BENDERRAnews.com, 21/6/21 (Jakarta): Antonius Benny Susetyo selaku Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute, mengatakan, rencana Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang akan menutup lembaga pendidikan para pelaku perusakan makam Kristen di Solo, Jawa Tengah, sudah tepat.
“Menurut saya apa yang dilakukan Wali Kota Solo sudah tepat. Memang harus tegas dalam menyikapi masalah ini karena ini menyangkut konstitusi negara kita. Dan yang bertanggung jawab dalam masalah ini adalah sekolah dan pendidiknya,” kata Antonius Benny Susetyo seperti BeritaSatu.com, Selasa (22/6/21).
Pria yang akrab disapa Romo Benny ini menegaskan, Gibran sebagai pemimpin daerah harus tegas dan tidak boleh kompromi terhadap tindakan intoleransi, meski hal itu dilakukan oleh anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
“Jadi Gibran telah melakukan yang tepat. Itu menandakan ia tidak kompromi dan menunjukkan seorang pemimpin daerah harus tegas. Langkah yang dilakukan Gibran sudah tepat dan sesuai konstitusi,” jelas Romo Benny.
Menjalankan konstitusi negara
Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini melihat Gibran telah menjalankan konstitusi negara dengan baik, benar, dan konsisten. Karena itu ia mengharapkan seluruh pemimpin daerah bisa mengikuti langkah-langkah yang dilakukan Gibran bila menghadapi persoalan intoleransi.
Tindakan intoleransi, lanjut Romo Benny, tidak sesuai dengan konstitusi bangsa dan negara Indonesia. Anak-anak bisa melakukan tindakan intoleransi, menggambarkan ada unsur kebencian terhadap agama tertentu yang diajarkan dalam sekolah mereka.
“Ini sangat berbahaya,” tegas Romo Benny.
Gibran Rakabuming merasa geram
Seperti diketahui, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka merasa geram saat mengunjungi lokasi makam yang dirusak. Ia menegaskan, tidak akan segan-segan menutup lembaga pendidikan anak-anak tersebut jika terbukti mengajarkan sikap-sikap intoleran.
“Segera kita proses, ini tidak bisa dibiarkan. Pendidikan anak-anak yang masih kecil ini harus diperbaiki. Semua harus diproses, anak-anak dibawah umur itu harus mendapat pembinaan. Aksi mereka sudah kurang ajar sekali. Ini bentuk intoleransi dan ngawur banget. Ya sekolahnya tutup saja, sudah nggak benar ngajarin anak-anak seperti ini,” tegas Gibran Rakabuming Raka.
Sebanyak 12 makan Kristen dirusak oleh sekelompok anak-anak SD. Mereka merusak nisan, salib dan simbol-simbol keagamaan lainnya di belasan makam tersebut. Nisan makam dirusak dengan cara dipukul hingga patah. Puing-puing bekas patahan nisan berserakan di sekitar makam.
Melihat tindakan tersebut sudah menjurus ke intoleransi, maka polisi turun tangan untuk menyelesaikannya. Hingga saat ini, polisi sudah menangkap sebagian dari pelaku. Penyelesaian kasus akan dilakukan secara kekeluargaan terlebih dahulu karena para pelaku masih dibawah umur.
Pihak sekolah dan orangtua para pelaku sudah menyanggupi melakukan perbaikan makam yang dirusak.
Sampai saat ini, polisi masih menelusuri dugaan motif doktrin yang salah pada anak-anak tersebut. Pihak kepolisian setempat sedang memeriksa orang tua dan pimpinan lembaga pendidikan tersebut. (B-BS/jr)