BEMDERRAnews.com, 28/12/20 (London): Republik Rakyat Tiongkok akan mengambil alih Amerika Serikat untuk menjadi ekonomi terbesar di dunia pada 2028, lima tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Tak hanya terhindari dari resesi ekonomi pada 2020, ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh 2% pada 2020.
Seperti dilaporkan BBC, Minggu (27/12/20), Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis (CEBR) berbasis di Inggris menyatakan, pengelolaan Covid-19 yang “terampil” akan meningkatkan pertumbuhan relatif Tiongkok lebih baik dibandingkan dengan AS dan Eropa pada tahun-tahun mendatang.
“Untuk beberapa waktu, tema umum ekonomi global telah menjadi perebutan kekuatan lunak dan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pandemi Covid-19 dan kejatuhan ekonomi terkait tentu saja membuat persaingan ini menguntungkan Tiongkok,” kata laporan CEBR.
Sementara India diperkirakan menjadi ekonomi terbesar ketiga pada tahun 2030.
CEBR merilis tabel liga ekonominya setiap tahun pada tanggal 26 Desember.
Kendalikan corona secara cepat
Meskipun menjadi negara pertama yang terkena Covid-19, Tiongkok mengendalikan penyakit melalui tindakan cepat dan sangat ketat. Tiongkok tidak perlu mengulangi penguncian yang melumpuhkan ekonomi seperti yang telah dilakukan negara-negara Eropa.
Alhasil, tidak seperti negara-negara besar lainnya, negara tersebut telah terhindar dari resesi ekonomi pada tahun 2020 dan bahkan diperkirakan akan tumbuh dua persen tahun ini.
Ekonomi AS, sebaliknya, telah terpukul parah oleh epidemi virus corona terburuk di dunia dalam hal jumlah. Lebih dari 330.000 orang telah meninggal di AS dan ada sekitar 18,5 juta kasus infeksi yang dikonfirmasi.
Kerusakan ekonomi telah dilindungi oleh kebijakan moneter dan stimulus fiskal yang besar, tetapi ketidaksepakatan politik atas paket stimulus baru dapat menyebabkan sekitar 14 juta orang Amerika tanpa pembayaran tunjangan pengangguran pada tahun baru.
Laporan tersebut menyatakan, setelah “rebound pasca pandemi yang kuat pada tahun 2021″, ekonomi AS akan tumbuh sekitar 1,9 persen per tahun dari 2022-2024 dan kemudian melambat menjadi 1,6 persen pada tahun-tahun setelah itu. Demikian dilansir Suara Pembaruan. (B-SP/BS/jr)