BENDERRAnews, 27/3/19 (Jakarta): Menyimak konten pikirannya, James Riady memang tidak melakukan pengembangan kawasan hunian asal jadi, atau cuma karena mengejar profit. Juga tak sekedar hijau, asri, sebuah label yang kini sering jadi branding.
‘Penjelajahan’-nya di seanteru buana mendorong dirinya selalu berpikir serta bertindak berbasis pada upaya membangun kawasan dengan ‘green environment’ yang holistik.
Simaklah apa kata dia pada tulisan sebelumnya mengenai dunia properti. Itu makin dipertegasnya pada tulisan edisi saat ini, yang masih mengacu pada artikel berjudul: “James Riady : Prospek Properti Indonesia Sangat Cerah (2)”, sebagaimana dilansir Kompas.com, 11 Februari 2010.
James berpandangan, yang perlu kita pahami, ialah, pikiran dunia saat ini. Yakni, yang dibicarakan mengenai banyak isu di seputar lingkungan hidup. Dari masalah mengenai green environment, eco-environment, juga mengenai infrastruktur, lalu acceptable standard of living yang akan datang, kira-kira itu seperti apa.
Tapi bagi James, kuncinya dari semua ini ialah sustainability. Ya, kuncinya sustainability. Untuk dilakukan agar semua green, bisa. Tapi apakah sustainable? Semuanya “eco-property”? Apa bisa?
“Bisa, tapi apakah sustainable?“, tanya James lagi.
Jadi, menurutnya, mencari suatu balance. “Antara satu cita-cita kehidupan yang layak, yang baik, dengan suatu hal yang bisa berkelanjutan, yang sustainable, yang menjadi kuncinya. Ini yang menjadi perdebatan yang sekarang berjalan di dunia. Mencari titik sustainability.”
Ok, Pak James, industri properti di Indonesia saat ini makin berkembang. Bagaimana posisi Indonesia di tengah persaingan properti global?
Dalam hal ini, semua terkait dengan pengembangan makro ekonomi. Indonesia pada saat ini memiliki perkembangan yang cukup bagus. Kita melihat bahwa dunia saat ini, dunia ekonomi yang sudah matang seperti Amerika, Eropa, Jepang, mereka menghadapi suatu masalah yang sangat besar, yaitu membayar utang daripada kesalahan-kesalahan selama 10-20 tahun yang lampau.
Karena itulah kami berpendapat, stimulus package yang sudah dijalankan selama 15 bulan ini tidak bisa dicabut, harus terus dijalankan. Berarti stimulus package di dunia yang terus dijalankan di negara berkembang, yang sudah developed countries, akan membawa dampak positif kepada negara Asia, yang tidak lagi membutuhkan stimulus package.
Nah, Indonesia menempati posisi yang terbaik. Karena Indonesia tidak mengerjakan stimulus package yang berlebihan tahun lalu. Jadi tahun ini, tahun depan, the next three years ke depan ini, Indonesia merupakan negara yang sangat diminati. Karena itulah Indonesia dengan kondisi makro seperti demikian, bisa memiliki harapan, hari depan yang sangat cerah.
Karena itulah properti di Indonesia, kami melihat akan cerah dan akan terus maju, apalagi pemerintah sudah setuju mengambil suatu political decision, keputusan politis untuk mengizinkan pihak asing masuk membeli dan untuk bisa tinggal di Indonesia. Ini semua akan memberikan suatu dampak positif.
Dunia baru saja mengalami krisis ekonomi global, dan industri properti terkena dampaknya. Bagaimana strategi pendanaan untuk proyek-proyek properti di Indonesia?
Pendanaan suatu bagian yang sangat critical dalam pengembangan properti. Indonesia memiliki tantangan yang berat karena pendanaan di Indonesia tidak cukup hanya dalam rupiah. Pendanaan rupiah sangat terbatas. Pendanaan rupiah itu jangka pendek, rata-rata 1-2 tahun, maksimum tiga tahun. Padahal properti membutuhkan suatu feasibility, jangka panjang, lebih dari 1-3 tahun.
Karena itulah rencana pemerintah untuk mempetimbangkan HGB sekaligus diberikan sampai 70 tahun atau 80 tahun, tidak lagi 20-30 tahun, terus diperpanjang, itu akan meningkatkan ‘feasibility project’ properti di Indonesia.
Selain itu, perbankan Indonesia termasuk luput dari krisis global terakhir 18 bulan. Karena itulah perbankan Indonesia lebih mampu memberikan pembiayaan sekarang sudah mulai 5-7 tahun. Jadi dengan demikian, pendanaan dalam negeri akan lebih baik lagi, satu-tiga tahun ke depan. Tetapi pendanaan yang utama tetap harus datang dari pendanaan luar negeri, pendanaan dari pasar modal, pasar perbankan global.
Nah kondisi ekonomi yang lebih baik, kondisi pemerintahan kita yang stabil, proses demokrasi yang stabil, ini akan menolong, membantu pendanaan luar negeri itu masuk ke Indonesia. *** Bersambung (B-KC/jr — foto ilustrasi istimewa)