BENDERRA, 22/5/17 (Jakarta): Terus saja mengalir dan sepertinya tak pernah berhenti. Itulah kiprah Tahir Foundation yang kali ini menghibahkan dana Rp100 miliar kepada Kementerian Sosial untuk membangun gedung pusat penelitian dan pelayanan anak jalanan.
Rencananya pusat rehabilitasi sosial anak jalanan ini akan dibangun di Jakarta, Surabaya dan Medan.
Pada tahap awal pembangunan gedung pusat penelitian dan pelayanan anak jalanan ini dibangun di Jakarta. Nantinya pusat penelitian dan pelayanan anak jalanan tersebut diperuntukkan sebagai pusat rehabilitasi sosial anak jalanan dan aktivitas pengembangan potensi anak lainnya.
Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dukungan Tahir Foundation ini menjadi maksimalisasi upaya dari target di akhir 2017 bebas anak jalanan. Disebutnya tidak ada dukungan APBN untuk program itu.
“Ini mimpi saya sejak tahun 1998 setelah berkunjung dua kali ke ‘children research center’ di Beijing dimana anak-anak jalanan tinggal di sana, sekolah dan beraktivitas di sana,” katanya usia penandatanganan MoU antara Kemsos dan Tahir Foundation di Jakarta, Jumat (19/5/17) pekan lalu.
Di dalam pusat penelitian dan pelayanan anak ini nantinya diperuntukan bagi anak jalanan yang tidak terindentifikasi keluarga. Di dalam pusat itu, anak-anak dilatih untuk melakukan pekerjaan ramah anak seperti membuat kerajinan agar tetap mendapatkan uang. Sebab di jalanan, mereka terbiasa mendapatkan uang. Anak-anak jalanan juga dibekali tata krama dan tertib sosial.
Ide Mensos ini kemudian dikomunikasikan dengan filantropi yang memiliki komitmen membangun itu. Akhirnya Tahir Foundation menyambut baik ide Mensos tersebut.
“Kemsos punya lahan dekat Pondok Indah dan di sana akan dibangun layaknya children research center di Beijing,” ujarnya, sepebagaimana diberitakan ‘Suara Pembaruan’.
Selain mempunyai fungsi pendidikan, pusat ini akan dilengkapi dengan pelatihan ketrampilan (vokasi), ‘workshop’ dan fasilitas olahraga serta kebun untuk bercocok tanam bagi anak jalanan yang ditampung di pusat pelatihan tersebut.
Diharapkan anak jalan yang memiliki bakat dan minat dapat dilatih untuk mampu memiliki keterampilan khusus dan keahlian tertentu, sehingga nantinya mampu mandiri bila masuk dunia kerja.
Mengenai pemilihan Jakarta, Surabaya dan Medan yang akan menjadi lokasi dibangunnya pusat penelitian dan pelayanan ini, Mensos mengungkapkan jumlah anak jalanan di kota itu signifikan dan posisi hilang dan munculnya kembali anak jalanan setelah disisir tinggi.
Bagian kehidupan
Pendiri Tahir Foundation Dato Sri Prof Dr Tahir MBA mengaku tidak bisa menutup mata ketika di jalan kerap kali ditemukan anak jalanan.
Dikatakan, ini menjadi bagian dari kehidupan dan sesuatu yang perlu ditangani.
Di pusat penelitian dan pelayanan bagi anak jalanan nantinya, anak jalanan dilatih untuk menghasilkan sesuatu barang kerajinan misalnya. Nantinya lanjut Tahir, barang-barang itu dibantu untuk dipasarkan.
Langkah filantropi yang ia lakukan diharapkan juga dapat menjadi model bagi pengusaha lain untuk membantu menyelesaikan persoalan sosial di negeri ini.
“Kemiskinan adalah suatu hal yang tidak mengenakkan. Perlu ditangani serius. Penanganannya tidak hanya dengan logika tetapi juga dengan hati nurani,” katanya lagi.
Sementara itu dengan adanya tekad untuk mengentaskan anak jalanan, Tahir Foundation berkomitmen untuk membantu Kemsos.
Ia mengungkapkan, merupakan hal mulia bisa meringankan beban anak jalanan dan mengentaskan kemiskinan.
“Dengan hati yang tulus saya yakin, Allah akan memberkati kebaikan ini,” ujarnya.
Berdasarkan data Kemsos pada tahun 2015, jumlah anak jalanan di Indonesia tercatat sebanyak 33.400 jiwa yang tersebar di 16 provinsi. Sedangkan anak jalanan yang mendapatkan layanan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) hingga tahun 2016, baru mencapai 6.000 jiwa.
Dengan jumlah anak jalanan yang tertinggi, tercatat berada di DKI Jakarta dengan jumlah sebanyak 7.600 anak. Disusul Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 5.000 anak, baru kemudian Jawa Timur dengan populasi sekitar 2.000 anak. (B-SP/BS/jr)