BENDERRAnews, 10/9/17 (Jakarta): Kemacetan yang nyaris tiada solusi terus terjadi di pusat-pusat aktivitas Kota Jakarta. Karena itu, kini regulator dan operator serta publik perlu menyepakati adanya upaya lebih signifikan untuk mengatasinya.
Di antaranya, pentingnya pembangunan transportasi massal yang dilakukan Pemerintah itu benar-benar terkoneksi seutuhnya. Juga, jika perlu, mesti adau pembatasan atas pemilikan kendaraan sekaligus pengenaan tarif tinggi bagi mobil pribadi.
Demikian simulan diskusi di lingkup Institut Studi Nusantara (ISN) dan juga pendapat pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio.
“Pengembangan infrastruktur transportasi, plus penyediaan sarana prasarana transportasi massal, sesungguhnya perlu didukung oleh kebijakan tegas dalam kepemilikan mobil pribadi, juga pengenaan pajak atau tarif tinggi terhadapnya. Itu juga sudah terjadi di beberapa negara, termasuk negara tetangga kita, seperti Singapura yang mengenakan pajak semakin tinggi terhadap mobil yang melewati usia teknis, apalagi usia ekonomis,” demikian simpulan umum ISN, sebuah lembaga kajian di Jakarta, baru-baru ini.
Harus terkoneksi
Sementara itu, Agus Pambagio, menilai, pembangunan transportasi massal yang dilakukan pemerintah terus berproses. Jika nanti telah rampung, transportasi massal juga harus terkoneksi tidak hanya sekadar rampung.
Meskipun ada keterlambatan, menurut Agus, hal tersebut tidak menjadi suatu persoalan yang harus diperdebatkan. Hal terpenting adalah sistem transportasi massal ini dapat selesai dan terkoneksi.
“Ya beberapa waku lalu kan ada kendala masalah tanah di Jalan Fatmawati untuk MRT. Kalau untuk LRT sempa terkendala biaya dan sekarang sudah jalan kembali. Mungkin MRT baru bisa rampung 2019 ya tidak apa apa yang penting dibangun,” kata Agus di Jakarta, Sabtu (9/9/17) seperti dilansir ‘Suara Pembaruan’ dan dicuplik ‘BeritaSatu.com’.
Lebih lanjut, Agus mengatakan, MRT dan LRT tidaklah hanya harus selesai, tapi juga harus saling terkoneksi dengan transportasi massal lainnya.
“Karena, jika tidak terkoneksi maka akan percuma dan tak mampu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,” jelasnya.
Kurangi kemacetan
Baik para peserta diskusi ISN, juga Agus Pambagio, secara terpisah setuju, transportasi massal, dapat dipastikan akan mengurangi kemacetan. Namun hal tersebut juga harus didukung oleh pembatasan pemilikan kendaraan dan juga penerapan tarif yang tinggi bagi kendaraan pribadi setiap jamnya.
“Kalau tarif parkirnya tinggi tentu orang akan berpikir ulang untuk setiap hari memakai kendaraan pribadi. Mereka akan beralih menggunakan transportasi umum,” kata Agus.
Sedangkan untuk soal tiket, lanjut Agus, harus diberlakukan satu tiket saja yang terkoneksi ke semua moda transportasi massal. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan tak membuat bingung para pengguna transportasi massal.
“Transportasi massal modern itu tiketnya satu. Perihal bagaimana sistem pembagian dan pengelolaannya itu bisa diatur,” ujar Agus.
ISN sebagaimana dikompilasi Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’, juga Agus Pambagio sama-sama menunjuk pengelolaan transportasi massal di kota kota besar lain di dunia, kata Agus, sudah sangat baik. Tidak hanya beberapa tapi mayoritas sudah baik.
“Kita ini sudah ketinggalan 30 tahun. Anda bayangkan saja sendiri seperti apa tertinggal selama 30 tahun. Oleh karena itu, semua transportasi massal harus dapat selesai dan juga terkoneksi agar kita tidak tertinggal lagi,” demikian Agus Pambagio. (B-SP/BS/jr)