BENDERRAnews, 5/6/19 (Washington): Menghadapi situasi pelik di Laut Tiongkok Selatan, Pemerintahan Trump telah bergerak maju dengan penjualan pesawat nirawak pengintai ke empat negara.
Ke-empat negara sekutu itu ada di wilayah Laut Tiongkok Selatan.
Seperti dilaporkan Reuters, Selasa (4/6/19), Indonesia membeli delapan unit ScanEagle.
Penjabat Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan mengatakan, Washington tidak akan lagi “berjingkat-jingkat” seputar perilaku Tiongkok di Asia.
Berkemampuan lebih besar
Pesawat nirawak pengintai ScanEagle, akan memberikan kemampuan pengumpulan intelijen yang lebih besar yang berpotensi membatasi aktivitas Tiongkok di wilayah tersebut.
Shanahan tidak secara langsung menyebut Tiongkok ketika menuduh “para aktor” membuat kestabilan kawasan dalam pidatonya di Dialog Shangri-La tahunan di Singapura pada Sabtu.
Tetapi Shanahan kemudian mengatakan,Amerika Serikat tidak akan mengabaikan perilaku Tiongkok.
Pada Jumat (31/5/19), Pentagon mengumumkan, mereka akan menjual 34 pesawat nirawak ScanEagle, yang dibuat oleh Boeing Co kepada pemerintah Malaysia, Indonesia, Filipina dan Vietnam dengan total US$ 47 juta (Rp670,7 miliar).
Indonesia beli delapan
Pentagon menyatakan penjualan ScanEagle, termasuk suku cadang dan perbaikan, peralatan pendukung, peralatan, pelatihan dan layanan teknis dan pekerjaan pada peralatan itu diharapkan akan selesai pada Maret 2022.
Sebanyak 12 pesawat tak berawak dan peralatan akan dijual ke Malaysia dengan harga sekitar US$19 juta (Rp271 miliar).
Sementara itu, Indonesia akan membeli delapan unit. Begitu pula Filipina. Sedangkan Vietnam mendapat enam unit.