BENDERRAnews, 4/9/17 (Jakarta): Selang bulan Agustus 2017, terjadi penurunan harga-harga komoditas.
Itu sebabnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada Agustus 2017 terjadi deflasi sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,91. Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender berjalan (Januari–Agustus) 2017 sebesar 2,53 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2017 terhadap Agustus 2016) sebesar 3,82 persen.
“Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran,” tulis keterangan resmi BPS yang dipublikasikan, Senin (4/9/17).
Kelompok pengeluaran yang dimaksud adalah bahan makanan sebesar 0,67 persen. Selain itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 0,60 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,10 persen; kelompok sandang sebesar 0,32 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,89 persen.
Dari 82 kota IHK, 47 kota mengalami deflasi dan 35 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,08 persen dengan IHK sebesar 128,03 dan terendah terjadi di Samarinda sebesar 0,03 persen dengan IHK 133,21.
Sementara inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 1,09 persen dengan IHK sebesar 125,68 dan terendah terjadi di Batam sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 129,50.
BPS juga mencatat, komponen inti pada Agustus 2017 mengalami inflasi sebesar 0,28 persen. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Agustus) 2017 mengalami inflasi sebesar 2,15 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Agustus 2017 terhadap Agustus 2016) sebesar 2,98 persen. Demikian ‘BeritaSatu.com’.
Cukup bahagia
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, indeks kebahagiaan orang di Indonesia pada 2017 mencapai 70,69 dari skala 0-100, yang menunjukkan bahwa orang di negeri ini cukup bahagia.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penghitungan Indeks Kebahagiaan Indonesia tersebut berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) dengan menggunakan cakupan dimensi kepuasan hidup, dimensi perasaan dan dimensi makna hidup.
“Mendekati 100 itu semakin bahagia, kita cukup bahagia,” kata Suhariyanto, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (15/8/17) lalu seperti diberitakan ‘Antara’.
Kontribusi dimensi kepuasan hidup terhadap indeks kebahagiaan Indonesia sebesar 34,80 persen, perasaan 31,18 persen dan makna hidup sebesar 34,02 persen.
Pelaksanaan SPTK 2017 mencakup 72.317 rumah tanggal sampel yang tersebar di 34 provinsi, 487 kabupaten kota di Indonesia.
Indikator penyusun indeks kebahagiaan Indonesia 2017 yang tertinggi adalah keharmonisan keluarga mencapai 80,05, yang merupakan subdimensi kepuasan hidup sosial. Sementara yang terendah adalah indikator pendidikan dan keterampilan sebesar 59,90 dan merupakan subdimensi kepuasan hidup personal.
Tiga provinsi terbahagia
Masih terdapat beberapa indikator lain yang memiliki indeks di bawah 70, yaitu pekerjaan, usaha, kegiatan utama, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan fasilitas rumah, perasaan tidak khawatir, perasaan tidak tertekan serta pengembangan diri.
Jika dilihat dari jenis kelamin, indeks kebahagiaan penduduk laki-laki sebesar 71,12 yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan yang sebesar 70,30.
Sementara dari status perkawinan, indeks kebahagiaan penduduk yang belum menikah cenderung lebih tinggi yakni 71,53, diikuti penduduk menikah 71,09, cerai hidup 67,83 dan cerai mati 68,37. Indeks kebahagiaan penduduk cenderung mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya umur.
Pada kategori provinsi, terdapat 24 provinsi dari 34 provinsi yang memiliki nilai indeks di atas angka nasional. Tiga provinsi dengan nilai indeks tertinggi ialah Maluku Utara 75,68, diikuti Maluku 73,77 dan Sulawesi Utara 73,69.
Sementara yang terendah ialah Papua 67,52, Sumatera Utara 68,41 dan Nusa Tenggara Timur 68,98. (B-BS/AN/jr)