BENDERRAnews, 23/9/17 (New York): Terorisme tumbuh di negara-negara gagal, karena mereka merasa tidak punya harapan dan banyaknya pengangguran.
“Terorisme dan radikalisme datang dari negara-negara gagal, karena mereka merasa tidak ada harapan. Begitu mudah dijanjikan masuk surga, mereka dengan senang hati melakukannya,” demikian Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, saat memberikan kuliah umum di Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat (AS), Jumat (22/9/17) waktu setempat.
Wapres menjelaskan, negara-negara gagal tersebut antara lain terjadi karena serbuan Amerika Serikat (AS), seperti yang terjadi di Irak, Suriah, Lebanon dan Afganistan.
Munculnya ISIS, menurut Wapres, juga berasal dari negara-negara gagal tersebut.
Wapres juga menjelaskan saat ini di Indonesia telah dilakukan program de-radikalisasi terhadap lebih dadi 10.000 mantan teroris yang dipenjara di 72 penjara di seluruh Indonesia.
“Tidak ada negara yang seperti Indonesia, dengan jumlah penduduk nomor empat di dunia dengan berbagai etnis, suku dan budaya serta tersebar dalam berbagai pulau, tetapi saling menghormati ” demikian Wapres M Jusuf Kalla seperti diberitakan ‘Antara’.
Tentang kebhinekaan
Wakil Presiden M Jusuf Kalla (JK) memberikan kuliah umum selain mengenai materi radikalisme, juga kebhinekaan di Indonesia.
Wapres JK menjelaskan hal itu terjadi karena di Indonesia sejak dahulu hidup dalam harmoni. “Kami memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, meski berbeda-beda, tapi tetap satu,” kata Wapres, seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Wapres menjelaskan perbedaan agama tidak menjadi masalah. Jika ada beberapa konflik di Indonesia, persoalannya bukan karena agama, tetapi kesenjangan atau demokrasi dan politik.
Sebagai contoh, menurut JK, kasus di Poso dan Ambon terjadi justru karena demokrasi. Sebelumnya, pemimpin di wilayah tersebut harmoni. Jika kepala daerahnya muslim, maka wakilnya non-muslim, dan sebaliknya.
“Namun, tiba-tiba setelah demokrasi, maka pemenang mengambil semua. Pasangan kepala daerah bisa tidak menghiraukan harmoni tersebut, yang mayoritas mengambil semuanya,” kata Wapres Jusuf Kalla. (B-AN/jr)