BENDERRAnews.com, 31/3/22 (Bandung): Mendukung semangat melawan tiga dosa besar dalam pendidikan sebagaimana disampaikan Mendikbudristek, Nadiem Makarim, yaitu intoleransi, bullying, dan kekerasan seksual, Peace Generation menginisiasi program ‘Breaking Down the Wall’ (BDW) untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah serta meresponi profil pelajar pancasila.
Sony Karundeng, salah satu aktivis Peace Generation dalam keterangan tertulisnya baru-baru ini, menjelaskan, ‘Breaking Down the Wall’ (BDW) merupakan sebuah ‘platform’ menghubungkan sekolah berbasis keagamaan Islam dan Kristen. Baik sekolah swasta maupun negeri dengan menerapkan pendidikan welas asih.
Dikatakan, melalui kegiatan ini, 48 siswa dari SMP Kristen ‘Yahya’ Bandung, ‘Peacesantren Welas Asih’ Garut, dan SMPN 17 Bandung mengikuti pelatihan “12 Nilai Dasar Perdamaian” (NDP) secara daring dan Luring.
Tujuannya, agar generasi muda memiliki ‘skill’ abad 21, seperti mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif untuk melawan intoleransi serta menyemai keberagaman di lingkungan sekolah sekaligus mewujudkan profil pelajar pancasila.
Setelah belajar 12 NDP, 48 siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk berkolaborasi membuat peace project yang akan disebarkan di media sosial. Mereka bekerja sama secara daring, lalu mempresentasikan hasilnya secara luring di kegiatan BDW Day. Beberapa hasil peace project dari kelompok seperti: membuat komik yang menyampaikan pesan-pesan perdamaian, poster, podcast, kampanye lewat media tiktok dan lewat media sosial lainnya seperti Instagram.
Para siswa senang
Selama mengerjakan proyek bersama, para siswa dari sekolah lain dengan latar belakang kepercayaan berbeda, terkesan bergembira dengan kegiatan ini.
Salah satu iswa bernama Indah, perwakilan dari kelompok enam sekaligus dari SMP Kristen ‘Yahya’ menyatakan, mereka senang bisa bekerja sama dengan teman yang berbeda.
“Setelah belajar 12 NDP, saya bisa lebih memahami, menghargai, dan menghormati teman-teman yang berbeda dari saya. Saya senang bisa berkenalan dengan mereka. Juga senang bisa mengikuti kegiatan ini,” tutur Indah.
Hal senada disampaikan juga oleh Sheila, siswa dari ‘Peacesantren Welas Asih’ Garut. Disebutnya, setelah belajar 12 NDP, ia mendapat pengalaman berharga. Utamanya setelah belajar nilai ketujuh, yaitu “Kalau ‘gentleman gak usah ‘nge-gank’.
Sheila menyadari kalau pergaulan itu dampaknya ada yang negatif dan positif. Selama menjadi anggota ‘genk’, Sheila merasa tidak menjadi dirinya sendiri.
“Dulu, Sheila pernah ‘nge-gank’, tapi Sheila gak bisa menjadi diri sendiri karena pergaulan yang ‘toxic’. Setelah belajar nilai ketujuh, Sheila jadi tau ternyata pergaulan itu punya dampak yang besar. Kalaupun mau ‘nge-gank’ juga harus lihat dulu apa yang dilakukan ‘genk’ tersebut, apakah merugikan diri sendiri dan orang lain atau tidak”, ujar Sheila.
Mengenalkan perbedaan
Rangkaian kegiatan ‘BDW Day’ ini, menjadi salah satu wadah untuk mengenalkan perbedaan sedini mungkin, sebagaimana yang disampaikan Miftahul Huda, Koordinator Program BDW dari Peace Generation.
“Rangkaian kegiatan BDW, mulai dari ‘training’ guru dan siswa yang ditutup dengan perayaan ‘BDW Day’ dimaksudkan agar siswa bisa bersahabat dengan yang berbeda sedini mungkin, sehingga hubungan satu sama lain menjadi kuat, terutama untuk merespons bullying dan intoleransi yang terjadi di sekolah. BDW ini hadir untuk menjadi platform siswa menjadi agen perdamaian,” demikian Miftahul Huda. (B-sk/jr)