BENDERRAnews, 4/12/18 (Jakarta): Nilai tukar Rupiah mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang negara lainnya sejak beberapa hari terakhir ini.
Memang ada implikasi dari pidato Gubernur The Fed (Bank Sentral AS), juga adsnya ‘genca6an senjata’ perang dagang AS vs RRT. Tapi yang pasti, faktor dominan domestik juga sangat berpengaruh, baik oleh kinerja ekspor, efisiensi impor, terlebih menurunnya angka inflasi November dibanding Oktober 2018, seperti diekspos Badan Pusat Stayistik (BPS).
Dan ini pastinya merupaksn hasil positif dari kinerja Tim Ekonomi Kabinet Pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sebagaimana diakui berbagai kalangan berkompeten, di dalam maupun luar negeri, termasuk Bsnk Dunia serta IMF.
Kini, tak cuma berhasil mengungguli dolar Amerika Serikat (AS), Rupiah juga perkasa terhadap sejumlah mata uang negara lainnya.
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Senin (3/12/18) ditutup menguat dibandingkan posisi kemarin. Penguatan rupiah di tengah mata uang Benua Kuning yang menguat.
Mengacu data Bloomberg, Rupiah sore Senin (3/12/28) kemarin pukul 16.00 WIB di pasar spot exchange ditutup sebesar Rp14.244 per dolar AS atau menguat 57,5 poin (0,40 persen) dari penutupan sebelumnya. Rupiah diperdagangkan dengan kisaran Rp14.215-Rp14.270 per dolar AS. Demikian dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Beberapa hari lalu, seperti dikutip dari data RTI, Rupiah tercatat berhasil mengungguli mata uang negara-negara besar. Tiga mata uang yang paling tertekan terhadap Rupiah di antaranya British Pound (GBP), Euro (EUR) dan US Dollar (USD).
Rupiah juga berhasil menguat terhadap sejumlah mata uang lainnya. Secara berurutan dari yang terkuat mulai dari Swiss Franc, Canadian Dollar, Australian Dollar, Singapore Dollar, Malaysian Ringgit hingga Chinese Yuan.
OJK: Normal di akhir tahun
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menjelaskan, tekanan dolar AS ke Rupiah memang sudah mereda. Ini terjadi karena normalisasi kebijakan di AS sudah mulai mereda.
“Tensi di AS sudah makin rendah, memang kalau terlalu kencang akan berimbas ke negara berkembang seperti yang sudah terjadi di Argentina, Turki hingga Venezuela,” kata Wimboh di kompleks BI, Jakarta, Jumat (23/11/18) lalu, seperti dilansir ‘Detik.com’.
Wimboh mengungkapkan hingga akhir tahun dolar AS bisa berada di kisaran Rp14.500-14.600.
“Saya kira level rupiah saat ini bisa bertahan hingga akhir tahun dan normal,” ujar Wimboh Santoso. (B-DC/BS/jr)