BENDERRAnews, 15/8/19 (Sleman): Menteri Pertahanan Jenderal TNI (P) Ryamizard Ryacudu menyebut, gerakan bela negara menjadi kebutuhan mendesak saat ini seiring maraknya ancaman terhadap kelestarian Pancasila sebagai ideologi negara.
“(Bela negara) kebutuhan mendesak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi,” kata Menhan saat memberikan kuliah umum di Auditorium WR Supratman Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Sleman, Selasa (13/8/19).
Nilai-nilai bela negara yang berbasis Pancasila, kata Menhan, merupakan sumber kekuatan bangsa yang harus terus dilestarikan sebagai cerminan identitas karakter bangsa Indonesia.
“Bela negara ini bukan pilihan, tapi kewajiban kita semua bersama seluruh komponen bangsa. Bela negara ini adalah sebuah konsep solusi terhadap semua persoalan bangsa,” kata Ryamizard.
Pancasila, kata Menhan, merupakan ideologi yang terbukti ampuh mempersatukan beragam perbedaan mulai dari suku, ras, budaya, dan agama di Indonesia. Oleh sebab itu, cara untuk menghancurkan Indonesia adalah dengan menjauhkan bangsa dari Pancasila.
Tanpa Pancasila, lanjut Menhan, Indonesia berpotensi terpecah dan tidak menutup kemungkinan terjadi perang saudara seperti di Timur Tengah.
“Pancasila itu alat pemersatu bangsa, alat perekat bangsa. Kalau itu hilang bangsa ini akan lepas, bangsa ini akan hancur,” kata dia.
Oleh sebab itu, ia berharap sebagai mahasiswa di kampus UPN Veteran yang didirikan oleh para pendiri bangsa dan para veteran sudah selayaknya ikut menjadi kader bela negara. “Saya berharap keluar dari sini kalian harus menjadi duta-duta bela negara,” kata Menhan di hadapan ribuan mahasiswa baru UPN Veteran Yogyakarta.
Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Irhas Effendi mengatakan nilai bela negara yang menekankan pada cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara serta meyakini Pancasila sebagai Ideologi negara diharapkan mampu membentengi para mahasiswa UPN Veteran dari terkikisnya rasa nasionalisme di tengah arus Revolusi Industri 4.0.
Dieluarkan dari Akmil
Sementara Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Andika Perkasa menyebutkan, sebanyak 15 taruna yang menjalani pendidikan Akademi Militer (Akmil) dikeluarkan selama lima tahun terakhir.
“Kami keluarkan karena berbagai alasan. Ada yang karena kesehatannya, ada yang mereka tidak bisa mengikuti standar, ada yang karena jasmaninya dan juga ada yang karena mental ideologinya,” kata Andika saat jumpa pers di Mabesad, Jakarta, Selasa (13/8/19).
Ia memaparkan jumlah taruna yang dikeluarkan selama lima tahun terakhir sebanyak 15 orang. Pada tahun 2014, ada tiga orang taruna akademi militer yang dikeluarkan sebelum dilantik menjadi Perwira Angkatan Darat.
“Mereka ada yang dikeluarkan di tahun kedua dan ketiga dari masa pendidikannya selama empat tahun,” tuturnya.
Kemudian pada tahun 2015 sebanyak satu orang, tahun 2016 ada empat orang, tahun 2018 ada lima orang, dan pada tahun 2019 ini ada dua orang yang dikeluarkan.
Andika menuturkan penilaian terhadap calon perwira atau taruna yang masih dalam pendidikan akan terus dilakukan selama empat tahun, termasuk taruna Akmil keturunan Prancis, Enzo Zenz Allie.
“Sebelum menjadi anggota aktif TNI penilaian terhadap calon pada masa pendidikan terus dilakukan. Selama empat tahun itu pula penilaian berlaku dan tidak semuanya berhasil,” jelas jenderal bintang empat ini.
Oleh karena itu, Andika berharap orangtua, lingkungan dekat para taruna akademi militer serta semua orang yang menyayanginya untuk membantu, sehingga mereka benar-benar bisa menajdi perwira TNI AD sesuai harapan.
Enzo yang saat ini sedang mengikuti pendidikan dasar militer di Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, telah lulus pada tahap seleksi awal kemudian mengikuti pendidikan selanjutnya hingga menjadi perwira TNI AD.
Sebagai pendidik dan organisasi,TNI AD memiliki mekanisme dalam membina mental dan membentuk para calon perwira supaya lebih baik lagi.
TNI AD sendiri memutuskan untuk tetap mempertahankan Enzo sebagai calon perwira TNI di akademi militer. Hal tersebut dilakukan setelah TNI melakukan tes tambahan dengan alat ukur alternatif yang telah teruji akurat dan valid serta dikembangkan selama delapan tahun.
Enzo sempat menarik perhatian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan videonya viral di media sosial setelah diajak berbicara dalam bahasa Prancis oleh Panglima.
Enzo diketahui memang fasih berbicara empat bahasa, yaitu bahasa Prancis, bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Indonesia.
Dia lahir di Prancis, tapi pindah ke Indonesia pada usia 13 tahun setelah ayahnya meninggal dunia dan memiliki status WNI. Namun, dia diduga terpapar gerakan HTI yang diketahui dari salinan gambar media sosial Facebook yang sempat viral di masyarakat. Demikian ANTARA memberitakan. (B-ANT/BS/jr)