BENDERRAnews, 30/1/18 (Jakarta): Ada ‘warning’ dari konsultan properti internasional, Cushman & Wakefield.
Diingatkan, pasokan unit apartemen di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) terus bertambah meski pertumbuhan harga relatif stagnan.
Disebutkan, sebanyak 18 proyek kondominium atau apartemen di kawasan tersebut diselesaikan selama kuartal-IV tahun 2017, membawa 13.484 unit baru ke pasar, atau peningkatan 6,2 persen dibandingkan total pasokan pada kuartal sebelumnya.
Namun, dilaporkan pula, terdapat peluncuran proyek baru yang ditunda karena pihak pengembang ingin melakukannya baru pada tahun 2018 ini.
Sedangkan tingkat permintaan untuk proyek yang terbangun dinilai terus mengalami penurunan, dengan tingkat penjualan rata-rata hanya sebesar 58,4 persen.
Serupa dengan stagnannya pertumbuhan harga apartemen, untuk kawasan perkantoran dinyatakan tingkat penyewaan akan terus tertekan karena diperkirakan tingkat keterisian akan menurun dibandingkan tahun 2017, meski biaya perawatan diperkirakan bakal meningkat kuartal IV-2018.
Sebelumnya, konsultan properti Colliers International menyoroti kelebihan pasokan dalam perkantoran dan apartemen di kawasan DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya yang dinilai dapat mengakibatkan dinamika pada sektor properti pada tahun 2018.
“Situasi kelebihan pasokan di perkantoran dan residensial bertingkat terus menempatkan tekanan terhadap penyewaan dan tingkat harga sepanjang 2018,” kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, dalam keterangan persnya, Minggu (28/1/18) lalu.
Ferry mengungkapkan, sektor perkantoran diprediksi akan banyak dipenuhi aktivitas dan relokasi yang dilakukan pelaku usaha semacam bidang e-commerce
Selain itu, ujarnya, dalam sektor residensial, ke depannya apartemen atau perumahan menengah ke bawah akan tetap mendominasi keseluruhan penjualan sektor ini.
Sementara untuk perhotelan, ia berpendapat bahwa meski tahun 2017 tidak menunjukkan kinerja yang hebat, tetapi pada 2018 diperkirakan akan lebih bergairah dengan adanya penyelenggaraan ajang seperti Asian Games dan tahun politik menjelang Pemilu 2019. Demikian ‘Antara’.
Pembuktian Lippo
Berdasarkan laporan terbaru Bank Indonesia mengenai Survei Harga Properti Residensial yang dirilis pada 13 November 2017, perlambatan bisnis properti diperkirakan masih berlanjut sampai awal tahun 2018.
‘KompasProperti’ pada Senin (20/11/17) juga mewartakan, laporan itu dibuat berdasarkan survei terhadap responden, yaitu pengembang properti, yang beroperasi di area Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Banten, serta 15 kantor perwakilan dalam negeri Bank Indonesia.
Kebanyakan dari responden berpendapat, penyebab utamanya yaitu tingginya suku bunga KPR, uang muka rumah, pajak, lamanya perizinan, serta kenaikan harga bahan bangunan.
Ada satu lagi penyebab yang bakal memberatkan bisnis properti pada tahun mendatang, yaitu pemilihan kepala daerah pada 2018 dan pemilihan presiden pada 2019.
Meski demikian, perlambatan bisnis properti itu tidak membuat para pengembang putus asa. Mereka terus gencar memasarkan produknya sesuai target dan segmen pasar masing-masing.
Salah satu contohnya yaitu Lippo Group yang melakukan pemasaran secara masif untuk menjual proyek apartemen dan kota mandiri Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Sesuai penjelasan dari Presiden Meikarta, Ketut Budi Wijaya, Bank Indonesia mengeluarkan regulasi pembelian rumah pada akhir 2013. Sejak saat itu, jumlah penjualan menurun. Kondisi yang sama berlanjut saat penyelenggaraan pemilu 2014. Kemudian, sekitar Juni 2016 – Maret 2017, Pemerintah RI memberlakukan kebijakan tax amnesty.
Rangkaian peristiwa itulah yang membuat Lippo Group tidak mau lama-lama larut dalam kondisi yang sama. Mereka ingin melakukan suatu hal yang baru di luar dari kebiasaan para pengembang properti pada umumnya.
Promosi gencar pun dilakukan di sejumlah media massa, baik melalui media cetak, online, maupun televisi, hampir setiap hari. Pemasangan iklan dan baliho sering dijumpai di mana-mana, di berbagai sudut jalan, serta di gedung pusat perbelanjaan dan perkantoran.
“Kami memakai teknik extraordinary marketing. Sebab, untuk membangkitkan pasar itu harus ada extra effort,” ucap Ketut Budi Wijaya, dalam suatu perbincangan di kantornya, Jumat (15/9/17).
Ketut mengatakan, publikasi gencar tentang Meikarta malah jadi benchmark bagi pengembang lain. Lippo Group ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa ternyata pasar properti di Indonesia masih kondusif.
Gayung bersambut, masyarakat menyambut gembira penjualan apartemen Meikarta. Hal itu bisa diketahui dari informasi yang didapat bahwa sampai saat ini jumlah pemesanan calon pembeli sudah sekitar 130.000 unit apartemen.
“Hingga saat ini pesanan lebih kurang 130.000 unit. Setiap hari kira-kira 1.000 unit yang dipesan,” ujar Ketut.
Dengan kondisi demikian, Lippo Group merasa yakin, Meikarta akan menjadi hunian apartemen yang cocok dengan keinginan dan gaya hidup masyarakat modern. Situasi ini pun menjadi bukti bahwa “manisnya gula-gula” dalam penjualan apartemen masih layak dinikmati oleh para pelaku di industri properti. (B-AN/KP/jr)