BENDERRAnews.com, 30/19/29 (Nice): Aksi teror sadis kembali terjadi. Seorang pria Tunisia memenggal kepala seorang perempuan dan membunuh dua orang lainnya dalam sebuah serangan teror di Nice, Prancis, Kamis (29/10/20) waktu setempat, bertepatan dengan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Pelaku kemudian ditembak dan ditahan oleh polisi.
Presiden Emmanuel Macron mengatakan, Prancis akan mengerahkan ribuan pasukan untuk melindungi tempat-tempat beribadah dan sekolah seiring dengan meningkatnya status keamanan negara ke level tertinggi.
Berbicara di luar Gereja Notre Dame tempat terjadinya serangan teror, Macron mengatakan, “nilai-nilai dan kebebasan beribadah di Prancis telah diserang…dan saya tegaskan sekali lagi, kami tidak akan memberi ruang”.
Dua minggu lalu, seorang guru di pinggiran Paris dipenggal oleh seorang pria berusia 18 tahun yang marah karena guru tersebut menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW di dalam kelasnya.
Imigran Afrika
Kepala jaksa antiteroris Jean-Francois Ricard mengatakan, pelaku serangan Kamis kemarin ialah seorang Tunisia kelahiran 1999 yang tiba di Eropa pada 20 September lalu di Lampedusa. Yakni sebuah pulau di Italia yang berada di lepas pantai Tunisia dan merupakan tempat masuknya imigran dari Afrika.
Kepolisian Tunisia dan Prancis menyebut, nama tersangka ialah Brahim Aouissaoui.
Ricard mengatakan, pelaku tiba di Nice pada Kamis dini hari menggunakan kereta api dan menuju ke sebuah gereja di mana dia membunuh seorang pengurus gereja berusia 55 tahun dan memenggal seorang perempuan berusia 60 tahun.
Dia juga membunuh seorang perempuan berusia 44 tahun yang melarikan diri ke sebuah kafe untuk membunyikan alarm. Polisi kemudian mengonfrontasi pelaku, lalu dia berteriak “Allahu Akbar”, kemudian dia ditembak dan dilumpuhkan.
Barang bukti
Polisi menemukan barang bukti berupa sebuah Alquran, dua telepon, pisau sepanjang 30 cm dengan bilah 17 cm. Polisi juga menemukan sebuah tas yang ditinggalkan pelaku. Juga dua pisau yang tidak digunakan dalam serangan tersebut.
Pelaku saat ini berada dalam kondisi kritis dan sedang dirawat di rumah sakit.
Juru bicara pengadilan kontramilitan Tunisia Mohsen Dali mengatakan, Aouissaoui tidak termasuk dalam daftar orang-orang yang diduga militan. Dia menambahkan, Aouissaoui meninggalkan Tunisia pada 14 September dengan sebuah perahu.
Wali Kota Nice, Christian Estrosi, mengatakan, serangan di Nice serupa dengan serangan teror dua minggu sebelumnya di pinggiran Paris.
Serangan Kamis kemarin bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad. Prancis juga tengah mendapat kecaman dari negara-negara muslim di seluruh dunia karena kebebasan berpendapatnya melindungi hak mempublikasikan kartun Nabi Muhammad. Demikian Reuters.
Kecaman berdatangan
Dari Washington, diterima laporan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengucapkan simpati mendalam kepada warga Prancis menyusul serangan teror yang menewaskan tiga orang di Nice, Prancis, Kamis (29/10/20) waktu setempat.
Sementara sejumlah negara Islam juga mengingatkan Prancis dan negara-negara lainnya menghindari istilah yang akan meningkatkan kebencian terhadap umat muslim di seluruh dunia.
“Amerika bersama sekutu terlamanya dalam perang ini. Serangan teroris radikal Islam ini harus dihentikan segera. Tidak ada negara, Prancis dan yang lainnya yang akan tinggal diam!” kata Trump melalui akun Twitternya.
Trump juga memanfaatkan momen ini untuk kampanyenya untuk menyerang Capres Demokrat Joe Biden dalam Pemilu AS. Melalui Twitternya, Trump mengatakan, AS telah menghentikan imigrasi pengungsi dari negara-negara rawan teror seperti Suriah, Somalia, dan Yaman. “Sementara rencana Biden akan menaikkan jumlah pengungsi 700 persen ke Minnesota, Michigan & Pennsylvania-membebani sekolah-sekolah dan rumah sakit sambil membuka kerena Teror Radikal Islam”.
Ya, seorang pria Tunisia memenggal kepala seorang perempuan dan membunuh dua orang lainnya dalam sebuah serangan teror di Nice, Prancis, Kamis (29/10/20) waktu setempat, bertepatan dengan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Pelaku kemudian ditembak dan ditahan oleh polisi.
Kecaman juga datang dari Pemerintah Inggris, Belanda, Italia, Spanyol, Arab Saudi, Turki, di mana Presiden Tayyip Erdogan sebelumnya mengkritik Presiden Emmanuel Macron serta Prancis karena mengizinkan publikasi dan penggambaran Nabi Muhammad
Tidak identik teroris
Juru bicara Erdogan, Fahrettin Altun mengatakan, Islam tidak bisa diidentikkan dengan terorisme. Dia juga meminta Prancis menghindari retorika yang bisa meningkatkan kebencian akan Muslim dan fokus kepada penyelidikan terhadap tindak kekerasan ini.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengecam tindakan ekstremis di Nice dan menyebut serangan tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai keagaman, dan mengingatkan semua orang untuk menghindari tindakan-tindakan yang menimbulkan kebencian, kekerasan, dan ekstremisme.
Perwakilan Dewan Muslim Prancis juga mengecam serangan yang terjadi bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad tersebut dan meminta semua umat Muslim di Prancis untuk tidak merayakan maulid, tetapi berkabung sebagai tanda solidaritas.
Sebagai negara Eropa dengan komunitas Muslim terbesar di Eropa, Prancis terbilang sering mendapatkan serangan teror, di antaranya pengeboman dan penembakan di Paris pada 2015 yang menewaskan 130 orang, dan serangan di Nice di mana seorang teroris menabrakkan truk ke kerumunan massa yang merayakan Hari Bastille dan menewaskan 86 orang. (B-RTR/BS/jr)