BENDERRAnews, 6/3/18 (Jakarta): Menghadapi globalisasi, perubahan teknologi yang makin canggih dan era industri maju, terutama pada revolusi industri 4.0, para penyelenggara Negara serta pegawai Pemerintah bakal mendapatkan pelatihan khusus revolusi mental.
Terkait itu, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima ‘Antara’, Sabtu (3/3/18) akhir pekan lalu, telah berlangsung rapat koordinasi persiapan ‘workshop’ Persiapan Diklat Revolusi Mental untuk Implementasi Revolusi Industri 4.0 di Indonesia, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (2.3.18), dipimpin langsung Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan bersama Menko Perekonomian, Darmin Nasution.
“Sekarang adalah bagaimana mengubah ‘mind-set’ (pola pikir) kita dengan revolusi 4.0 ini, bagaimana ‘team work’ kita dalam bekerja,” kata Luhut Binsar Panjaitan.
Dikatakan, pada awalnya, cukup 1000 peserta. “Intinya kami ingin masif. Ini ada 34 kementerian dan lembaga. Kami tinggal perkaya sedikit. Presiden Jokowi mau ada dari semua eselon, menteri-menteri juga ikut,” ujarnya.
Profesional dan Aktivis
Disebutkan, pelatihan ini tak hanya fokus kepada pegawai Pemerintah eselon I, II, III dan IV, tetapi juga ke dunia usaha atau swasta, bahkan ke lingkup ‘non government organization’ (NGO atau LSM, Red) serta kalangan aktivis.
Karena, menurutnya, keterlibatan semua pihak dapat mendorong satu kesamaan pola pikir sekaligus pola tindak di lapangan, guna menghadapi digitialisasi industri masa kini.
“Jadi, bagaimana kita menyikapi dinamika teknologi dan revolusi industri 4.0 yang begitu cepat, termasuk bagaimana membuat manajemen yang rapih dan apik serta menyusun ‘team work’ dalam mengimpelemtasikan. Sebab kalau teknologinya kita tidak paham, maka larinya bisa ke mana-mana,” katanya lagi.
Darmin Nasution juga mengingatkan pentingnya persiapan yang baik menghadapi serta mengimplementasikan hal-hal baru tersebut.
Dia mengaku khawatir banyak pihak yang belum siap, terlebih jika hanya mengandalkan teori tanpa praktik.
“Kita semua tidak lagi berpikir dengan ‘mind set’ seperti sekarang, dan bertindak dengan gaya lama. Nah bagaimana caranya kalau hanya menggunakan teori? Inilah kita perlu pelatihan,” ujarnya.
Program ini nantinya antara lain mengadaptasi yang telah pernah dilakukan di Kementerian Tenaga Kerja. Dan dalam implementasinya akan juga melibatkan para pakar dari berbagai kalangan, dalam maupun luar negeri. Termasuk pembimbing berkualitas internasional dari Tsinghua University, Tiongkok, Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat serta Temasek (Singapura). Demikian ‘Antara’ memberitakan. (B-AN/jr)