BENDERRAnews.com, 10/6/20 (Jakarta): Penghancuran karakter Presiden Pertama Sukarno masih terjadi. De-Sukarnoisasi bisa dilihat dalam konten maupun percakapan di media sosial.
“Hari-hari ini, ada beberapa akun yang mencoba menghancurkan karakter Sukarno dengan menyebut lagi Bung Karno sebagai kolaborator, komprador, dan segala macam,” tandas Sejarawan Bonnie Triyana.
Hal itu disampaikan Bonnie dalam diskusi daring bertajuk “Merawat Pikiran Bung Karno” yang digelar Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Selasa (9/6/20).
“Jadi saya pikir, upaya untuk menghancurkan karakter Sukarno itu masih ada sampai sekarang. Upaya pada era setelah Bung Karno dilengserkan atau yang dikenal dengan de-Sukarnoisasi masih berlanjut,” ujar Bonnie.
Dihilangkan sejak Orba berkuasa
Bonnie menuturkan peran penting Sukarno dalam peristiwa historis dihilangkan sejak Orde Baru berkuasa.
Pertama, menghapus nama Sukarno sebagai Penggali Pancasila.
Kedua, menyudutkan dan memvonis secara sembarangan kepada Sukarno sebagai dalang Gerakan 30 September 1965 (G30S).
“Logikanya bagaimana yang katanya (gerakan) kudeta, kok Bung Karno sendiri yang jatuh? Logika-logika historis yang terbalik-balik ini terus digaungkan dalam upaya desukarnoisasi,” tukas Bonnie.
Letakkan Bung Karno dalam gelanggang sejarah
Bonnie pun menyebut, “Kali ini kita sama-sama merenungkan kembali, memikirkan kembali, meletakkan kembali Sukarno dalam gelanggang sejarah yang sepantasnya diterima dalam sejarah bangsa.”
Bonnie menuturkan, Sukarno merupakan manusia modern Indonesia yang termasuk generasi awal.
“Bung Karno banyak sekali melakukan terobosan-terobosan, bahkan mendekonstruksi cara bepikir lama kuno feodal yang membuat Indonesia tetap terbelakang,” ungkap Bonnie.
Bonnie juga menyatakan, Sukarno menjadi pembaru dalam dunia Islam. Misalnya ketika terjadi perdebatan mengenai halal dan haramnya donor darah.
“Apakah donor darah haram terutama ketika disumbangkan orang yang beda agamanya. Bung Karno jelaskan, donor darah tidak ada urusan dengan halal dan haram. Donor darah untuk kepentingan kemanusiaan. Bung Karno mendobrak cara berpikir yang menurut dia ketinggalan atau membuat Islam terpuruk,” ujar Bonnie.
Bonnie pun menyebut, “Ini menujukkan dinamisnya pemikiran Sukarno. Dia pembaca yang baik, argumentasinya didukung data dan fakta. Jadi bukan hanya asal bunyi. Argumentasi kuat karena dipelajari bertahun-tahun.” Demikian Suara Pembaruan memberitakan. (B-SP/BS/jr)