BENDERRA, 8/1/19 (Jakarta): Megawati Soekarnoputri, berdialog dengan kaum milenial, kemarin. Putri Bung Karno itu bercerita banyak hal, termasuk yang cukup menarik bagi peserta acara itu ketika dengan sikap simpatik meminta agar Soeharto tidak dihujat.
Hal itu dikatakan politisi muda PDI-P asal Aceh yang menjadi peserta acara itu, Ramond Dony Adam.
Disebutnya, cerita Megawati sangat bermanfaat bagi generasi muda, seperti dirinya, yang memang harus banyak belajar tentang sejarah.
“Yang paling berkesan dari acara Bu Mega bercerita bahwa pada 1965, Bung Karno diturunkan dengan cara kurang baik. Itu menjadi pembelajaran juga mengapa ketika Pak Harto (Soeharto, Red) dihujat, Ibu Mega melarangnya,” kata Dony dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (8/1/19), seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Kita bangsa luhur
Pada acara itu, Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini memang menyampaikan cerita itu.
“Saya yang mengatakan jangan hujat dia (Soeharto, Red). Bayangkan, apa kalian akan begitu juga? Setiap presiden naik, kalian puja-puja, kalian angkat. Tetapi, ketika sudah tidak senang, kalian jatuhkan dan maki habis? Apakah itu bangsa kita, bangsa Indonesia? Katanya bangsa yang luhur, katanya bangsa yang beradab?” kata Megawati saat itu.
Bagi Dony, yang hadir di acara itu sebagai politikus muda PDI-P untuk daerah pemilihan Aceh 1 dengan nomor urut 2, harus diakui, ironi yang disampaikan Megawati itu benar adanya. “Apa yang disampaikan Ibu Mega itu benar. Seluruh presiden republik ini selalu menerima hujatan pada akhir masa jabatannya tanpa terkecuali,” ujarnya.
Tidak seenaknya menghujat
Untuk itu, dia mendorong agar para generasi muda melakukan refleksi. Minimal, mereka melihat ke dalam diri sendiri, bertanya apa yang sudah diperbuat untuk bangsa dan negara, sehingga tidak seenaknya menghujat para pendahulu bangsa.
Dia pun mengutip hadis Nabi Muhammad SAW, yang menyebutkan, “wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada pemimpin, Red) pada apa-apa yang ia sukai atau ia benci, kecuali bila pemimpin itu menyuruh untuk berbuat maksiat”.
“Jadi, mari kita lihat, adakah pemimpin di Indonesia ini, baik presiden sekarang maupun presiden sebelumnya, menyuruh kita berbuat maksiat? Entah, jika ada yang menyuruh berbuat bohong, saya tak mau mencampurinya. Biar urusan dia dengan Yang di Atas saja,” kata Dony.
Oleh karena itu, dia meminta para generasi muda untuk lebih pintar dalam menggunakan media sosial. Apa yang disampaikan Megawati itu, ujar dia, sangat kontekstual di tengah maraknya saling hujat di media sosial.
“Mari kita lebih pintar dalam menggunakan medsos. Pelajari dulu asal tautan berita-berita tersebut. Biasakan membaca berita melalui media terpercaya dan hindari membaca berita dari blogspot atau web yang tidak jelas namanya,” kata Ramond Dony Adam. (B-BS/jr)