BENDERRAnews.com, 11/5/21 (Yerusalem): Dilaporksn sedikitnya 20 orang tewas setelah Israel melancarkan serangan udara balasan yang mematikan di Gaza pada Senin (10/5/21).
Seperti dilansir AFP, serangan itu merupakan respons atas rentetan roket yang ditembakkan oleh Hamas dan milisi Palestina lainnya.
Aksi kekerasan yang kian meningkat dipicu oleh kerusuhan di kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem, dimana juga dikenal sebagai Temple Mount.
“Sedikitnya 20 orang tewas, termasuk sembilan anak-anak dan seorang komandan senior Hamas, dan 65 lainnya terluka,” kata pihak berwenang Gaza.
Bayar mahal
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memperingatkan, Hamas telah melewati “garis merah” dengan mengarahkan rudal ke Yerusalem. Israel akan menanggapi dengan kekuatan militer.
“Kami tidak akan mentoleransi serangan di wilayah kami, ibu kota kami, warga kami dan tentara kami. Mereka yang menyerang akan membayar mahal,” kata Netanyahu, yang mengadakan pertemuan dengan Kepala Tentara dan Badan keamanan Shin Bet.
Tentara Israel mengatakan, 150 roket telah diluncurkan dari Gaza, puluhan di antaranya dicegat oleh Sistem Pertahanan Udara Kubah Besi, tanpa ada korban yang dilaporkan.
“Kami telah mulai, dan saya ulangi, mulai menyerang sasaran militer di Gaza. Kami sudah mempersiapkan berbagai skenario, termasuk skenario intensitas tinggi. Hamas akan mengerti,” kata juru bicara militer, Jonathan Conricus.
Militer menyatakan telah menargetkan “dua peluncur roket, dua pos militer”, satu terowongan, dan delapan operasi Hamas di Gaza.
Sumber Hamas mengonfirmasi kepada AFP, salah satu komandan mereka, Mohammed Fayyad, telah tewas.
Ketegangan di Yerusalem telah berkobar sejak polisi antihuru hara Israel bentrok dengan jemaah Palestina pada Jumat terakhir bulan suci Ramadan dalam gangguan terburuk di kota itu sejak 2017.
Kerusuhan malam sejak itu di kompleks masjid Al-Aqsa telah menyebabkan ratusan warga Palestina terluka, menarik seruan internasional untuk de-eskalasi dan teguran tajam dari seluruh dunia Muslim.
Sumber diplomatik mengatakan kepada AFP, Mesir dan Qatar, yang telah menengahi konflik Israel-Hamas pada masa lalu, berusaha meredakan ketegangan. (B-BS/jr)