BENDERRAnews.com, 18/7/21 (Riyadh): Saat ini Pemerintah Arab Saudi secara resmi mengizinkan tempat usaha tetap buka selama salat lima waktu. Aturan ini menjadi sebuah reformasi dari kerajaan yang mencoba melepaskan citranya dengan aturan ketat.
Sejak menjadi pemimpin secara de facto pada 2017, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah memperkenalkan perubahan ekonomi dan sosial yang luas. Perubahan tersebut dirancang untuk mengurangi ketergantungan kerajaan pada sektor perminyakan dan mengatur ulang peran agama.
“Toko dan kegiatan komersial dan ekonomi lainnya akan tetap buka sepanjang hari kerja dan terutama selama jam (salat),” kata Federation of Saudi Chambers dalam sebuah pernyataan akhir pekan lalu.
Secara resmi, keputusan tersebut merupakan bagian dari perang melawan pandemi Covid-19 yang bertujuan menghindari kumpulan orang dan antre panjang di depan toko-toko yang tutup pada saat jam salat.
Langkah itu dinilai oleh beberapa pihak sebagai percobaan melonggarkan aturan. Namun sejak itu beberapa restoran, supermarket, dan toko lainnya tetap buka, terutama di ibu kota Riyadh.
Rugi puluhan miliar riyal
Sebelumnya, selain salat Subuh, pemilik usaha diwajibkan untuk menutup tempat mereka pada saat empat waktu salat lainnya berlangsung di hari itu. Tindakan ini membuat orang tidak bekerja selama sekitar dua jam.
Aturan baru ini menghapus pembatasan yang menurut anggota penasihat Dewan Syura merugikan ekonomi Saudi puluhan miliar riyal per tahun.
Reformasi pemerintah ini telah menarik kritik publik. Masalah ini tetap sangat sensitif di kerajaan dimana sampai beberapa tahun yang lalu, di mana polisi agama menimbulkan ketakutan saat menegakkan aturan.
Penjaga moral masyarakat itu kerap mengejar orang-orang yang keluar pusat perbelanjaan dan mencaci siapapun terlihat berbaur dengan lawan jenis, kini sebagian besar sudah tidak terlihat.
Namun, pengamat mengatakan, pihak berwenang masih berhati-hati untuk kemungkinan serangan balik dari kelompok konservatif.
Islam moderat
Arab Saudi, rumah bagi situs-situs suci Muslim, telah lama dikaitkan dengan cabang Islam yang kaku dikenal sebagai Wahhabisme.
Tetapi Pangeran Mohammed telah berusaha memposisikan dirinya sebagai Islam moderat. Bahkan ketika reputasi internasionalnya terpukul, terkait pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di dalam Konsulat Saudi di Istanbul pada 2018.
Ketika kekuasaan ulama berkurang, para ulama mendukung keputusan pemerintah yang pernah mereka lawan dengan keras, termasuk mengizinkan perempuan mengemudi dan membuka kembali bioskop. (B-AFP/BS/jr)