BENDERRAnews.com, 4/3/20 (Jakarta): Sejak akhir 2019, virus corona menjadi topik terhangat. Pasalnya, virus ini mendadak menjadi teror mengerikan bagi masyarakat dunia, terutama setelah merenggut nyawa ribuan orang hingga awal Maret 2020 ini.
Satu hal yang paling mengkhawatirkan, ialah, virus ini terus mencari mangsa, sementara obatnya hingga saat ini belum ditemukan.
Sebagaimana dilansir IDN Times, virus corona jenis baru mulai menjadi perhatian masyarakat dunia setelah pada 20 Januari 2020, otoritas kesehatan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, mengatakan, tiga orang tewas di Wuhan karena menderita pneumonia yang disebabkan virus tersebut.
Dilansir dari Asian Nikkei Review, berita tersebut langsung meresahkan warga Tiongkok yang akan melakukan perjalanan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada 25 Januari 2020. Virus ini terasa semakin menakutkan bagi warga, karena berkaitan dengan “Sindrom Pernapasan Akut Berat” (SARS) yang pernah menewaskan hampir 650 orang di Tiongkok dan Hong Kong pada 2002 hinga 2003.
Berikut penjelasan lengkap asal muasal virus corona dan perjalanannya hingga menjadi teror paling meresahkan bagi masyarakat dunia.
Kota Wuhan yang terletak di Provinsi Hubei, tempat pertama terdeteksi Virus Corona, merupakan tempat tinggal bagi lebih dari 11 juta orang.
Seperti dikutip Liputan6.com dari DW Indonesia, Rabu (29/1/20), berikut sejumlah fakta Kota Wuhan sebelum terisolasi dan menjelma jadi kota mati seperti saat ini.
Kota ini merupakan pusat industri dan komersial di kawasan tengah China. Kota ini juga jadi pusat transportasi.
Dalam beberapa tahun belakangan sektor penerbangan berkembang pesat. Sejumlah perusahaan penerbangan menawarkan hingga 332.861 kursi bagi penumpang yang berangkat dari bandar udara internasional Tianhe, bulan Januari 2020.
Setahun sebelumnya hanya separuhnya. Demikian menurut informasi Flightglobal.
Perekonomian berkembang secara pesat di Wuhan. Di kota itu terdapat lebih dari 80 perusahaan Prancis, antara lain Renult dan Peugeot SA. Dengan begitu, Wuhan menjadi salah satu pusat industri otomotif kelas dunia. Demikian keterangan pemerintah lokal di situsnya.
Wuhan pun merupakana lokasi pelabuhan dalam negeri terbesar di Tiongkok, dan menjadi gerbang menuju bendungan raksasa hidroelektrik, yang disebut Bendungan Tiga Ngarai. Ini merupakan proyek pengadaan energi terbesar di dunia, dari segi kapasitas terpasang.
Itu semua karena Wuhan memang berada pada posisi strategis.
Selain itu, kota yang berdiri di kawasan seluas sekitar 8.500 km persegi ini juga mencakup sejumlah bukit dan danau, misalnya danau Tangxun.
Kondisi geografi yang menarik ini juga menjadi daya tarik bagi turis. Di Wuhan terdapat replika Istana Neuschwanstein, yang berdiri di Taman Wanguo. Taman itu kini tidak terturus. Sedangkan, Istana Neuschwanstein yang asli berdiri di Jerman.
Wuhan juga menjadi hub dari jalur transportasi darat.Tiga stasiun kereta api di Wuhan jadi tempat perhentian dan keberangkatan bagi perjalanan ke Beijing dan kota Guangzhou di China Selatan, antara lain dengan kereta super cepat.
Wuhan dan corona
Kini, kota ini semakin populer di dunia saja. Ini karena mewabahnya virus corona yang dibilang berasal dari kota tersebut.
Virus corona atau 2019-nCoV sudah memakan korban hingga 3.000-an orang meninggal dan puluhan ribu lainnya terinfeksi. Virus ini mudah sekali menyebar.
Komisi Kesehatan Nasional Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengkonfirmasi, virus corona dapat ditularkan dari manusia ke manusia yang terinfeksi. Bahkan virus itu bisa saja menempel di salah satu tempat dekat pasien corona.
Mereka mengakui, virus ini pertama kali muncul di Wuhan, salah satu kota di Tiongkok. Simpang siur kabar soal sumber kemunculan virus ini, mulai dari makanan hingga hewan-hewan unggas. Hal ini dikarenakan belum adanya informasi jelas soal asal muasal kemunculan virus tersebut.
Sebelum virus corona ramai diketahui banyak orang, seorang dokter bernama Li Wenliang telah memberikan informasi soal kemunculan virus tersebut. Dia memberikan pesan yang mengejutkan di grup alumni sekolah kedokterannya melalui aplikasi pesan singkat yang populer di Tiongkok, yakni WeChat.
“Tujuh pasien dari pasar makanan laut lokal telah didiagnosis menderita penyakit mirip SARS dan dikarantina di rumah sakitnya,” tulisnya.
Li menjelaskan, menurut sebuah tes yang telah dilihatnya, penyakit itu ialah virus corona, yang ternyata pada satu keluarga dengan virus sindrom pernapasan akut (SARS).
“Saya hanya ingin mengingatkan teman-teman sekelas universitas saya agar berhati-hati,” kata Li.
Li netupakan seorang dokter berusia 34 tahun dan bekerja di Wuhan, kota yang menjadi pusat penyebaran virus corona di China. Li mengatakan kepada teman-temannya untuk mengingatkan orang-orang yang mereka cintai akan bahayanya virus ini.
Perkataan Li pun benar terjadi.
Dipanggil polisi
Segera setelah dia mengunggah pesan itu, Li dituduh menyebarkan isu oleh polisi Wuhan. Dia jafi salah satu dari beberapa petugas medis yang menjadi sasaran polisi, karena berusaha untuk mengungkap virus mematikan ini di pekan-pekan awal sebelum terjadinya wabah.
Pada waktu yang sama ketika Li mengirim pesan kepada teman-temannya, sebuah pemberitahuan darurat dikeluarkan oleh Komisi Kesehatan Kota Wuhan. Yakni berisikan pemberitahuan kepada institusi medis kota jika ada beberapa pasien dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan mengalami pneumonia yang tidak diketahui.
Disebut surat kabar pemerintah Beijing Youth Daily, dini hari tanggal 31 Desember, otoritas kesehatan Wuhan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas wabah tersebut. Sesudah itu, Li dipanggil oleh pejabat rumah sakitnya agar menjelaskan bagaimana dia bisa tahu tentang kasus-kasus itu.
Tanggal 3 Januari 2020, Li dipanggil ke kantor polisi setempat dan ditegur karena menyebarkan desas-desus sangat mengganggu ketertiban sosial atas pesan yang dia kirimkan dalam grup obrolan.
Sejak awal, pihak berwenang Tiongkok ingin mengendalikan informasi tentang wabah itu, membungkam suara apa pun yang berbeda dengan narasinya, terlepas dari apakah mereka mengatakan yang sebenarnya.
Li memang menyebarkan informasi soal virus corona yang ia periksa. Kemudian pihak kepolisian mengetahui informasi tersebut melalui aplikasi WeChat.
Usai dipanggil pihak kepolisian China, Li harus menandatangani pernyataan untuk mengakui kesalahan dan berjanji tidak melakukan tindakan melanggar hukum lebih lanjut.
Dia takut akan ditahan. “Keluarga saya akan khawatir tentang saya, jika saya kehilangan kebebasan saya selama beberapa hari,” katanya kepada CNN melalui pesan teks di WeChat. Li terdengar batuk terlalu banyak dan napasnya tidak teratur untuk berbicara melalui telepon.
Untungnya, Li diizinkan meninggalkan kantor polisi setelah satu jam berada di sana.
Li sempat mengklarifikasi pernyataannya dalam pesan berikutnya dengan menyatakan, virus itu sebenarnya tipe virus corona yang berbeda. Sangat disayangkan, tangkapan layar dari pesan pertama Li sudah menyebar di dunia maya.
Pernyataan WHO
Badan kesehatan dunia (WHO) sebelumnya menyatakan, kemungkinan, hewan menjadi sumber utama dari virus ini. Namun, beberapa penularan secara terbatas antara manusia bisa terjadi dengan kontak dekat.
Dokter spesialis Erlina Burhan dari Pokja Infeksi Pengurus Pusat PDPI juga mengatakan, kasus pneumonia berat ini dimulai dari sebuah pasar ikan yang juga menjual unggas di Wuhan, Tiongkok.
“Sampai saat ini belum ada bukti yang mengindikasikan penularan (virus) dari manusia ke manusia,” kata Erlina dalam konferensi pers di Kantor PDPI.
Tentu saja kondisi terkini membuka fakta lain. Yakni, virus tersebut terjadi karena kontak langsung maupun tidak langsang antar manusia.
Korban akibat virus corona sudah mencapai lebih dari 3000 orang meninggal dunia. Dan banyak pula korban jiwa di kota Hubei. Kemudian sebanyak puluhan ribu orang mengidap virus corona di 28 negara di dunia, yang terbanyak di Tiongkok yakni 24.338 orang. (Data per Rabu, 5/2/20.
Tak hanya di Tiongkok, korban meninggal akibat corona terjadi di Filipina, Korea, Hong Kong, Iran hingga Italia.
Akibat pembatasan informasi
Pada akhir Januari, keterlambatan penanganan wabah oleh pemerintah Wuhan mulai dipahami di Tiongkok. Banyak netizen memikirkan peringatan dini yang disebarkan dari delapan orang itu bisa menyelamatkan ratusan nyawa.
Pada saat kemarahan publik tengah meningkat, Mahkamah Agung RRT pada 28 Januari, mengkritik polisi Wuhan karena menghukum para ‘pembuat isu’.
“Itu mungkin merupakan hal yang beruntung, jika masyarakat mendengarkan ‘desas-desus’ karena mengandung virus corona baru pada waktu itu, mungkin masyarakat akan mengambil langkah-langkah seperti mengenakan masker, desinfeksi yang ketat dan menghindari pergi ke pasar satwa liar,” kata Mahkamah Agung.
Menghadapi tekanan publik, polisi Wuhan mengeluarkan pernyataan pada hari berikutnya, yang mengatakan, delapan orang itu hanya melakukan kesalahan ringan terutama karena menyebarkan informasi tidak terverifikasi. Polisi mengatakan, mereka hanya dipanggil untuk berbicara dan tidak ditahan atau didenda.
Pada 20 Januari akhirnya pemerintah pusat mengambil alih, Presiden RRT, Xi Jinping memerintahkan upaya tegas untuk menghentikan penyebaran virus corona dan menekankan perlunya keterbukaan informasi yang tepat waktu. Itu merupakan pertama kalinya Xi berbicara secara terbuka dalam menangani wabah corona.
Seruan Xi untuk merilis informasi yang tepat waktu dipandang sebagai lampu hijau untuk melaporkan virus corona. Wartawan Tiongkok juga mulai memproduksi liputan mendalam serta laporan investigasi. Surat kabar yang dikelola pemerintah Beijing, Youth Daily, mewawancarai Li dan artikelnya pun menjadi viral setelah setelah ditulis.
Diberi nama Covid-19
Virus corona jenis baru yang tengah menyerang masyarakat dunia saat ini dalam istilah kedokteran disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). Dikutip dari Center for Disease Control and Prevention, cdc.gov, virus corona merupakan jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan, yang pertama kali terdeteksi muncul di Kota Wuhan, Tiongkok.
Virus ini diketahui pertama kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Dilaporkan kemudian, banyak pasien yang menderita virus ini dan ternyata terkait dengan pasar hewan dan makanan laut tersebut. Orang pertama yang jatuh sakit akibat virus ini juga diketahui merupakan para pedagang di pasar itu.
Dikutip dari BBC, koresponden kesehatan dan sains BBC, Michelle Roberts dan James Gallager mengatakan, di pasar grosir hewan dan makanan laut tersebut dijual hewan liar seperti ular, kelelawar, juga ayam.
Mereka menduga virus corona baru ini hampir dapat dipastikan berasal dari ular. Diduga pula virus ini menyebar dari hewan ke manusia, dan kemudian dari manusia ke manusia.
Gejala terinfeksi
Pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah menyatakan, virus corona yang menular ke manusia bisa menyebabkan peradangan saluran pernapasan.
Kepala Dinkes Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengungkapkan, dalam kondisi paling kritis seseorang yang terkena virus corona suhu tubuhnya bisa naik drastis lebih dari 38 derajat celcius.
“Gejalanya nyaris mirip flu biasa. Cuma demamnya lebih tinggi di atas 38 derajat. Kemudian penderitanya mengalami sakit kepala, batuk-batuk kering, kadang juga sesak napas. Tapi untuk infeksi paling berat bisa mengalami gagal napas,” kata Yulianto kepada IDN Times, Senin (27/1/20).
Ia menuturkan jika tak dilakukan analisa yang cermat, petugas medis sulit membedakan antara flu dengan gejala virus corona. Secara umum, seorang yang terinfeksi virus corona memiliki gejala seperti demam, gangguan pernapasan, batuk pilek, sakit tenggorokan, dan letih.
Cara penularan
Sebagaimana dilansir dari A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention, terdapat lima cara penularan virus corona dari manusia ke manusia lainnya.
1. Transmisi dari cairan: air dapat membawa virus dari pasien ke orang lain yang berada dalam jarak sekitar satu meter. Air yang dimaksud biasanya berupa cairan tubuh yang keluar saat berbicara, batuk, dan bersin.
2. Transmisi dari udara: virus corona bisa menyebar dalam jarak jauh melalui udara. Cara ini sama dengan cara virus flu, SARS, variola, dan norovirus menular dari satu orang ke orang lainnya.
3. Transmisi kontak: virus dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir (seperti mata, lidah, luka terbuka, dan lain-lain). Transmisi juga bisa berlangsung melalui darah yang masuk ke tubuh atau mengenai selaput lendir.
4. Transmisi dari hewan: orang yang mengolah, menjual, dan mendistribusikan hewan liar yang membawa virus corona dapat tertular melalui kontak tersebut.
5. Kontak dekat dengan pasien: keluarga, orang yang tinggal serumah, petugas medis, atau bahkan orang yang sempat berada dekat dengan pasien rentan untuk tertular.
Virus bisa mati
Dari sumber yang sama, masa inkubasi corona paling pendek berlangsung selama dua hingga tiga hari. Sedangkan paling lama bisa mencapai 10 hingga 12 hari. Namun melihat perilaku virus corona pada penyakit lainnya, para ahli mengatakan bahwa masa inkubasi tersebut dapat mencapai waktu 14 hari.
Ini merupakan rentang waktu yang dibutuhkan oleh virus tersebut untuk menjangkit dan menampakkan gejala-gejala awal. Dalam masa tersebut virus corona masih bisa menular ke orang lain sehingga cukup sulit untuk mendeteksinya.
Berdasarkan riset, virus corona sensitif terhadap panas dan dapat secara efektif dinonaktifkan oleh pelarut lipid dengan suhu setidaknya 56℃ selama 30 menit. Selain itu bisa juga dinonaktifkan dengan eter, alkohol 75 persen, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus ini.
Kepala Dinkes Jawa Tengah, Yulianto Prabowo memastikan, virus corona belum bisa diobati dengan penanganan medis apa pun. Walau demikian, ia mengatakan, sebenarnya virus corona yang masuk ke dalam tubuh manusia bisa mati dalam rentang waktu 5-7 hari. Dengan sistem imun tubuh yang cukup baik, virus corona tak mudah menyebar ke seluruh anggota tubuh.
Wuhan ditutup, Indonesia pulangkan WNI
Dikutip dari kemenkes.go.id, pada 21 Januari 2020 saja, sudah ada 218 warga Tiongkok yang tertular virus corona dan empat orang meninggal. Jumlah korban terus bertambah, hingga pada 23 Januari 2020, Pemerintah Tiongkok memutuskan untuk menutup Kota Wuhan yang menjadi pusat munculnya virus corona. Keputusan ini diambil setelah jumlah korban tewas mencapai 17 jiwa dan kurang lebih 600 orang terinfeksi.
Dilansir Reuters, pemerintah setempat menginformasikan semua jaringan transportasi dihentikan dan penerbangan keluar dari Wuhan ditunda sejak pukul 10.00 pagi waktu setempat. Virus berbahaya tersebut sudah menyebar ke beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Amerika Serikat.
Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan mulai menarik warganya dari Wuhan. Pemerintah Indonesia pun memikirkan hal yang sama. Sesudah mendapat lampu hijau dari Pemerintah Tiongkok, Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri memulangkan 243 WNI dari Provinsi Hubei.
Pada 1 Februari 2020, Pemerintah Indonesia menjemput 243 WNI dari Hubei. Dari jumlah itu, 238 orang saja yang dievakuasi dan menjalani karantina untuk observasi selama dua pekan di Natuna, Kepulauan Riau.
Sebanyak 238 WNI itu tiba di Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Kepulauan Riau, Minggu, 2 Februari 2020 sekitar pukul 08.30 WIB menggunakan pesawat Batik Air dan keluar dari pesawat sekitar pukul 09.00 WIB.
Saat turun dari tangga pesawat, sejumlah petugas berpakaian kapsul berwarna putih dan kuning menyemprotkan cairan disinfeksi kepada setiap penumpang. Di antara mereka terdapat anak-anak. Mereka menggunakan jaket dan penutup kepala serta masker. Mereka kemudian menjalani karantina di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna.
Dilaporkan pula, empat WNI menolak kembali ke tanah air dan tiga lainnya tak lolos screening kesehatan.
Kondisi global terkini
Virus corona jenis baru (Covid-19) hingga Rabu (4/3/20) pagi telah menginfeksi 92.861 orang di 78 negara, termasuk Tiongkok.
Berdasarkan data yang dikutip BeritaSatu.com dari Center for Systems Science and Engineering (CSSE) Universitas Johns Hopkins, tiga negara dengan jumlah korban terinfeksi lebih dari 1.000 orang ialah Korea Selatan (5.186), Italia (2.502), dan Iran (2.336).
Selain ketiga negara itu, ada tujuh negara yang memiliki korban lebih dari 100 orang, yakni Jepang (293), Prancis (204), Jerman (196), Spanyol (165), Amerika Serikat (122), Singapura (110), dan Hong Kong (100). Jumlah korban terinfeksi di setiap negara di 67 negara lainnya masih kurang 100 orang, termasuk Indonesia dengan dua korban positif corona.
Hingga saat ini tercatat 3.162 orang yang terinfeksi corona akhirnya meninggal dunia. Italia, Iran, dan Korea Selatan juga tercatat memiliki korban meninggal terbanyak di luar Tiongkok. Jumlah korban meninggal di Italia kini mencapai 79 orang, disusul Iran 77 orang, dan Korea Selatan 28 orang.
Jumlah korban yang sembuh terus meningkat dan saat ini mencapai 48.272.
WHO nyatakan darurat global
Sesudah hampir dua bulan virus ini mewabah, akhirnya pada 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyatakan darurat global terhadap virus corona.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, situasi darurat bukan karena penyebaran virusnya di Tiongkok, melainkan karena sudah menyebar luas ke banyak negara.
“Alasan utama kami menyatakan dalam deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di Tiongkok melainkan penyebaran yang terjadi di negara lain,” ujar Tedros Ghebreyesus seperti dikutip dari stasiun berita BBC, Jumat (31/1/20) lalu. (B-L6C/IDN/MDC/BS/ID/jr)