BENDERRAnews.com, 9/11/20: Banyak media melansir, kemenangan Joe Biden dalam Pilpres Amerika Serikat membuat Donald Trump meradang. Sampai saat ini, Trump belum memberi ucapan selamat kepada Joe Biden sebagaimana tradisi di AS, bahkan tengah menyiapkan gugatan atas hasil Pilpres.
Kemenangan Joe Biden dari Partai Demokrat dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) tak tergoyahkan. Sampai saat ini, Joe Biden telah mengumpulkan setidaknya 279 suara elektoral, sedangkan Donald Trump baru mengantongi 214 suara elektoral. Perolehan suara Joe Biden sudah cukup–minimal 270 suara elektoral–untuk mengantarkannya ke Gedung Putih, meski 45 suara elektoral tersisa dari empat negara bagian akhirnya menjadi milik Trump.
Direktur ilmu pemerintahan di Bipartisan Policy Center, Washington, John Fortier, Sabtu (7/11/20) waktu setempat menyatakan, upaya Donald Trump memenangi Pilpres melalui gugatan hukum tampaknya kecil kemungkinan berhasil. Pasalnya, tidak ada instrumen federal yang bisa digunakan Trump dengan memanfaatkan kewenangan eksekutif federalnya.
“Jadi tidak ada aturan secara federal yang bisa digunakan untuk mengontrol pemilihan. Tidak seperti banyak negara lainnya, AS juga tidak memiliki lembaga di tingkat federal yang terlibat. Pemilihan diselenggarakan di level negara bagian yang masing-masing memiliki aturan main sendiri,” jelasnya.
Kesulitan lain, lanjut Fortier, gugatan penghitungan suara ulang harus dibiayai oleh calon yang menggugat. Berdasarkan aturan Federal Election Commission (FEC), kandidat tidak bisa mengumpulkan dana sembarangan. Korporasi, organisasi buruh, bank-bank nasional, maupun perusahaan multinasional dilarang memberi sumbangan dana untuk gugatan ini.
“Persoalannya aturan penghitungan ulang bisa berbeda antara negara bagian yang satu dengan lainnya, meskipun umumnya jika selisih suara tipis, penghitungan suara dibiayai negara bagian, tetapi pada kenyataannya dibiayai oleh kandidat,” jelas Fortier.
Mempersatukan
Joe Biden, Sabtu (7/11/20), mengumumkan kemenangannya sebagai presiden ke-46 AS. Dalam pidato pertamanya, Biden mengatakan saatnya untuk melakukan pemulihan sambil mendorong persatuan, bukan perpecahan, di tengah kondisi negara yang terbelah sangat dalam selama empat tahun terakhir.
“Rakyat telah berbicara. Mereka memberikan kami kemenangan yang meyakinkan,” kata Biden dari kota asalnya, Wilmington, Delaware.
Lebih lanjut, Biden menyatakan,”Saya berjanji menjadi presiden yang bukan memecah belah, tetapi mempersatukan.”
Pada kesempatan itu, Biden juga menyinggung kekecewaan para pendukung Trump. “Mereka bukan musuh kita. Mereka warga Amerika,” katanya.
Biden juga mendorong pendukungnya untuk mengakhiri era demonization, sebuah istilah dimana menunjukkan suatu hal yang jelek atau jahat, serta ekspresi ketidaksetujuan yang kuat. Dia meminta warga Amerika saling memberikan kesempatan dengan menyingkirkan retorika kasar, meredakan ketegangan, dan saling melihat, serta mendengar satu sama lain. “Ini saatnya untuk pemulihan di Amerika,” katanya.
Tolak akui
Sementara itu, Donald Trump menolak untuk mengakui kekalahannya. Dia juga belum berbicara di depan publik, melainkan memilih bermain golf di Klub Golf Nasional Virgina saat media utama mengumumkan kekalahannya.
“Saya memenangi Pemilu. Hal-hal buruk terjadi,” katanya dalam pesan di Twitter dari Gedung Putih setelah selesai bermain golf.
Dalam pernyataan sebelum bermain golf, Trump menuding Biden dan media, dimana selalu disebutnya sebagai “musuh rakyat” yang telah menciptakan hasil Pemilu.
“Kita semua tahu mengapa Joe Biden terburu-buru untuk berpura-pura sebagai pemenang, dan mengapa sekutu medianya berusaha begitu keras untuk membantunya. Mereka tidak ingin kebenaran diungkap,” kata Trump yang pertama kalinya keluar dari Gedung Putih sejak pemungutan suara Selasa (3/11/20).
“Fakta sederhana, Pemilu ini masih jauh dari selesai,” lanjutnya.
Atas hasil tersebut, tim kampanye Trump mengajukan gugatan di sejumlah negara bagian penentu kemenangan Biden dengan selisih suara tipis, seperti di Nevada, Pennsylvania, dan Georgia. Partai Republik tengah berupaya menggalang dana sedikitnya 60 juta dolar AS (sekitar Rp852,9 miliar) untuk membiayai gugatan tersebut.
Tantangan luar negeri
Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden dan Kamala Harris akan menghadapi tantangan luar negeri, terutama pemulihan hubungan dengan Tiongkok.
Selain itu, ada permasalahan terkait Laut Tiongkok Selatan (LTS), Hong Kong, dan juga Taiwan.
Dalam hubungan dengan Iran, Biden telah berjanji untuk membalik apa yang disebutnya “kegagalan berbahaya” dari Trump yang melepas perjanjian nuklir 2015 dan menggantinya dengan pengetatan sanksi, sehingga menyebabkan kerusakan parah ekonomi Iran serta membuat AS terisolasi dari dunia.
Biden juga memberi angin segar terkait larangan perjalanan pemerintahan Trump kepada pelancong dari 13 negara yang sebagian besar mayoritas Muslim atau Afrika.
Larangan itu dikeluarkan Trump tak lama setelah menjabat presiden pada 2017 berupa perintah eksekutif untuk melarang pelancong dari tujuh negara mayoritas Muslim masuk ke AS. “Pada hari pertama, saya akan mengakhiri larangan Muslim Trump yang inkonstitusional,” ujar Biden.
Ucapan Arab Saudi
Dari Riyadh, diterima laporan, Arab Saudi akhirnya memberi selamat kepada Joe Biden pada Minggu (8/11/20) atas kemenangan dalam Pilpres Amerika Serikat (AS). Ucapan selamat ini menyusul Indonesia, Korea Selatan, Fiji, Prancis, Kanada, Inggris, Jepang dan lain lain yang sudah lebih dulu disampaikan.
Seperti dilaporkan Reuters, ucapan selamat disampaikan lebih dari 24 jam setelah Biden mengalahkan Donald Trump, yang memiliki hubungan pribadi dekat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Ketika negara-negara Arab lainnya berlomba untuk memuji penantang dari Partai Demokrat tersebut, penguasa de facto kerajaan Putra Mahkota Mohammed bin Salman tetap diam pada pemungutan suara AS.
Pada Hari Minggu (8/11/20), kantor berita negara SPA melaporkan Raja Arab Saudi Salman dan putranya, putra mahkota, memberi selamat kepada Biden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris karena memenangkan pemilihan presiden.
“Raja Salman memuji hubungan yang berbeda, bersejarah dan dekat antara kedua negara sahabat dan yang ingin diperkuat dikembangkan di semua tingkatan,” tambah SPA.
Hubungan Pangeran Mohammed dengan Trump telah memberikan penyangga terhadap kritik internasional atas catatan hak asasi Riyadh yang dipicu oleh pembunuhan Khashoggi, peran Riyadh dalam perang Yaman dan penahanan aktivis wanita. Demikian Suara Pembaruan. (B-SP/jr)