BENDERRAnews, 14/6/17 (Jakarta): Di tengah melambannya laju perekonomian global dan nasional, termasuk di sektor properti, Lippo Group membuat gebrakan membangun sebuah kota dengan infrastruktur modern kelas dunia bernama ‘Meikarta’, di koridor Timur Jakarta.
Jelas, ada yang bertanya, bahkan sinis. Tetapi, lebih banyak lagi yang percaya serta yakin akan kehebatan Lippo Group dalam urusan properti.
Sebagaimana pernilaian Director Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus, “rencana Lippo Group membangun kota mandiri berskala internasional bernama Meikarta ini, realistis”.
“Pada dasarnya mereka punya kapasitas. Kalau sekarang mau bikin kota baru, saya pikir Lippo bisa,” kata Anton, belum lama berselang.
Sebagaimana diberitakan berbagai media, Lippo Group telah me-‘launching’ pembangunan Kota Meikarta bernilai investasi total Rp278 triliun, yang memiliki aneka fasilitas. Baik itu fasilitas umum (Fasum) termasuk tempat peribadatan berupa masjid dan lain-lain, fasilitas sosial (Fasos) seperti rumahsakit, fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan (TK hingga Perguruan Tinggi) dan seterusnya.
Pembangunan kota baru yang bakal dipenuhi fasilitas infrastruktur terlengkap dan modern kaliber dunia ini, mendapat atensi khalayak, terbukti lebih 1600 peminat langsung menyatakan membeli pada penawaran perdana.
“Kami sudah melakukan koordinasi dengan otoritas terkait, baik itu Pemprov Jawa Barat melalui pak Deddy Mizwar (Wagub Jabar), juga Bupati Bekasi,” kata Presiden Lippo Group, Theo L Sambuaga.
Diperkirakan, mega proyek di koridor timur Jakarta atau merupakan bagian inti dari pengembangan kota metropolitan sesuai rencana induk Provinsi Jawa Barat ini, bakal menyerap tenaga kerja sekitar 100.000 orang. “Tentunya kami akan utamakan tenaga-tenaga lokal di sekitar lokasi proyek, sehingga ‘multiplier effect’-nya langsung terasa di daerah Jawa Barat,” katanya lagi.
Punya pengalaman
Lippo Group memang sudah teruji dan punya ‘track record’ mumpuni di bidang properti.
Anton Sitorus pun menambahkan, Lippo Group memang mampu membangun kota baru di kawasan Cikarang itu karena sudah pernah menjadi pengembang pertama yang mendirikan kota mandiri lengkap dari sisi perumahan, komersial, dan industri. Contohnya Lippo Karawaci dan Lippo Cikarang.
Meski begitu, Anton melihat kesuksesan pembangunan itu sendiri akan tergantung pada perencanaan dan strategi yang digunakan.
Dikatakannya, salah satu faktor yang mempengaruhi, ialah, pengadaan perumahan terjangkau untuk masyarakat kelas menengah ke bawah.
Menengah kebawah
Anton melihat pengadaan rumah terjangkau masih sangat jarang. Padahal, kebutuhan masyarakat akan perumahan di kawasan Jabodetabek masih banyak, meski pasar properti secara umum sedang melemah.
Masalahnya, kata Anton, sebagian orang yang membutuhkan rumah tidak mampu membelinya. “Mereka ada uangnya, tetapi tidak mampu menjangkau uang DP dan cicilan karena harga rumahnya tinggi,” kata Anton, seperti dilansir ‘Tempo.co’.
Lippo sendiri berencana membangun 250 ribu perumahan yang dapat menampung lebih dari satu juta komunitas perkotaan. Harga produk properti di sekitar koridor Bekasi-Cikarang mencapai Rp18-20 juta meter persegi.
Perusahaan akan menawarkan produknya dengan harga di bawah Rp12,5 juta per meter, serta kredit kepemilikan rumah atau apartemen selama 20-25 tahun dengan suku bunga 8,25 persen.
Selain itu, Lippo juga menawarkan ‘booking fee’ Rp 2 juta dan uang muka 10 persen dari total harga produk properti di Meikarta.
Anton menilai, penawaran untuk menjangkau kalangan menengah bawah itu bagus. “Asal harga sesuai. Bukan hanya bilang target menengah ke bawah lalu harganya tak terjangkau. Kalau benar ya kita senang dong,” demikian Anton Sitorus. (B-TD/jr)