka sementara korban akibat gempa berskala richter 7,4 plus tsunami di Donggala-Palu dan sekitarnya mencapai 420 (bertambah dari catatan sebelumnya 384) jiwa meninggal, korban luka berat 540 (dari data sore tadi 514) orang, hilang 29 jiwa, 16.732 orang mengungsi di 24 titik. Ini masih bisa berubah, karena ada kendala komunikasi (rusaknya banyak menara BTS sejumlah ‘provider’ telefon seluler), mengakibatkan hubungan telefon putus, apalagi listrik PLN mayoritas mati. Minggu (30/9/18) besok diharapkan sudah ada komunikasi lebih baik, sehingga data dapat terbarukan.
Sulitnya komunikasi dan transportasi (terutama udara serta darat), mengakibatkan pula pengiriman bantuan logistik, kesehatan dan lain lain, dikirim melaui laut. Apalagi Bandara ‘Mutiara’ Palu masih dinyatakan tertutup untuk penerbangan komersial.
Kini ada kapal mengangkut bantuan pangan, logistik, kesehatan dan lain lain dari Sulut. Kapalnya sudah bertolak tadi sore dari Dermaga Pelabuhan Amurang, Minahasa Selatan (Minsel), Sulut, dan akan berlayar melalui Teluk Tomini, menuju Pelabuhan Pantoloan, Donggala.
Namun, TNI-AU sore tadi juga telah menerbangkan Pesawat Angkut Hercules, membawa 100 anggota Pasukan Korps Marinir plus satu unit mobil ambulans dan peralatan tanggap darurat serta logistik dari Pangkalan TNI-AL Sidoarjo, Jawa Timur. (B-jr — dari berbagai sumber terkini)